[caption caption="Kesetiaan fans wanita 100 tahun"][/caption]Didirikan pada 19 April 1930 di Yogyakarta dalam Kongres Sepakbola dan dibidani tujuh klub kala itu VIJ Jakarta, BIVB Bandung, PSM Yogyakarta, VVB Solo, MVB Madiun, IVBM Magelang dan SIVB Surabaya. Yang berarti 86 tahun sudah PSSI berdiri di Republik dan sebagai Satu-satunya federasi sepakbola yang menaungi bal-balan negeri ini tercatat sudah 16 Ketua Umum memimpin PSSI.
Mulai dari Soeratin Sosrosoegondo yang memimpin PSSI untuk pertama kali dan disusul Artono Martosoewignyi, Maladi, Abdul Wahab, Maulwi Saelan, Kosasih Poerwanegara, Bardosono, Moehono, Ali Sadikin, Sjarnobie Said, Kardono, Azwar Anas, Agus Gumelar, Nurdin Halid, Djohar Arifin Hoesin dan sekarang La Nyala Matalitti yang kini sedang dikejar kasus oleh Kejaksaan Tinggi Surabaya Jawa Timur.
Kini di tahun 2016 paska terpilihnya La Nyala Matalitti di KLB PSSI, Surabaya situasi PSSI malah tambah tenggelam oleh konflik antara Kemenpora RI dengan PSSI yang (17/4) hari ini telah memasuki setahun berjalan. Konflik menjadikan PSSI dalam pusaran pembekuan oleh Kemenpora RI serta sanksi FIFA, walau mampu menang di Pengadilan serta MA namun tidak serta merta membuat PSSI bisa lepas dari pembekuan yang mendera.
Catatan Penulis
[caption caption="Ulang Tahun PSSI dan Kaos edisi 2014"]
Ingat dua tahun lalu saat penulis menngunakan kaos bertuliskan "PSSI 84 tahun - Minim Prestasi Penuh Politisasi" (seperti foto yang terlampir) dari FDSI (Forum Dialog Suporter Indonesia) pada 2014 atau dua tahun lalu. Namun kin selang dua tahun kemudia dan bergantinya kepemimpinan di Republik ini sepertinya nasib PSSI memang masih setia dengan minim prestasi dan kalau sekarang lebih banyak konflik yang tersaji antara PSSI dengan Kemenpora.
Siapa Nenek Meryem ?
Nama lengkap Meryem Ruacan dan usianya tahun ini genap 1 abad atau 100 tahun, Nenek Meryem adalah pendukung setia klub pemimpin klasemen Liga Super Turki musim ini Besiktas FC yang diperkuat striker Jerman, Mario Gomez. Akhir pekan Nenek Meryem mendapat hadiah sempurna yang merupakan impiannya sebelum Tuhan memanggilnya yakni berkunjung ke stadion baru klub kesayangannya, Stadion Vodafone Arena.
Stadion Vodafone Arena adalah stadion baru bagi klub Besiktas FC yang sebelumnya menggunakan stadion BJK Inoenue yang dibuka saat Nenek Meryem berusia 30 tahun yakni 3 November 1947. Ditengah sakit yang dideritanya paska merayakan 100 tahun usianya, nenek Meryem memang begitu ingin melihat langsung stadion Vodafone Arena walau harus dibantu oleh orang lain dan pihak rumah sakit.
“Hampir sepanjang hidup saya, digunakan untuk mendukung tim ini (Besiktas). Saya mencintai klub ini. Tapi, saya tidak yakin dengan hidup saya terlebih melihat kondisi seperti saat ini, Mungkin hidup saya tak akan lama lagi, dan saya ingin melihat stadion baru itu,” kata Nenek Meryem sebagaimana dilansir harian top skor.
Pihak Rumah Sakit akhirnya memberikan dispensasi khusus kelas VIP distadion Vodafone Arena tersebut bagi nenek Meryem yang mendatangi stadion dengan bantuan kasur rumah sakit. Semangat pantang menyerah, semangat serta fanatisme dan kesetiaan Nenek Meryem sontak membuat suporter Besiktas memberikan respon positif dengan menyebut si nenek dengan sebutan suporter paling fanatik Besiktas FC.
“Pada usia yang telah menginjak angka 100, ia mau meninggalkan rumah sakit dan datang kesini (stadion). Dia benar-benar menggertak kami semua. Nenek Ruacan adalah pendukung Besiktas paling fanatic,” twitt akun @ForzaSenBenYok.
Bagi yang ingin melihat video nenek Meryem mengunjungi stadion Vodafone Arena bisa merujuk pada artikel berikut.
https://www.youtube.com/watch?v=Uu3YgaUk0XI
Kesetiaan dan Cinta untuk Indonesia
Inspirasi Nenek Meryem dalam pandangan penulis adalah kado untuk PSSI ke-86 yang layak diapungkan. Memang tidak ada hubungan dengan PSSI sih nenek meryem dan bisa jadi si nenek pun tidak mengenal PSSI. Namun kesetiaan dan cintanya kepada klub berjuluk ‘Black Eagles’ yang telah berusia 50 tahun layak dijadikan bahan perenungan utamanya untuk stakeholder sepakbola Indonesia.
Bisa jadi semangat mereka baik Pengurus PSSI, Asprov PSSI hingga anggota lainnya adalah untuk sepakbola Indonesia namun harus diakui disituasi konflik selama setahun sekali harus diakui rasa cinta dan kesetiaan sebagaimana saat PSSI didirikan sebagai semangat persatuan untuk Indonesia merdeka mungkin sudah memudar.Dan kesetiaan dan rasa cinta berbalut fanatisme kepada klub layak dijadikan inspirasi agar PSSI kedepannya semakin baik dan mampu membanggakan Indonesia diajang internasional.
Semoga PSSI setahun kedepan tidak lagi berkutat dalam konflik tiada akhir sehingga PSSI Semakin Berprestasi bukan dalam urusan konlik namun prestasi dalam arti sesungguhnya yakni kembali Timnas Indonesia semua level merajai turnamen internasional utamanya dikawasan ASEAN.
Selamat Ulang Tahun PSSI ke-86 !
Salam Sepakbola Nasional,
Wefi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H