Mohon tunggu...
Achmad Suwefi
Achmad Suwefi Mohon Tunggu... Administrasi - pekerja swasta penggemar Liverpool, Timnas dan Argentina

You will never walk alone

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kilas Balik Sepakbola Indonesia 2015 : Rapor Merah yang Bikin Gerah

31 Desember 2015   08:31 Diperbarui: 31 Desember 2015   10:33 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Rapor merah sepakbola Indonesia yang bikin gerah / sumber : soccer.sindonews.com)

Awali tahun 2015 diawali pengurus PSSI yang kala itu masih dipimpin Prof Djohar Arifin dengan direnovasinya kantor PSSI (2/ Jan) yang menghabiskan anggaran hampir Rp. 13 Milyar. “New Home, New Hope dan New Spirit” menjadi spirit pengurus PSSI diawal tahun 2015. Namun hanya selang seminggu paska renovasi, Menpora RI dengan tim sembilannya telah melakukan rapat perdana terkait laporan banyak pihak terkait PSSI (9/ Jan).

 

Sejak itu persepakbolaan nasional mulai diwarnai adu statement dan konflik antara Pengurus PSSI dan Menpora dengan tim sembilannya. Tarik ulur kompetisi sepakbola nasional yakni ISL 2015 terus terjadi antara BOPI, PT. Liga dan Tim Sembilan bentukan Menpora RI sehingga kompetisi ISL pun harus ditunda sejak (18/ Februari) walau proses verifikasi klub peserta sudah rampung oleh PT. Liga namun akhirnya Pengurus PSSI (2/ Mei) membatalkan kompetisi ISL 2015 paska Menpora RI membekukan Pengurus PSSI pimpinan La Nyala Mattaliti yang baru saja terpilih untuk periode 2015-2019 (19/ April).

 

Sejak pembekuan Pengurus PSSI oleh Menpora RI maka suhu konflik pun kian memanas dimana FIFA akhirnya resmi menjatuhkan sanksi kepada PSSI (30/ Mei) karena Menpora RI yang telah membentuk Tim Transisi tetap ‘keukeuh’ dengan keputusannya membekukan Pengurus PSSI. Hukuman kepada PSSI pun menjalar ke urusan Timnas serta status tuan rumah Indonesia sebagai tuan rumah Piala AFF U-16 / U-19 2015 yang akan digelar di Solo dan Sidoarjo. Hanya Timnas U-23 yang akhirnya diperbolehkan bermain di Sea Games 2015 Singapura karena status Sea Games memang bukan masuk kalender FIFA.

 

(Timnas Indonesia yang tidak bisa bermain dilevel internasional / sumber : merdeka.com)

 

Timnas U-23,  Sudah Gagal Ditimpa Isu Tak Sedap

 

Timnas U-23 yang diarsiteki Aji Santoso berangkat ke Singapura dengan situasi yang tidak mengenakkan, konflik antara Pengurus PSSI dan Menpora serta mandeknya kompetisi membuat Evan Dimas dkk berangkat ke Singapura dengan situasi yang tidak maksimal terutama dari sisi persiapan teknis dan non teknis. Target juara yang dibebankan kepada Aji Santoso pun menjadi sesuatu yang sangat berat direalisasikan apalagi pesaingnya mempersiapkan diri secara maksimal.

 

Sempat ditaklukkan Myanmar 2-4 difase grup Sea Games 2015, Evan Dimas dkk akhirnya lolos kesemifinal usai menaklukkan tuan rumah Singapura. Namun sayang dibabak semifinal, Thailand tampil perkasa dan mempermak Timnas Indonesia dengan skor telak 5-0 dan tampil sebagai juara Sea Games 2015 cabor sepakbola. Dan diperebutan tempat ketiga kontra Vietnam, anak asuh Aji Santoso pun kembali takluk dengan skor mencolok 0-5 dari Vietnam.

 

Kegagalan Evan Dimas dkk di cabor Sea Games 2015 Singapura pun berujung dengan adanya isu tak sedap mengenai match fixing alias pengaturan skor sehingga Timnas Indonesia U-23 kalah dengan skor telak dibabak semifinal/ perebutan tempat ketiga Sea Games 2015. Isu yang sempat membuat Evan Dimas dkk pun tak habis pikir karena perjuangan keras mereka dilapangan ditengah situasi konflik memang harus gagal tetapi kenapa harus diikuti dengan isu tak sedap yang akhirnya tidak terbukti tersebut.

 

Tim Usia Muda Menjadi Pembeda

 

Beruntung dilevel usia muda (U-9 hingga U-15), SSB yang mewakili Indonesia berhasil menorehkan prestasi diajang yang diikuti. Termasuk prestasi yang ditorehkan oleh SSB Indonesia Youth Soccer Education dimana salah satu Kompasioner dikanal bola yakni Mas Daniel Dharmayuan menjadi asisten pelatih selama bermain dikejuaran Football Cup Barcelona (22-26 Oktober). Hasilnya pun luar biasa, dimana Rishad dkk tampil sebagai juara usai menaklukkan lawan-lawannya di Barcelona Cup 2015 yakni Vanves, Ramsbottom United, Gimnastic de Tarragona, CD Almeda dan Viking FC.

 

Hal yang sama ditorehkan oleh SSB Banteng Muda Malang yang menjadi kekuatan tim Indonesia Garuda Muda yang juga diarsiteksi eks pelatih Timnas U-19 , Indra Sjafrie yang tampil di Danone World Cup 2015 di Maroko. Lolos dari fase grup sebagai runner up dibawah Cina, langkah Indonesia terhenti ditangan tuan rumah Maroko yang mengalahkan dengan skor tipis 1-0. Prestasi bagus juga ditorehkanoleh tim Indonesia di ajang turnamen Home Less World Cup 2015.

 

Dari Turnamen ke Turnamen : Piala Kemerdekaan, Piala Presiden , Piala Habibie hingga Piala Jendral Sudirman

 

“Pecinta sepakbola Indonesia harus bersiap menelan pil pahit demi perbaikan sepakbola nasional” itulah salah satu pesan Presiden Joko Widodo kala membuka Piala Presiden 2015 di Bali paska gelaran Piala Kemerdekaan.

 

Paska pembekuan PSSI oleh Menpora, Turnamen pun marak dipertandingkan namun sayang jualan turnamen tersebut hanya melibatkan klub-klub kuat ISL termasuk juga dua klub yang dipermasalahkan Menpora RI sejak awal yakni Arema Cronus dan Persebaya ISL yang kemudian berganti Bonek FC lalu menjadi Surabaya United. Sebagai solusi instant boleh-boleh saja disaat tidak ada kompetisi namun sayang hanya segelintir klub level teratas ISL dan sebagai Divisi Utama yang merasakannya.

 

Asa Kedatangan Delegasi FIFA

 

(02/ Nov) delegasi FIFA akhirnya datang ke Indonesia untuk bertemu dengan pemangku kepentingan sepakbola di negeri ini. Mulai dari Pengurus PSSI, Pemerintah yang diwakili Presiden Joko Widodo, Perwakilan Pemain hingga SIWO PWI Jaya yang bertujuan untuk menggali lebih lanjut permasalahan yang terjadi disepakbola Indonesia dan mencari solusi terbaik untuk sepakbola Indonesia kedepannya.

 

Komite Reformasi atau Komite Ad Hoc akhirnya dibentuk oleh FIFA yang bertujuan untuk membantu Indonesia lepas dari sanksi FIFA yang akan dibahas di KLB FIFA pada Februari tahun depan. Diketua Agum Gumelar harapan diapungkan kepada Komite Ad Hoc untuk membawa Indonesia lepas dari sanksi FIFA namun sejak memulai bertugas awal Desember ini kerja Tim Ad Hoc belum maksimal karena belum bergabungnya perwakilan Pemerintah dan APPI dalam tim tersebut.

 

Harapan Pelaku Sepakbola Nasional di 2016

 

Kalau ditanya kepenulis, apa harapan untuk sepakbola nasional ? simple jawabannya yakni Dicabutnya sanksi oleh FIFA yang akan menjadikan denyut urat nadi sepakbola Republik Indonesia kembali hidup. Tetapi jawaban yang paling tepat tentunya dari para pelaku sepakbola nasional karena mereka yang menjalani nya selama ini dan tentunya mereka memiliki pandangan sendiri, sedang penulis hanyalah penikmat Timnas Indonesia yang sabar menanti prestasi sejak 1991 dan hanya ingin kembali mendengar stadion bergemuruh dengan lagu ‘INDONESIA RAYA’ saat Timnas main.

 

“Tentu kami sebagai pemain yang terkena imbas konflik ini. Di 2016 kompetisi harus digelar, itu yang sangat dinantikan,” ungkap kiper Persib Bandung, I Made Wirawan.

 

“Yang pasti kami sangat berharap konflik antara Menpora dan PSSI disudahi. Artinya, kompetisi regular tentu akan dapat berjalan kembali seperti sedia kala,” kata Kas Hartadi, pelatih Pusamania Borneo FC.

 

“Semoga segera ada titik temu antara bapak-bapak yang dipusat, sehingga kami bisa kembali berkompetisi normal,” ujar Erwan Darmawan, Sekretaris Umum PSGC Ciamis.

 

“Di 2016 mendatang, kami berharap seluruh pihak meletakkan ego untuk bersama-sama mencari solusi. Tidak hanya klub, pemain dan pelaku sepakbola harus diselamatkan, karena mencari makan disini,” ungkap Fahmi Fachroni, Manajer Persatu Tuban. (sumber : harian Top Skor).

 

Klimaks 2016 : Dicabut Sanksi atau Dipecat FIFA

 

Kini harapan sepakbola nasional ada dipundak Pengurus PSSI dan Pemerintah (Kemenpora), mau seperti apa Sepakbola Republik Indonesia tergantung cara pandang dan pendekatan yang diambil. Komite Ad Hoc bentukan FIFA memang masih minus kehadiran Pemerintah dan wakil APPI sedangkan Pemerintah yakni Kemenpora tetap keukeuh dengan Tim Kecil bentukan mereka sendiri yang akan bertugas di Januari 2016.

Jika pendekatan mereka tidak menghasilkan progress yang diharapkan oleh FIFA maka hal tersebut akan menjadi catatan tersendiri bagi FIFA dan kemungkinan akan dibawa KLB FIFA bulan Februari 2016 mendatang. Jika itu yang terjadi hanya ada dua kemungkinan yang ada yakni Dicabutnya sanksi atau Dipecat dari keanggotaan oleh FIFA, karena ada dua negara yakni Kuwait dan Indonesia yang kini sedang menanti final judgment dari FIFA.

 

Jika hanya itu pilihan yang terjadi wajar jika rapor merah sepakbola Indonesia dimana ranking FIFA terjun bebas ke 179 FIFA akan membuat gerah dan resah di 2016, bukan saja bagi pelaku sepakbola lokal maupun yang bermain diluar negeri. Kuncinya hanya ada di Pengurus PSSI yang memainkan strategi CATTENACIO atau Menpora RI dengan TOTAL FOOTBALL tetapi minim finishing walau ball possession –nya luar biasa.

 

Sayang memang di 2015 ini .. Sepakbola INDONESIA masih MISKIN PRESTASI namun PENUH POLITISASI.

 

#BerharapYangTerbaik

 

Salam Sepakbola,
Wefi

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun