Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ayahku Seorang Guru

27 November 2022   00:52 Diperbarui: 27 November 2022   01:03 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AYAHKU
SEORANG GURU

ayahku seorang guru
guru pribadiku
guru murid-murid
di wilayahnya
beliau guru sejati
yang terus menerus mengajar hingga memasuki usia pensiun
bahkan hingga
akhir hayatnya
ayahku lahir
dua juni 1895
dan dipanggil Tuhan tahun 1975
sesudah aku menyelesaikan studi teologi
dan sesudah aku membangun
sebuah rumah tangga
ayahku seorang guru sekolah rakyat
yang penuh dedikasi
murid-murid
dan para orangtua murid
amat mengapresiasi
sang guru

ayahku adalah aktivis dan sesepuh.gereja
di wilayah itu
realitas seperti itu tidak pernah menjadi kendala
dalam menunaikan tugasnya sebagai seorang guru

spirit dan jiwa keguruannya melumuri kediriannya
sepanjang waktu
dirumah nyaris setiap hari
ia menyuruhku
membaca sebagian artikel
yang ada dalam sebuah buku
ia mengecek apakah aku membaca dengan cermat
pengejaannya tepat
intonasinya benar sesuai dengan tanda baca
dengan gaya seorang guru
ia menjelaskan
kepadaku pentingnya
diksi
intonasi
aksentuasi
karena akan berpengaruh
pada pemaknaan sebuah kalimat

ayahku seorang guru
yang setia mendidik dan mengajar aku
tentang hal-hal keagamaan
etika
dan pengetahuan umum
ia tidak hanya
mengajarku dari aspek verbal dan teori
tapi juga melalui
tindakan dan keteladanan

ayahku seorang guru
aku bangga kepadanya
tanpa dia
aku bukan apa-apa
tanpa dia
aku tidak menjadi
siapa-siapa

ayahku seorang guru sejati
ayahanda samuel sairin
dalam segala keterbatasan fasilitas pendidikan
di tahun 50 an
ia tetap seorang
guru
figur yang layak
di gugu
dan di tiru
ia sosok rendah hati penuh empati
ia menampilkan
kekristenan sejati
hingga akhir hayatnya.

Jakarta,26 November 2022/pk.4.04
Weinata Sairin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun