Tidak terasa sudah masuk malam ke-15 saja di bulan Ramadhan dan itu artinya tinggal hitungan minggu saja kita akan memasuki hari yang fitri, orang banyak bilang LEBARAN sebentar lagi (padahal penulis merasa masih banyak yang tertinggal selama Ramadhan ini mulai dari qiyamul lail, tadarrus Al-qur’an hingga shalat tarawih berjamaah).
Dan jika sudah mendekat libur lebaran (tahun ini lebaran jatuh pada 17-18 Juli sedang perusahaan tempat penulis bekerja mulai libur sejak 15 hingga 21 Juli atau sekitar satu minggu).Sebuah waktu yang pendek utamanya bagi rekan penulis yang harus pulang ke Sumatera dengan menggunakan angkutan darat ataupun yang harus pulang pergi Cilacap – Madiun karena kebetulan suami isteri beda kampung).
Kalau sudah begini CUTI TAHUNAN menjadi senjata paling mematikan untuk diajukan ke pimpinan. Mengenai alasan itu kembali ke masing-masing karyawan (kecuali yang cuti tahunan plus cuti khusus karena ingin menikah itu pasti diterima, penulis saja sudah menerima undangan pernikahan tiga kartu undangan yang kesemuanya diadakan di Tegal, Jawa Tengah).
“Ndak bisa cuti depan saja, jangan depan dan belakang?” tanyaku pada mereka yang mengajukan cuti.
“Sudah dapat tiket kereta nya tanggal 14 dan 22 juli,pak,” jawabnya
“Adanya tiket kereta tanggal 24 Juli pak. Kalau naik bis atau carter mobil mahal pak,” jawab rekan kerja yang lain.
“Tidak bisa pak karena tiket ditangan tanggal 14 juli,” jawab yang lain lagi.
Coba kutanyakan pada rekan sejawat hampir semua mengatakan bahwa tiket yang dipegang adalah tanggal didepan ataupun dibelakang lebaran. Untuk tanggal dalam rentang waktu 15-21 Juli sudah habis saat melakukan pemesanan secara online oleh mereka yang memang mengajukan cuti lebaran karena pulang dengan Kereta Api.
“Malah ada yang bilang, ndak papa asal diganti saja pak nanti saya bisa masuk,” jawabku rekan sejawatku.
Kalau sudah begini tinggal bagaimana kita memanfaatkan rekan kerja yang ada untuk mengisi kekosongan posisi akibat ditinggal cuti lebaran. Hampir 30 persen rekan kerja penulis cuti lebaran sehingga mau tidak mau memaksa penulis untuk adjust rekan kerja yang ada agar sebelum dan sesudah lebaran proses support produksi tetap bisa berjalan.
Harus diakui Tiket Kereta Api ataupun ada juga bis yang ada ditangan rekan-rekan kerja merupakan alasan cuti yang jitu karena memang kondisi tersebut sudah maksimal diusahakan oleh yang mengajukan cuti sehingga agak berat bagi kita untuk sekedar meminta geser waktu keberangkatan ataupun waktu kepulangan setelah lebaran.
#SemangatRamadhan1436H
Salam Kompasiana,
Wefi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H