Mohon tunggu...
wenny kurniawan
wenny kurniawan Mohon Tunggu... -

doctor/love traveling, reading, dogs/eager to learn anything new/passionate about life

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jalan-jalan Sendiri Part 3: Georgetown, Kota Sarat Budaya

31 Januari 2015   18:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:02 1947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_394179" align="aligncenter" width="350" caption="mural yang ini saya temukan di Lebuh Chulia"]

14226760741551963226
14226760741551963226
[/caption]

[caption id="attachment_394180" align="aligncenter" width="467" caption="sedang mural yang ini saya temukan di persimpangan Love Lane dengan Lebuh Cintra"]

14226761132035058589
14226761132035058589
[/caption]

Jika bepergian sendiri maka akan repot ketika ingin memotret dengan diri kita juga sebagai objeknya. Berbaik hatilah menawarkan jasa potret kepada turis lain, setelah itu kita akan dipotret balik sama mereka! Jangan terlalu rewel dan narsis kalau sudah minta tolong orang, apa adanya terimalah yang penting mural art-nya kelihatan hahaha..

Jalan kaki sedikit lagi ke Lebuh Gereja, saya menemukan museum yang sudah saya incar sejak saya membuat itinerary ke kota ini : Pinang Peranakan Museum! Museum ini mudah dicari, letaknya di pinggir jalan, bentuknya rumah bercat hijau dengan batu peresmian dari pemerintah dan banner yang menyatakan situs ini telah dilestarikan sebagai cagar budaya UNESCO. Masuk ke museum ini biayanya RM35 seorang, bukanya jam 10 pagi, dan akan mendapat layanan guide apabila berada dalam rombongan minimal  5 orang. Lagi-lagi saya kesulitan mencari guide karena saya hanya sendiri dan rombongan tante2 selain saya tidak mau ada orang asing di rombongan mereka!! T.T untunglah supervisor para guide di sana kasihan sama saya dan menawarkan jadi guide saya. Orangnya masih muda, kami berkenalan, namanya Sim dan ternyata Sim ini keturunan langsung Pinang Peranakan generasi ke-6 loh!

[caption id="attachment_394182" align="aligncenter" width="467" caption="penampakan depan Pinang Peranakan Museum. walaupun bayarnya agak mahal, tapi masuk ya!! sangat worth untuk dikunjungi, sarat sejarah, budaya, dan pengetahuan"]

1422676516950351807
1422676516950351807
[/caption]

[caption id="attachment_394183" align="aligncenter" width="350" caption="berfoto dengan Little Nyonya, keturunan asli Pinang Peranakan yang masih aktif di persatuan pinang peranakan di Penang. baju dan aksesoris yang beliau kenakan masih asli ajaran buyutnya"]

1422676580737334224
1422676580737334224
[/caption]

Museum ini asalnya adalah rumah seorang Babah kaya raya di Pulau Pinang, yang kemudian dibeli dan berpindah tangan beberapa kali, ditambahkan koleksinya oleh pemilik yang ingin menjadikan rumah ini museum. Design interior rumah ini dibuat asli sesuai dengan rumah keturunan Pinang Peranakan dari zaman dahulu. Sim memberitahu saya bahwa zaman dulu keturunan Babah Nyonya merupakan orang kaya dan terpandang, sehingga mereka tidak sembarang memilih mantu untuk masuk ke keluarga mereka. Wanita yang dapat dipilih menjadi mantu tidak perlu cantik, yang penting pandai membuat kelom, yakni sepatu ceplek dengan hiasan mote yang dirangkai menjadi pola gambar yang rumit, biasanya bunga. Makin kecil dan rumit details kelom sepatu yang dapat dibuat oleh seorang wanita, maka makin akan disayang dan dihargai oleh mertuanya. Di dalam museum juga terdapat kamar pengantin seperti di film vampire China jaman dulu, yang bentuknya kotak dengan tirai di depan itu loh, bahkan meja dan kursi yang masih asli dengan hiasan kerang-kerang kecil yang bernilai jutaan Ringgit.

[caption id="attachment_394184" align="aligncenter" width="467" caption="baju pengantin setelah dipengaruhi budaya Barat saat penjajahan Inggris di Malaysia. Baju ini berukuran kecil, hanya seperti badan anak gadis 13 tahun karena waktu itu perempuan masih kecil sudah dinikahkan. Di bawah sprei ranjang merah diselipkan kain putih sehingga para mertua akan tahu setelah malam pertama apakan mantunya sungguhan perawan atau tidak"]

14226769181381305720
14226769181381305720
[/caption]

[caption id="attachment_394185" align="aligncenter" width="350" caption="Perkenalkan, ini Sim, guide museum saya yang mengajak selfie sebagai kenang-kenangan. Ini dia wajah keturunan generasi ke-6 Pinang Peranakan"]

14226770171613632813
14226770171613632813
[/caption]

Perjalanan saya lanjutkan untuk hunting buku secondhand di Chowrasta Market menggunakan CAT free bus. Saya agak terburu-buru di hari ke-3 karena harus mengejar pesawat sore harinya. Sim memberitahu saya bahwa lalu lintas hari Jumat di Georgetown sangat buruk karena pada hari Jumat semua pekerja dan pelajar biasanya kembali ke Buttersworth yang searah dengan bandara sehingga sebaiknya paling lambat sore hari saya sudah mengarah ke bandara.

Chowrasta Market merupakan gedung pasar yang sarat dengan penjual dari India. Dari bawah gedung sudah nampak berbagai orang India menjual bumbu2 masakan India, dupa untuk sembahyang, dan kain-kain sari. Toko bukunya sendiri terletak di lantai 2 pasar ini. Begitu naik ke lantai 2, suasana gelap dan sepi. Tidak terlalu banyak yang mencari buku hari-hari ini seiring dengan berkembangnya e-book sehingga toko buku semacam ini terancam akan punah. Sedih sekali ya, padahal sangat menyenangkan membaca buku langsung dari fisiknya, mata pun tidak lelah. Hal ini juga berakibat uncle India penjual menjadi agak memaksa untuk membeli dagangan mereka ketika melihat ada pembeli. Walaupun begitu, saya tetap membeli seplastik buku-buku yang sudah lama saya cari dengan harga dan kualitas yang termasuk baik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun