"Roknya itu kupakai kalau ada acara di tempat suami. Sekarang belum ada acara," katanya.
Kukenakan sepatu sandalku. Memang tak menutupi semua telapak kakiku. Tapi kalau aku pakai kaos kaki hitam, tentu tak ada yang tahu kalau ini bukan sepatu. Toh, rok yang kupakai panjang.
Aku berjalan ke lokasi tes. Beruntung, jarak antara rumah dan gedung tes tidak jauh. Aku bisa berjalan kaki.
Sampai di sana, jantungku berdegup kencang. Apa yang harus kulakukan sekarang. Belajar lagi? Belajar apa? Ada yang kurang tak ya? Aku memeriksa kembali KTP dan kartu ujian yang sudah kupersiapkan dari rumah. Aku melihat sekeliling.
Suami bilang, selama tes berlangsung, keluarga, kawan, atau orang lain bisa melihat aktivitas tes kita. Ada televisi besar yang dipasang di area tunggu. Di layar itu tertera seluruh nama peserta tes dan nilainya. Nama-nama itu bergerak naik turun mengikuti nilai tes yang terus bertambah.
Begitu selesai tes, semua orang akan tahu kita lulus atau tidak - melalui layar itu. Di hari berikutnya, hasil tes dipajang di dinding-dinding di ruang tunggu. Jadi, hari itu pun aku bisa melihat hasil nilai peserta yang tes di hari-hari sebelumnya. Dan kenyataannya, hanya sedikit sekali yang berhasil lulus. Fakta itu membebaniku. Begitu sulitnyakah soal tes CPNS ini?
Ruang tes berada di lantai dua. Aku berjalan menaiki tangga dengan hati yang berdegup kencang. Semua barang yang kubawa ditinggal di bawah. Yang boleh dibawa hanya badan, KTP, dan Kartu Ujian. Kertas buram dan pensil diberikan di dalam dan tidak boleh dibawa pulang.
Ada pemeriksaan di pintu masuk ruangan. Bahkan ada pintu sensor - seperti yang ada di bandara di sana. Aku waswas, khawatir sepatu sandalku ketahuan dan aku diminta pulang.
Alhamdulillah lolos dan aku mengisi tempat duduk yang masih kosong. Di depanku ada layar komputer all in one berwarna putih. Tempat duduk di samping kanan-kiriku segera terisi. Ruangan itu segera penuh.
Petugas dari BKN Regional Pekanbaru memberi petunjuk pelaksanaan tes. Aku merapal ayat kursi berkali-kali karena aku takut berpikir yang lain-lain yang mungkin bisa membuyarkan konsentrasiku. Aku berkata pada diriku sendiri - yang juga kutembuskan pada Ilahi, "Tak perlu skor besar, yang penting lewat ambang batas."
Dengan bismillah, kumulai mengerjakan tes itu. Bersisa sedikit dari waktu yang diberikan, aku mantap menutup sesi tes. Begitu sesi itu ditutup, aku akan langsung tahu nilaiku. Apakah aku lulus atau tidak.