REFLEKSI ALKITAB, MINGGU 3 APRIL 2022
 FIRMAN ALLAH ITU KUAT DAN POWERFUL
Oleh Weinata Sairin
"Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu." (2 Timotius 2:9)Â
Keterbelengguan dan keterpenjaraan adalah sesuatu yang tidak pernah diharapkan oleh siapa pun. Keterpenjaraan---baik
fisik maupun nonfisik---amat menghambat dan mengganggu diri seseorang. Kondisi itu bisa menyebabkan seseorang teralienasi dari
konteks sosiologisnya, bahkan mengakibatkan seseorang tercabut dari akar kulturalnya.
Pada zaman dahulu, banyak pejuang kemerdekaan kita yang dijebloskan ke dalam penjara karena pandangan politiknya yang
menentang penjajahan. Apakah penjara membuat mereka jera dan kemudian mengubah pandangannya? Ternyata tidak. Penjara tidak
bisa mematahkan semangat mereka untuk mewujudkan Indonesia Merdeka.Â
Penjara justru banyak menginspirasi gagasan baru untuk memperkuat ide-ide, mengelaborasinya lebih komprehensif bahkan lebih mematangkan kemerdekaan itu. Api kemerdekaan tidak pernah bisa dibelenggu walaupun para tokoh pejuangnya berada di dalam penjara.
Di zaman kini, penjara-penjara negeri ini banyak dipenuhi oleh orang-orang yang terkena kasus pidana: korupsi, kriminal. Mereka yang terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) sedang menerima uang suap, langsung dibawa ke Kantor KPK untuk diperiksa. Mereka menebar senyum di depan sorotan kamera stasiun TV sesudah pemeriksaan itu. Tidak tecermin dari raut muka mereka perasaan bersalah.Â
Penjara ternyata tidak memberi efek jera bagi para koruptor, perampok, pembunuh, dan pemasok narkoba, oleh karena konon penjara tetap memberi ruang bagi pelanjutan dan pengembangan perbuatan haram itu.Â
Hal yang penting dicatat adalah, para koruptor dan mereka yang dipenjara itu ternyata adalah orang-orang yang dikategorikan sebagai pemimpin, yang piawai melafalkan ayat-ayat kitab suci, yang memiliki eselon, dan yang hartanya sudah berlipat ganda.Â
Paulus dalam suratnya kepada Timotius, yang dikutip di awal tulisan ini, mengungkapkan kondisinya yang amat mengenaskan.Â
Dengan tegas Paulus menyatakan bahwa ia menderita, bahkan dibelenggu seperti penjahat karena memberitakan Injil. Andai kata Paulus tidak melakukan pemberitaan, diam saja, pasif, atau melakukan pemberitaan tentang yang lain---bukan Injil, tentu ceritanya akan lain. Paulus pun tahu persis bahwa penjara itu adalah harga yang harus dibayar untuk akivitas memberitakan Injil. Â
Namun, dalam kondisi keterpenjaraannya itu, kata-kata Paulus tetap powerful dan meaningful. Dalam gaya yang antagonistik-paradoksal, ia berucap bahwa dirinya bisa saja dibelenggu tetapi Firman Allah tidak terbelenggu.Â
Kata-kata itu memberi inspirasi bagi kita yang hidup kini dan di sini, ditengah perjuangan kita melawan pandemi. Firman Allah selalu memberi kekuatan baru dan horison baru dalam kepengapan kita menjalani kehidupan.Â
ebagai umat Kristen yang percaya sepenuhnya kepada Injil Kristus yang menyelamatkan dan membebaskan, kita terusmenerus terpanggil memberitakan Firman Allah melalui kehidupan konkret, dalam kapasitas apa pun kita, di segala situasi termasuk di zaman Omicron sekarang ini.Â
Jangan kita membelenggu Firman Allah, biarlah Firman Allah itu mendunia dan mengubah dunia. Firman Allah itu kuat dan berkekuatan dahsyat.
Selamat Merayakan Hari Minggu.
God Bless!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI