Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Musim Semi, Musimnya Bunuh Diri di Jepang

15 Maret 2017   12:01 Diperbarui: 15 Maret 2017   22:01 11032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika memasuki stasiun kereta, saya lihat banyak sekali orang berkerumun sambil mengetak ngetik HP nya. Kok tumben, karena kalau jam segini biasanya kereta tidak begitu banyak penumpangnya dibandingkan naik kereta pagi. Lalu terdengar petugasnya mengumumkan sesuatu tapi kurang jelas terdengar. Pas saya mau turun ke peron ada ibu-ibu di samping saya bilang kalau terlambatnya itu karena ada jiko, kecelakaan. Pantesan aja. Pas sudah di peron ada pengumuman lagi kalau kereta terlambat 25 menit! Walaahh lama bangett, lah wong jepun telat 1 menit aja sewot gimana telat hampir setengah begini. Walau saya tidak naik kereta yang telat lama itu, eh kereta saya yang arah beda pun ikut deh telat. 

Akhirnya saya minta maaf kepada murid saya kaya tidak bisa on time. Untungnya beliau maklum karena memang bulan-bulan ini ya sedang musimnya orang pada bunuh diri. Waduh di Jepang ada musim bunuh diri? Kok serem banget.

Saya jadi ingat beberapa hari lalu, suami juga misuh-misuh saat ia telat kerja karena ada orang yang bunuh diri dengan melompat ke rel kereta api. Gara-gara kejadian itu kereta untuk sementara tidak bisa beroperasi. 

Mendengar semuanya, pulang ke rumah saya langsung cari berita di internet tentang musim bunuh diri di jepang. Olalaa...ternyata memang ada dan banyak sekali beritanya. 

Jisastu no jiki, Musim bunuh diri di Jepang.

Saya pernah melihat kejadian bunuh diri di lingkungan rumah saya. Seorang wanita yang meloncat dari apartemen, tubuhnya menubruk pagar besi dan hancur. walau saya tidak melihat jenazahnya, tapi melihat pagar kayu dan percikan darah yang belum bersih benar dibersihkan serta karangan bunga banyak, membuat saya tidak bisa tidur berhari-hari. Kasihan dan mengerikan. 

Jepang adalah salah satu negara yang kasus bunuh dirinya bisa dikatakan banyak dibandingkan dengan negara-negara lain. Sampai pernah saya baca lupa dimana, kalau itu sudah menjadi budaya. Budaya bunuh diri. Waduh. 

Kok bisa jadi budaya ya? 

Pernah gak melihat film jepang yang jaman edo dan samurai, dimana rambut-rambut cowoknya berbentuk conmage (sekarang hairstyle conmage itu bisa dilihat pada para pemain sumo). Film-film samurai begitu banyak sekali cerita yang memperlihatkan kejadian bunuh diri. Para pemimpin Jepang atau para samurai Jepang akan segera melakukan bunuh diri apabila mereka sadar telah gagal menjalankan tugasnya. Kesadaran untuk menghabiskan nyawa sendiri itu karena mereka memegang teguh kode etik kesatriaan dimana adanya nilai moral dan tanggung jawab hingga titik darah penghabisan yang disebut dengan semangat Bushido. Dalam aturan Bushido inilah, maka adanya ritual bunuh diri yang disebut juga dengan Seppuku 切腹 yang kanjinya berarti merobek perut. 

Tapi itu dulu, apakah sekarang Jepang sudah berubah?

Ternyata untuk urusan bunuh diri, terlihat makin mengenaskan. Bahkan sampai pemerintah Jepang begitu sibuk kampanye sana sini ketika Musim semi akan tiba. 

Saya kaget ketika mendengar bulan ini adalah musimnya bunuh diri. Bulan dimana Jepang akan memasuki musim semi. Musim yang paling kita nantikan karena Jepang akan menjadi indah dengan banyaknya bunga sakura yang bermekaran dimana mana. Tapi ternyata justru di awal musim semi adalah bulan dimana tingkat stress yang paling tinggi. 

Tanggal 1 atau awal april adalah tahun ajaran sekolah dan awal masuk kerja bagi para pegawai. 

Di Jepang tahun ajaran baru untuk sekolah, pekerjaan, penilaian perfoma kerja, semuanya dilakukan 1 april atau awal april. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun