Menulis itu mudah. Siapa saja bisa. Hanya tinggal bermain kata. Tulisan jadi. Selesai. Simpel. Nggak ribet. Pun bayarannya tidak seberapa. Begitu pikir banyak orang.
Saya juga mengamininya. Dulu. Saat masih remaja. Ketika belum tahu kalau riset itu penting.
Sekarang beda. Karena harus riset tadi.
Tahapannya cari ide dulu. Cari alasan pentingnya tulisan itu dibuat. Apa yang ingin diberitahukan ke orang lain.
Setelah itu, masuk tahap brainstorming. Baca banyak referensi. Kalau bisa lihat kejadiannya secara langsung. Di tahap ini, intinya eksplorasi sebanyak-banyaknya.
Baru masuk ke teknis penulisan. Itupun dibuat garis besarnya dulu. Buat alurnya. Biar ide yang ingin disampaikan urut. Rapi. Dan semua informasi bisa tersampaikan.
Biar tidak kering, bisa digabung beberapa topik sekaligus. Tapi, cari yang ada hubungannya. Yang nyambung sama isinya.
Kemudian, baru menulis konten. Sesuai garis besar yang sudah dibuat tadi. Kalaupun ada ide di tengah jalan, bisa diimprove. Yang penting alurnya tetap sama. Rapi.
Ketika menulis di media online seperti ini pun ada aturannya. Yang menabrak kaidah penulisan bahasa Indonesia. Yang saya pelajari sejak SD itu.
Pertama: satu paragraf maksimal hanya 4 baris (versi web). Kalau bisa cukup 3 baris saja. Biar mata tidak mudah lelah. Dan tulisannya mudah diikuti.