"Kiprah Herry selama menjadi pemain nasional harus dilihat juga. Juga, sejauh apa keterlibatan dia di situ (sepak bola gajah)," kata seorang veteran tim nasional, Bambang Nurdiansyah, di kantor PSSI, kemarin.
"Sanksi ini mematikan karier dia. Padahal dia punya anak, punya istri. Hidupnya di bola. Jangan diartikan kami mendukung yang salah. Kami hanya kasih support," ungkap Banur panggilan Bambang yang datang bersama Herry, Rully Nere dan Mundari Karya.
Lalu apa dan bagaimana kronologis serta harapan dari salah satu penerima dari 22 legenda pemain Indonesia terbaik tersebut, sebuah wawancara ekslusif penulis baca dari sebuah harian berita olahraga Top Skor yang mewawancarainya langsung di stadion GBK setelah ke kantor PSSI dalam memperjuangkan Pengajuan Kembali hukuman yang mematikan karir dan ikhtiarnya didunia sepakbola tersebut.
“Saya tegaskan tidak pernah memerintahkan pemain untuk melakukan gol bunuh diri. Saya juga pernah jelaskan ke Ketua Komdis (waktu itu Hinca Panjaitan), bahwa saya bahkan sempat absen sebentar dari bangku cadangan pemain usai jeda babak pertama. Saya waktu itu mohon izin untuk shalat ashar. Bahkan ada pergantian pemain tim kami seperti kiper, saya tidak mengetahuinya karena masih belum ada dibench waktu itu,” ungkap Herry Kiswanto tentang kronologis laga sepakbola gajah antara PSIS Semarang dan PSS Sleman seusai bertemu dengan Pengurus PSSI.
“Terus terang tidak pernah. Saya hanya dengar dengar saja dari pengalaman beberapa pelatih maupun pemain. Tapi tak sedikit pula pelatih yang hanya patuh saja pada bos-bos klub. Makanya wajar juga jika sampai ada jual beli pertandingan,” beber mantan bek Timnas Indonesia era 80-an tentang apakah selama melatih pernah bersinggungan dengan upaya mafia jual beli pertandingan.