Mohon tunggu...
Aya
Aya Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Peri penjaga perapian di rumah Sylvia Plath.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Simpan Saja Namamu dalam Saku, Kita Tidak Jadi Siapa-siapa Hari Ini

7 September 2023   11:16 Diperbarui: 7 September 2023   21:22 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu benar. Buat apa susah payah mengingat nama orang yang mungkin tidak akan kautemui lagi sepanjang sisa hidupmu?

"Syair Shakespeare, ya."

Kau terkekeh-kekeh, sementara aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tersinggung.

"Baiklah, Nona. Kita bisa berbagi meja, kan?"

Sungguh, kau mahir sekali membuat orang lain kesal, bahkan hanya dengan nada bicaramu.

"Berhenti. Itu menggelikan."

Aku menggeser kursi, duduk di hadapanmu dan secara sengaja meletakkan ponselku yang bergetar tiap dua menit sekali di dekat cangkir kopi milikmu.

Dan entah bagaimana awalnya, kita berbicara santai seperti kawan lama, bahkan tanpa saling mengetahui nama masing-masing. Aku bercerita tentang anak bebek yang berubah menjadi bayi kura-kura di kolam belakang rumahku. Kau memperkenalkanku kepada arwah ikan-ikanmu yang mati setelah akuarium tempat mereka tinggal ditelan seekor tokek. Aku katakan cita-citaku mengoleksi berbagai jenis kupu-kupu yang diawetkan dan disimpan dalam kotak kaca. Kau berniat memelihara gagak seperti wanita tua di sebelah rumahmu.

Percakapan mengalir tanpa tujuan sampai tahu-tahu, dua porsi takoyaki sudah habis kumakan. Aku kehabisan waktu. Kutepuk pundakmu dua kali sebagai penghargaan sebelum beranjak pergi dari kedai itu.

Kau berlari cepat mengejarku. Di depan kedai, kau berteriak, "Tunggu! Boleh aku tahu namamu?"

Langkahku tidak melambat, sementara kau memutuskan untuk paham dan tidak mengejarku lebih jauh. Kau tidak perlu tahu namaku, seperti aku tidak perlu tahu namamu. Sesuatu menjadi manis jika kau hanya mencicipinya sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun