(Herry Kiswanto dalam sebuah laga / sumber : tempo.co)
Siapa yang tidak kenal dengan sosok yang satu ini, bagi penulis yang merasakan perjalanan Timnas Indonesia era 80 hingga 90-an tentunya akrab dengan sosok yang tangguh dilini belakang Timnas tersebut. Dialah Herry Kiswanto, palang pintu Timnas Indonesia asal Aceh. Namanya mencuat karena keputusan Komdis PSSI yang menjatuhkan hukuman seumur hidup dari dunia sepakbola karena ‘sepakbola gajah’ dalam lanjutan Divisi Utama 2014 antara PSS Sleman dan PSIS Semarang.
"Saat jadi pemain, sebisa mungkin saya hindari kartu kuning. Semua itu saya tularkan keada pemain-pemain saya. Saya didik mental mereka, hindari kartu kuning, bagaimana atlet harus bertindak?"
"Makanya ada apa ini kok saya dihukum seperti ini? Tugas komdis untuk cari aktornya! Mereka harus memulihkan nama-nama yang tidak bersalah," tuntasnya
Keputusan yang sampai sekarang tidak bisa diterima begitu saja, apalagi dirinya juga tidak pernah merasa terlibat maupun menyuruh anak asuhnya untuk menjebol ke gawang sendiri. Rekam jejaknya bersama Timnas maupun klub yang dibelanya pun lumayan bagus dalam arti tidak pernah terlibat kasus match fixing ataupun jual beli pertandingan. Sehingga wajar apabila banyak legenda sepakbola Indonesia yang mempertanyakan keputusan Komdis PSSI tersebut.
"Kiprah Herry selama menjadi pemain nasional harus dilihat juga. Juga, sejauh apa keterlibatan dia di situ (sepak bola gajah)," kata seorang veteran tim nasional, Bambang Nurdiansyah, di kantor PSSI, kemarin.
"Sanksi ini mematikan karier dia. Padahal dia punya anak, punya istri. Hidupnya di bola. Jangan diartikan kami mendukung yang salah. Kami hanya kasih support," ungkap Banur panggilan Bambang yang datang bersama Herry, Rully Nere dan Mundari Karya.
Lalu apa dan bagaimana kronologis serta harapan dari salah satu penerima dari 22 legenda pemain Indonesia terbaik tersebut, sebuah wawancara ekslusif penulis baca dari sebuah harian berita olahraga Top Skor yang mewawancarainya langsung di stadion GBK setelah ke kantor PSSI dalam memperjuangkan Pengajuan Kembali hukuman yang mematikan karir dan ikhtiarnya didunia sepakbola tersebut.
“Saya tegaskan tidak pernah memerintahkan pemain untuk melakukan gol bunuh diri. Saya juga pernah jelaskan ke Ketua Komdis (waktu itu Hinca Panjaitan), bahwa saya bahkan sempat absen sebentar dari bangku cadangan pemain usai jeda babak pertama. Saya waktu itu mohon izin untuk shalat ashar. Bahkan ada pergantian pemain tim kami seperti kiper, saya tidak mengetahuinya karena masih belum ada dibench waktu itu,” ungkap Herry Kiswanto tentang kronologis laga sepakbola gajah antara PSIS Semarang dan PSS Sleman seusai bertemu dengan Pengurus PSSI.
“Terus terang tidak pernah. Saya hanya dengar dengar saja dari pengalaman beberapa pelatih maupun pemain. Tapi tak sedikit pula pelatih yang hanya patuh saja pada bos-bos klub. Makanya wajar juga jika sampai ada jual beli pertandingan,” beber mantan bek Timnas Indonesia era 80-an tentang apakah selama melatih pernah bersinggungan dengan upaya mafia jual beli pertandingan.
“Saya tidak mau terlalu jauh mengomentarinya. Saya hanya berpesan, kembalikan sepakbola ke lapangan hijau, bukan meja hijau. Apalagi sampai dipolitisasi dan yang terjadi hanya perang komentar yang saya lihat di media. Sedangkan kondisi sepakbola kita semakin terpuruk,” ujar Her Kis tentang konlik PSSI dan Menpora.
Data singkat Herry Kiswanto yang dikenal dengan pemain belakang Timnas Indonesia dengan hanya satu kartu kuning tersebut.
- Nama : Herry Kiswanto
- TTL : Banda Aceh, 25 April 1955
- Karir Timnas : 40 kali main, 1 gol
- Karir Klub : Persib Bandung, Pardedetex Medan, Yanita Utama, Krama Yudha, Assyabab Surabaya, Manstran Bandung Raya.
- Karir Pelatih : Persija Jakarta, PSIS, Persikabo, PSS Sleman, Persmin, Persiraja, Persikab, Persiraja, Persiba dan PSS Sleman.
#GoodLuckHerryKiswanto
Salam Sepakbola,
Wefi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H