AYAHKU
SEORANG GURU
ayahku seorang guru
guru pribadiku
guru murid-murid
di wilayahnya
beliau guru sejati
yang terus menerus mengajar hingga memasuki usia pensiun
bahkan hingga
akhir hayatnya
ayahku lahir
dua juni 1895
dan dipanggil Tuhan tahun 1975
sesudah aku menyelesaikan studi teologi
dan sesudah aku membangun
sebuah rumah tangga
ayahku seorang guru sekolah rakyat
yang penuh dedikasi
murid-murid
dan para orangtua murid
amat mengapresiasi
sang guru
ayahku adalah aktivis dan sesepuh.gereja
di wilayah itu
realitas seperti itu tidak pernah menjadi kendala
dalam menunaikan tugasnya sebagai seorang guru
spirit dan jiwa keguruannya melumuri kediriannya
sepanjang waktu
dirumah nyaris setiap hari
ia menyuruhku
membaca sebagian artikel
yang ada dalam sebuah buku
ia mengecek apakah aku membaca dengan cermat
pengejaannya tepat
intonasinya benar sesuai dengan tanda baca
dengan gaya seorang guru
ia menjelaskan
kepadaku pentingnya
diksi
intonasi
aksentuasi
karena akan berpengaruh
pada pemaknaan sebuah kalimat
ayahku seorang guru
yang setia mendidik dan mengajar aku
tentang hal-hal keagamaan
etika
dan pengetahuan umum
ia tidak hanya
mengajarku dari aspek verbal dan teori
tapi juga melalui
tindakan dan keteladanan
ayahku seorang guru
aku bangga kepadanya
tanpa dia
aku bukan apa-apa
tanpa dia
aku tidak menjadi
siapa-siapa
ayahku seorang guru sejati
ayahanda samuel sairin
dalam segala keterbatasan fasilitas pendidikan
di tahun 50 an
ia tetap seorang
guru
figur yang layak
di gugu
dan di tiru
ia sosok rendah hati penuh empati
ia menampilkan
kekristenan sejati
hingga akhir hayatnya.
Jakarta,26 November 2022/pk.4.04
Weinata Sairin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H