Pola favorit dari pelatih 52 tahun ini adalah 4-3-3 dengan satu penyerang tunggal dan didukung dua pemain sayap cepat dikedua sisinya, serta satu selandang serang pendukung penyerangan. Mendewakan sistem permainan tiki-taka ala Barcelona yang cocok dengan postur rata-rata pemain Indonesia, namun kurang punya alternatif sistem dan pola lain bila timnya sedang didera kebuntuan.
Juru racik ini juga merupakan seorang psikiater maupun motivator ulung baik di dalam maupun luar lapangan. Dapat dilihat dari aksi-aksinya saat menukangi timnas U-19 lalu, coba kita ingat momen psy war memoriabel terhadap timnas U-19 Korsel. Kala itu Bung Indra berucap “Indonesia lebih besar dari Korsel, sampaikan kepada Korsel kami akan mengalahkan mereka pada 12 Oktober nanti”, hasilnya Korsel dilumat timnas kita di Gelora Bung Karno. Atau masih ingat dengan penerapan kebiasaan-kebiasaan seperti “mencium tangan” kepada staf pelatih, hal itu diharapkan dapat menjadi sarana penghormatan dan penegas wibawa sang pelatih didepan para pemainnya.
Bali United Pusam beruntung mendapatkan jasa dari pelatih kelahiran Batang Kapas ini. Kesebelasan Bali United Pusam memang club semenjana di ISL musim ini. Dengan statusnya yang baru berpindah kandang, nama baru, manajemen baru serta dihuni banyak pemain muda eks Timnas U-19 yang minim pengalaman sulit dirasa tim ini mampu mencapai jajaran elit di akhir musim, pun demikian masih adanya pemain berpengalaman semacam Yo Jae Hun dan Bayu Gatra Sanggiawan diharapkan mampu menjadi pembimbing bagi para pemain muda lainnya. Dengan perpaduan antara materi pemain yang dimiliki dan kemampuan pelatih Indra, kemungkinan club yang satu ini masih dapat bertahan di kompetisi ISL namun kurang berpotensi menyodok ke jajaran elit.
Begitu saja, salam bal-balan sampek sengkleh…
Surabaya, 19 Maret 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H