Dengan tegas Paulus menyatakan bahwa ia menderita, bahkan dibelenggu seperti penjahat karena memberitakan Injil. Andai kata Paulus tidak melakukan pemberitaan, diam saja, pasif, atau melakukan pemberitaan tentang yang lain---bukan Injil, tentu ceritanya akan lain. Paulus pun tahu persis bahwa penjara itu adalah harga yang harus dibayar untuk akivitas memberitakan Injil. Â
Namun, dalam kondisi keterpenjaraannya itu, kata-kata Paulus tetap powerful dan meaningful. Dalam gaya yang antagonistik-paradoksal, ia berucap bahwa dirinya bisa saja dibelenggu tetapi Firman Allah tidak terbelenggu.Â
Kata-kata itu memberi inspirasi bagi kita yang hidup kini dan di sini, ditengah perjuangan kita melawan pandemi. Firman Allah selalu memberi kekuatan baru dan horison baru dalam kepengapan kita menjalani kehidupan.Â
ebagai umat Kristen yang percaya sepenuhnya kepada Injil Kristus yang menyelamatkan dan membebaskan, kita terusmenerus terpanggil memberitakan Firman Allah melalui kehidupan konkret, dalam kapasitas apa pun kita, di segala situasi termasuk di zaman Omicron sekarang ini.Â
Jangan kita membelenggu Firman Allah, biarlah Firman Allah itu mendunia dan mengubah dunia. Firman Allah itu kuat dan berkekuatan dahsyat.
Selamat Merayakan Hari Minggu.
God Bless!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H