Mohon tunggu...
Weni Indriyani
Weni Indriyani Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar/ Mahasiswa

Artikel | Resensi Film | Resensi Novel | Cerita Fiksi | Liburan #belajarbareng

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesiapsiagaan Masyarakat Pesisir dalam Pengurangan Risiko Bencana Tsunami yang Diakibatkan Gempa Bumi

27 Maret 2023   12:42 Diperbarui: 27 Maret 2023   12:45 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kesiapsiagaan Masyarakat Pesisir dalam Pengurangan Risiko Bencana Tsunami yang Diakibatkan Gempa Bumi

Pada Mei 2006 silam, Yogyakarta dan Jawa Tengah diguncang gempa dengan kekuatan magnitudo 5.9. Gempa bumi tektonik itu kemudian memakan korban jiwa hingga ribuan nyawa. Terhitung 6.234 jiwa meninggal dunia, sedangkan ratusan ribu luka-luka. Tentunya gempa ini membawa duka yang mendalam bagi warga Yogyakarta dan sekitarnya. Tidak hanya keluarga serta saudara yang menjadi korban, namun rumah-rumah juga turut hancur tak bersisa. Hanya meninggalkan sisa patahan-patahan puing yang tidak lagi bisa berdiri tegak.

Kekhawatiran warga bertambah, ketika mendengar sebuah isu bahwa akan terjadi tsunami. Warga yang bertempat tinggal tidak jauh dari pantai kemudian berlari menuju dataran yang lebih tinggi. Ini bisa dikatakan sebuah bencana besar yang dihadapi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya.

Menurut WHO (2002) bencana adalah kejadian yang menyebabkan terganggunya kondisi normal dan dapat menyebabkan penderitaan melebihi kapasitas penyesuaian yang terkena dampak. Sedangkan menurut Burhan (2007) bencana menyiratkan peristiwa luar biasa yang terjadi tiba-tiba dan tidak terduga. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bencana adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumberdayanya.

Berdasarkan definisi tersebut, untuk dapat disebut bencana harus dipenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

  • Ada peristiwa
  • Terjadi karena faktor alam atau karena ulah manusia
  • Terjadi secara tiba-tiba (sudden) akan tetapi dapat juga terjadi secara perlahan-lahan
  • Menimbulkan hilangnya jiwa manusia, harta benda, kerugian sosial-ekonomi, kerusakan lingkungan, dan lain-lain.
  • Berada di luar kemampuan masyarakat untuk menanggulanginya.

Terdapat tiga jenis bencana, antara lain:

  • Bencana Alam

Bencana alam diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam.

  • Bencana Non Alam

Bencana non alam yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam misalnya berupa gagal teknologi, dan lain-lain.

  • Bencana Sosial

Bencana sosial diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.

Menurut Lazarus dan Cohen (dalam Bell dkk, 1996) terdapat 3 tipologi stressor lingkungan yaitu:

  • Daily hassles; kejadian singkat setiap hari dan memiliki magnitude yang relatif kecil, antara lain: pergi bekerja, sekolah, dan seterusnya.
  • Personal stressor; kejadian yang memberi dampak kuat pada seseorang berupa perasaan terancam atau kehilangan sesuatu, antara lain; kehilangan pekerjaan, kehilangan, orang yang dicintai, dan seterusnya.
  • Cataclysmic event; kejadian yang memiliki intensitas dan potensi merusak atau menghancurkan lingkungan secara lebih luas.

Oleh karena itu, untuk mengurangi risiko dampak bencana diperlukan kemampuan mengelola dan persiapan menghadapi bencana.

Risiko adalah cara sistematis menangani bahaya-bahaya dan ketidakamanan yang disebabkan dan diperkenalkan oleh modernisasi itu sendiri.

Sedang pengertian dari masyarakat risiko konsekuensi yang tidak diketahui dan tidak dimaksudkan menjadi kekuatan yang dominan dalam sejarah dan masyarakat risiko dalam masyarakat industri dan risiko dalam masyarakat risiko.

Risiko terbagi menjadi 3 yaitu, pertama, risiko fisik ekologi yakni risiko kerusakan fisik pada manusia dan lingkungannya. Kedua, risiko sosial yakni risiko yang menggiring pada rusaknya bangunan dan lingkungan sosial sebagai akibat dari faktor-faktor eksternal seperti kondisi alam, teknologi dan industri, dan ketiga, risiko mental yakni risiko dengan hancurnya bangunan psikis, berupa perkembangan aneka bentuk abnormalitas, penyimpangan (deviance) atau kerusakan psikis lainnya, baik yang disebabkan faktor eksternal maupun internal.

Kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh gempa tektonik ini serta banyak memakan korban jiwa, disebabkan karena gempa bumi terjadi pada dini hari. Beberapa tahun silam, gempa bumi juga mengguncang Sumatera utara (2009), Pidie Jaya (2016), Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Barat (2018), dan Sulawesi Barat (2020). Melihat bencana gempa bumi kerap terjadi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang disampaikan oleh Ptl Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Dr. Raditya Jati secara virtual, terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk menyikapi potensi serta dampak buruk dari gempa. Pendekatan tersebut:

  • Pengelolaan Risiko Bencana
  • Kolaborasi Pentaheliks
  • Adaptasi Revolusi Industri 4.0

Sumber:

BNPB. Refleksi dan Belajar dari Gempa Yogyakarta dan Jateng 15 Tahun Lalu. Diakses pada laman https://bnpb.go.id/berita/refleksi-dan-belajar-dari-gempa-yogya-dan-jateng-15-tahun-lalu- pada hari Sabtu, 25 Maret 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun