Mission Impossible .. Itulah Misi sulit yang diemban anak asuh Opa Riedl kala menghadapi Laos dilaga terakhir fase grup A Piala AFF 2014. Kemenangan dengan skor besar plus Vietnam kalah dari Filipina menjadi syarat untuk bisa lolos ke semifinal, alih-alih untuk meraih kemenangan dengan skor besar lebih baik Timnas fokus dengan permainan sendiri dan menampilkan permainan penuh semangat tidak kenal itu akan lebih baik.
Perubahan besar dilakukan Opa Riedl di stadion Hang Day, Hanoi dengan memainkan I Made Wirawan, Igbonefo, Supardi M Natsir, Evan Dimas, Hariono dan Cristiano Gonzales sebagai starter Timnas dalam menghadapi Laos. Dengan beberapa pemain baru, Timnas sempat membuat asa kala Evan Dimas mampu menjebol gawang Laos yang dijaga Seng Athit Somvang lewat tendangan kerasnya usai mengecoh pemain belakang Laos.
Mendapat angin Timnas terus melakukan tekanan ke pertahanan Laos dan kembali menambah gol di menit ke-20, setelah Ramdani Lestaluhu mampu memanfaatkan assist Gonzales untuk menjebol gawang Laos. Tetapi kesalahan yang dilakukan Supardi berbuntut kartu merah dan hadiah tendangan pinalti yang berhasil dimanfaatkan oleh sang kapten, Khampheng Sayavutthi dan skor pun berubah 2-1 masih untuk kemenangan Indonesia yang bertahan hingga pertandingan berakhir.
Dibabak kedua Evan Dimas dkk berhasil menambah gol di lima menit babak kedua, setelah Ramdani Lestaluhu berhasil memanfaatkan umpan matang Evan Dimas untuk kembali memaksa Somvang memungut bola untuk ketiga kalinya dan skor pun berubah 3-1 untuk keunggulan Indonesia. Di 10 menit akhir babak kedua, Zulham Zamrun berhasil memperbesar keunggulan Timnas menjadi 4-1.
Jelang pertandingan berakhir, Timnas yang terus menggempur pertahanan Laos akhirnya berhasil menambah gol kembali lewat aksi Zulham Zamrun yang tendangannya berhasil diblok Ketsada Souksavanh yang berbelok kegawangnya sendiri. Dan skor 5-1 pun bertahan hingga pertandingan berakhir.
Sedangkan dilaga lainnya, Vietnam yang hanya membutuhkan seri untuk lolos berhadapan dengan Filipina yang telah memastikan lolos ke babak semifinal usai memenangkan dua laga kontra Laos dan Indonesia. Vietnam yang bermain penuh semangat dihadapan puluhan ribu pendukungnya mampu unggul 1-0 dibabak pertama atas Filipina lewat goal Hoang Tinh.
Dibabak kedua Vietnam yang mendapat angin terus membombardir pertahanan Filipina hasilnya hingga 20 menit babak kedua, anak asuh Miura mampu menambah dua gol untuk memimpin 3-0 atas Filipina. Tidak ingin dipermalukan, Filipina yang menurunkan skuad yang hampir sama kala mengalahkan Indonesia berhasil mencetak gol untuk memperkecil kedudukan menjadi 1-3 lewat Paul Mulder.
Dengan hasil ini akhir laga ketiga grup A Piala AFF 2014, maka Vietnam tampil sebagai juara grup A (7 poin) disusul Filipina sebagai runner up (6 poin) sebagai wakil grup A di semifinal Piala AFF 2014 dan menanti wakil grup B yang diperebutkan Thailand serta Singapura dan Malaysia yang memperebutkan satu tiket tersisa. Sedangkan Opa Riedl hanya mampu membawa Timnas menyamai pencapaian Nil Maizar di Piala AFF 2012 Malaysia.
Terima kasih untuk punggawa Timnas Indonesia, usaha kalian walaupun tidak memenuhi target dan ekspektasi publik sepakbola nasional serta BTN-PSSI sudah yang maksimal menurut apa yang telah kalian usahakan dilapangan. Plus minus yang terjadi adalah hal biasa yang penulis lihat sejak terakhir menyaksikan Timnas juara Sea Games tahun 1991 di Manila (dan saat menonton langsung di Stadion Senayan saat Timnas juara Sea Games 1987).
“Timnas main bagus sudah BIASA , sedangkan Timnas Juara itu baru LUAR BIASA !”
Itulah sepenggal kalimat hadiah ayah penulis beberapa tahun silam tepatnya saat timnas gagal juara Piala AFF 2002 usai dikalahkan Singapura waktu itu.
“Timnas main bagus sudah seharusnya, anakku. Lah wong mereka itu adalah pemain pilihan dari pelatih yang telah dipilih oleh PSSI jadi kewajiban mereka untuk main bagus.” ujar ayahku waktu itu.
“Tugas kita hanya memberikan dukungan kepada mereka yang telah berjuang untuk negaranya dilapangan,” ungkapnya terkait apa yang harus saya lakukan.
“Sedang kalau pemain bermain diluar harapan alias memble dan tidak punya semangat?” tanyaku waktu itu
“Patut dipertanyakan tuch kebanggaannya mengenakan kostum Timnas, lha wong puluhan pemain ingin mengenakannya kok dia malah tidak semangat. Mendingan pulang saja dan jangan lagi perkuat Timnas,” jawab ayahku yang kini tinggal di Tegal ( I miss you, pak!)
Satu pertanyaan besar yang selalu muncul dibenak penulis setiap kali Timnas melakoni sebuah turnamen internasional tanpa gelar atau hanya sampai fase grup, semifinal maupun final.
“Timnas, Setelah Ini Mau Bagaimana ?” .. Pertanyaan yang akan memiliki puluhan jawaban dari seluruh stake holder Indonesia. Setelah gagal di Piala AFF 2014 lalu mau bagaimana lagi untuk menuju sepakbola Indonesia berprestasi.
Salam Sepakbola Nasional,
Wefi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H