Mohon tunggu...
Weni Fitria
Weni Fitria Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

Memperkaya pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tradisi Malamang dan Manjalang Mintuo yang Masih Ada di Sumbar Setiap Menjelang Ramadan Maupun Hari Raya

18 Mei 2020   15:26 Diperbarui: 18 Mei 2020   19:52 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara tradisi, masyarakat Indonesia memang kaya akan berbagai tradisi. Termasuk tradisi ketika akan memasuki bulan Ramadan dan menjelang hari raya Idul Fitri.

Termasuk  di daerah  saya Sumatera Barat. Ada beberapa tradisi yang masih dilakukan oleh sebagian masyarakat terutama yang berada di perkampungan dalam rangka menyambut Ramadan maupun saat Hari Raya. Diantaranya adalah tradisi malamang dan manjalang mintuo.

Tradisi malamang  adakalanya  dilakukan beriringan dengan tradisi manjalang mintuo. Namun bukan berarti keduanya harus dilakukan secara beriringan. Bisa saja tradisi malamang dilakukan tanpa diikuti oleh tradisi manjalang  mintuo. Ataupun sebaliknya, manjalang mintuo tetap dilakukan sekalipun tanpa melakukan tradisi malamang.

 

Malamang

Lemang (lamang)| Foto: Dok.Pri
Lemang (lamang)| Foto: Dok.Pri
Malamang atau membuat lemang  adalah memasak sejenis makanan yang disebut lemang (lamang). Yakni makanan yang terbuat dari beras pulut yang dicampur dengan santan.

Cara memasaknya pun sangatlah unik. Lemang dimasak dalam ruas bambu yang telah dibersihkan dan diberi daun pisang di dalamnya. Kemudian dimasak dengan cara dipanggang dengan didekatkan pada api yang tengah menyala.

Memasaknya pun membutuhkan waktu yang cukup lama. Berdasarkan pengalaman saya pribadi, memasak lamang kadang menghabiskan waktu lebih dari 4 jam. Ini disebabkan lemang tidak boleh terus menerus diberi api yang menyala. Saat bambu sudah layu, maka lemang dibiarkan dimasak dengan bara api yang menyala kecil.

Membuat lemang atau malamang merupakan tradisi yang masih ada sampai hari ini di Sumatera Barat. Sekalipun tidak semua orang atau keluarga memasak makanan tersebut, paling tidak di kampung-kampung, tradisi ini masih dilakukan sebagian orang atau keluarga.

Termasuk di kampung saya sendiri Kabupaten Pesisir Selatan, tradisi ini masih ada sekalipun tidaklah  dilaksanakan semua orang. Biasanya, tradisi  ini dilakukan menjelang hari-hari besar agama Islam. Misalnya saat menyambut bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha.

Tak jarang tradisi malamang juga disertai dengan tradisi menjalang mintuo. Khususnya  jika memasak lemang ini dilaksanakan menjelang masuknya bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Dimana saat itu, juga berlangsung kebiasaan atau tradisi  manjalang mintuo.

Adakalanya masakan lemang ini yang ini yang dibawa sebagai hantara ketika melakukan tradisi manjalang mintuo.Namun adakalanya bukan lemang, tapi masakan lain seperti berbagai macam gulai dan masakan Minang lainnya. Bahkan tak jarang berupa kue-kue tertentu.

 

Manjalang Mintuo

Lemang yang sudah berada di rumah mertua dan siap disantap|Foto: Dok.Pri 
Lemang yang sudah berada di rumah mertua dan siap disantap|Foto: Dok.Pri 

Manjalang bisa diartikan mengunjungi atau menemui. Sedangkan mintuo berarti mertua. Dalam konteks ini, manjalang muntuo bermakna mengunjungi mertua  yang dilakukan pada hari tertentu. Biasanya saat akan memasuki bulan Ramadan dan saat Hari Raya.

Selain saat memasuki Ramadan dan Hari Raya, manjalang mintuo juga wajib dilakukan bagi pasangan yang baru menikah (penganten baru). Yaitu sebuah tradisi mengenal lebih jauh keluarga suami dengan cara mengunjungi, beberapa hari setelah dilangsungkannya akad nikah.

Mintuo yang dimaksud disini adalah orang tua dari pihak suami. Jadi menantu perempuan didampingi suaminya biasa melakukan tradisi mengunjungi orang tua dan keluarga suaminya pada waktu tertentu.

Budaya di Minang adalah matrilinear, dimana garis keturunan berdasarkan garis ibu. Setelah menikah, seorang laki-laki akan meninggalkan rumah orang tuanya dan tinggal di rumah keluarga istrinya. Namun mereka tentunya juga boleh tinggal di rumah sendiri yang terpisah dengan keluarga istrinya. Walaupun mengunjungi mertua dapat dilakukan kapan saja, tetap ada saat-saat tertentu mereka mengunjungi mertua melalui tradisi manjalang mintuo tersebut.

Tradisi Manjalang Mintuo atau mengunjungi orang tua atau keluarga  suami saat masuknya Ramadan maupun saat Hari Raya,  sebagian besar masih dipelihara oleh masyarakat Minang. Apalagi bagi pasangan yang baru menikah, maka manjalang mintuo merupakan sebuah keharusan yang rasanya tidak pantas untuk ditinggalkan. 

Bukan hanya pasangan muda, lagi-lagi berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis sendiri, manjalang mintuo merupakan tradisi yang masih dijaga kalangan yang sudah lama menikah dan sudah memiliki anak.

Biasanya saat mengunjungi mertua tersebut, maka menantu perempuan akan membawa makanan tertentu. Dibeberapa daerah di Sumbar salah satu makanan yang dibawa adalah lemang.  Namun, ada di beberapa daerah yang lain makanan yang dibawa bisa jadi berbeda, sesuai dengan kebiasaan setempat.

Di daerah penulis sendiri yakni Pesisir Selatan,  lemang masih menjadi salah satu jenis makanan yang dihantarkan saat menjalang mintuo pada saat menjelang bulan puasa maupun saat hari raya.  

Sehingga inilah yang menyebabkan tradisi malamang pada hari besar Islam adakalanya beriringan dengan tradisi manjalang mintuo tersebut. Dimana bagi yang ingin menjalang mintuo dengan membawa hantaran lemang, maka biasanya mereka terlebih dahulu melakukan tradisi malamang.

Namun, dengan semakin berkembangnya masyarakat membuat tradisi membawa lemang saat manjalang mintuo juga sudah mengalami perubahan. Adakalanya mengunjungi mertua dilakukan hanya berbekal kue atau cake yang mudah dibuat atau dibeli.

Itulah dua tradisi yang masih bisa ditemui di daerah saya saat Ramadan datang maupun saat hari Raya. Tradisi yang terasa yang menjadi salah satu yang memperkaya khazanah budaya Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun