"Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia : Beginilah firman Tuhan, Allah Daud bapa leluhurmu : Telah Ku dengar doamu dan telah Kulihat airmatamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi...." (Yesaya 38 :5)
Dalam upaya membangun dan memperkuat relasi antar manusia, pada tataran horisontal, ada banyak bentuk yang bisa dilakukan. Ada saling kunjung dan pertemuan silaturahim, ada acara week end atau berlibur bersama ke luar kota, ada saling berbagi informasi. Di era digital sekarang penguatan relasi bisa dilakukan melalui media sosial : WA, tweeter, facebook, instagram, telegram, telepon, dan sebagainya.
Saling membagi persoalan/pergumulan dan mendapatkan saran/masukan adalah juga salah satu wujud komunikasi yang memperkuat relasi antar pribadi. Dalam konteks kehidupan kristiani penguatan relasi antar umat seiman tentu saja bisa dilakukan melalui aktivitas gerejawi baik dalam ibadah maupun dalam program/aktivitas lainnya.
Di masa kini, kegiatan gerejawi itu sangat banyak dan hampir terisi seluruh hari dalam seminggu. Ada ibadah hari Minggu, di Gereja yang besar bisa berlangsung 3-5 kali dalam satu hari Minggu; ada kegiatan Komisi (kategorial dan non kategorial), kegiatan panitia, kelompok kerja, tim, gugus tugas, wilayah/sektor, kesekretariatan, dan lain sebagainya. Kesemuanya itu dikelola secara profesional oleh Majelis Jemaat dalam kordinasi seorang/beberapa pendeta jemaat yang dipangil secara full time oleh Jemaat dan di hire untuk itu.
Dalam keorganisasian Majelis Jemaat biasanya dikembangkan 'kepemimpinan kolegial', yang didalamnya pendeta yang fulltime bertindak tidak sebagai "komandan"/"bos" tetapi lebih dalam kapasitas seorang gembala/pastor, dalam perspektif primus inter pares yang mengkordinasikan seluruh elemen agar berjalan dengan lancar dan tugas pelayanan Gereja optimal dilaksanakan.
Relasi dan komunikasi dengan Allah, Khalik Semesta Alam dilakukan oleh manusia, sang makhluk, secara terus menerus dalam berbagai bentuk. Relasi melalui ibadah, pembacaan Alkitab, pujian rohani, berdoa, secara kontinyu dilakukan, baik di gedung Gereja, maupun di rumah atau di kantor tempat kita bekerja.
Komunikasi dengan Allah melalui doa pribadi sangat penting untuk diwujudkan secara rutin dan berkesinambungan sehingga relasi kita dengan Allah terawat dengan baik dan konstant. Doa-doa pribadi kepada Allah adalah media yang memungkinkan kita mengungkapkan pergumulan kita kepada Allah.
Dalam doa pribadi kepada Allah pagi, siang, malam biasanya kita bersyukur dan memohon hal-hal yang berhubungn dengan pribadi, komunitas dan orang-orang yang berelasi dengan kita. Dalam tradisi kristen, kita tidak punya rumusan teks doa standar untuk pagi, siang dan malam; doa adalah ungkapan bahasa pribadi kita kepada Allah. Teks Doa standar yang kita miliki hanya Doa Bapa Kami, yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan.
Acapkali yang menjadi pertanyaan kita adalah mengapa Allah tidak menjawab doa-doa kita? Atau mengapa Allah lama  menjawab doa kita. Dari pengalaman empirik kita mendapatkan informasi bahwa ada waktu 5 sampai 8 tahun bahkan lebih pasangan suami istri menunggu jawaban doa mereka untuk mendapatkan seorang anak.
Ada juga pengalaman umat yang doanya cepat sekali dijawab oleh Tuhan. Menarik sekali bacaan dalam kitab Yesaya ini yang menceritakan bahwa Allah mendengar dan menjawab doa Hizkia. Dalam Yesaya 38 : 3 Hizkia menaikkan doa kepada Allah. Ia menyatakan dalam doanya bahwa ia telah hidup dihadapan Tuhan dengan setia, tulus hati, telah melakukan apa yang baik dimata Tuhan.Â