"Ku kenal kamu dari jauh, tergetar hati melihatmu. Wajamu lembut, senyummu lembut, rambutmu lepas tergerai. Terasa sejuk mengenalmu, merdeka aku dibuaimu. Dipayungi mega kelabu. Kau buka mataku, kau sadarkan aku, janganlah bosan". (16 Juli 1996)
"Gonjang ganjing gonggongan anjing, anjing herder sampai anjing peking. Dar der dor otak digedor, dengan pelor hati diteror". (17 Juli 1996)
Berkaca pada sejarah, terjadi peristiwa Kuda Tuli atau Kerusuhan Dua Tujuh Juli tahun 1996. Terjadi pengambilan paksa Kantor Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pimpinan Megawati oleh Kubu Soeryadi dibantu rezim Orde Baru.
Pada 12 Oktober 1996 Komnas Ham melansir, akibat Tragedi Kuda Tuli, 23 orang hilang, 5 orang tewas dan 149 orang luka-luka. Kerugian ditaksir mencapai Rp 100 miliar.
Lalu apa kaitannya dengan Iwan Fals? Dilansir dari akun facebook.com/orang-indonesia, musisi kelahiran 1961 itu pernah datang langsung bersama temannya, Endi Aras, menyaksikan mimbar demokrasi yang digelar terbuka di Kantor PDI. Saat itu banyak para aktivis, mahasiswa dan kalangan intelektual berkumpul untuk menyatakan dukungan atas Megawati Soekarno Putri.
Hari itu adalah 15 Juli 1996, sekitar dua pekan sebelum "tukang pukul" Soeharto menyerbu Kantor PDI dalam tragedi Kuda Tuli.
Agaknya situasi politik saat itulah yang menjadi alasan Megawati muda sebagai inspirasi Iwan Fals menulis lagu-lagu di atas.
Di dalam beberapa artikel lawas yang memuat wawancara Iwan Fals dapat dipetik beberapa alasan kenapa ia mendukung Megawati Saat itu. Dalam pengetahuan saya, menjelang Reformasi 98, banyak aktivis dan tokoh mendukung Megawati yang baru saja "dizalimi" Orba. Termasuk WS Rendra, penyair kritis dan Budiman Sudjatmiko, Ketua PRD, aktivis reformasi paling dicari Pemerintah Suharto.
Untuk memahami lebih jelas perkara ini tentunya kita harus kembali ke masa-masa sebelum reformasi. Memahami situasi perpolitikan tanah air saat itu.
Ayah dari Galang Rambu Anarki ini, lebih memandang Mega sebagai sosok seorang ibu. Ibu yang bisa membereskan semua masalah bangsa kala itu. Dia melihat putri Proklamator Indonesia itu tetap kuat meski menghadapi tekanan politik dari pemerintahan yang berkuasa.