Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mewujudkan Iman yang Otentik

26 Maret 2023   08:25 Diperbarui: 26 Maret 2023   18:44 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perikop ini penting menjadi bahan refleksi kita di zaman ini. Penolakan terhadap Injil tidak selalu karena faktor teologi. Dalam kasus
Demetrius ini jelas ia melakukan demo dan keributan karena khawatir perusahaannya bangkrut. Ini soal fulus, bukan soal ajaran. Di tengah huruhara yang kacau itu selalu ada "orang baik" yang menebar katakata hikmat sehingga para pendemo itu membubarkan diri. Seorang sekretaris kota punya karisma yang kuat di sini. Bisa juga terjadi, jika ada penolakan terhadap komunitas Kristen di suatu wilayah, mungkin bukan karena ajaran atau teologinya melainkan karena cara-cara berkomunikasi kita yang tidak optimal, cara berelasi kita yang tidak ramah, atau mungkin karena mobil-mobil umat yang diparkir menghalangi kegiatan masyarakat; mungkin juga karena gedung gereja kita dianggap terlalu mewah di kampung itu, atau ada sebab yang lain.

Oleh karena itu, mari kita terus memberitakan kabar kesukaan secara elegan melalui sikap dan perbuatan kita, melalui karyakarya sosial yang menyentuh orang banyak. Kita harus terus mewujudkan iman yang otentik tanpa takut!

Dalam beberapa terakhir ini dibeberapa tempat terjadi pelarangan ibadah umat Kristen, ada protes terhadap patung Bunda Maria di Kulon Progo Yogyakarta, upaya melakukan revisi/pencabutan terhadap PBM Menag Mendagri 2006 yang dianggap mempersulit pembangunan gedung gereja.

Realitas itu membuktikan bahwa kebebasan beragama belum sepenuhnya terwujud di NKRI. Menuju Pemilu 2024 bisa jadi kehidupan beragama tidak terlalu baik karena agama dijadikan kuda tunggang politik untuk memenangkan pertarungan. Hal itu pernah terjadi dalam sebuah pilkada di negeri ini tahun 2017.

Sebagai warga bangsa kita harus terus menjaga agar politik kebangsaan yang diperkuat di negeri ini bukan politik identitas yang bisa merusak NKRI yang majemuk.

Sebagai warga Gereja kita takboleh melupakan tugas suci kita yaitu memberitakan Injil dengan cara-cara elegan, termasuk melalui kehadiran kita yang menampilkan kekristenan yang penuh empati, solidaritas, kepedulian ditengah konteks kekinian kita.

Selamat Merayakan Hari Minggu, God Bless!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun