Sikap Yesus sendiri terhadap harta amat tegas. Ia menyatakn jangan mengumpulkan harta di bumi tetapi di surga. Di mana hartamu berada di situ juga hatimu (Mat. 6 :19-24). Harta dan/atau kekayaan menjadi mamon yang lebih atraktif dan menggiurkan dibanding Allah. Manusia tak bisa berada pada posisi mendua, percaya kepada Allah dan sekaligus beriman kepada mamon.
Amsal justru mengedukasi dan mengingatkan umat agar mereka bersikap rendah hati dan takut akan Tuhan. Dengan konsisten melakukan itu maka umat akan mendapat ganjaran, reward, yaitu kekayaan kehormatan, dan kehidupan.
Di tengah kecenderungan yang terjadi di dalam dunia sekuler, tatkala orang berjuang keras mendapatkan kekayaan dengan menghalalkan segala cara, maka narasi Kitab Amsal dan pesan Yesus dalam Khotbah di Bukit sangat menolong kita untuk menjalani kehidupan dalam perspektif yang baru yang berada dalam koridor yang Allah tetapkan.
Di era seperti sekarang ini ketika roh demonis menguasai kedirian umat, sehingga dengan santai membuat skenario untuk membunuh kawan seiman atau siapa saja, maka firman Tuhan harus mampu mengedukasi umat dan mentransformasi umat sehingga mampu untuk tetap setia pada jalan yang Tuhan telah tetapkan. Kekristenan harus tampil unggul ditengah dunia yangn makin rapuh dan bergelimang aib.
Selamat Merayakan Hari Minggu
God Bless Us.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H