Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perlakuan Keji Jepang Terhadap Umat Kristen Pada Jaman Edo

2 Februari 2017   09:37 Diperbarui: 4 April 2017   16:14 6161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dejima, tempat perdagangan Belanda dan Jepang. Dokumentasi pribadi

Sudah terkenal sekali, kalau penganut agama dan kepercayaan di negeri matahari terbit ini adalah agama Budha dan Shinto. Saya pikir dibunuhnya orang-orang Jepang yang masuk ke Kristen dan para penyebarnya itu adalah karena negara Jepang yang begitu fanatik terhadap agama yang sekarang dianutnya itu. 

Tapi ternyata saya salah besar. Jepang tidak pernah fanatik terhadap agama dan kepercayaan, walaupun terlihat banyak kuil budha dan shinto di mana mana, namun masyarakatnya menjalankannya kepercayaannya itu hanya sebatas kepada penerusan adat budaya warisan leluhurnya, dan itu sampai sekarang tetap dijalankan dan dipegang teguh oleh masyarakat jepang.

Penyebaran agama Kristen pada zaman shogun Tokugawa, bisa disebut masa kelam baik bagi umat kristen atau orang jepangnya sendiri, karena sat itu banyak penghilangan nyawa manusia. Masuknya agama asing ini membuat kekhawatiran Tokugawa kalau kristen akan menggoyang tampuk kepemimpinannya karena ajaran agama asing ini ternyata berasaskan kepada keadilan dan kebebasan umat manusia. 

Padahal, saat itu Jepang menganut sistem kekuasaan yang dipegang oleh para shogun itu adalah perintah-perintah yang tidak boleh diganggu gugat dan tak boleh dibantah oleh siapapun, dan wajib dipatuhi serta semua orang harus setia kepada pemimpinnya. Makanya ya, shogun-shogunnya ketar ketir. 

Yang unik dalam film itu, yaitu ketika kata KOROBU begitu terkenal saat jaman itu. Korobu berarti FELL, jatuh. Dalam konteks cerita ini beberapa kali kata KOROBU terpaksa harus diucapkan oleh para misionaris kristen ketika mereka harus melihat pemandangan orang-orang Jepang kristen yang tengah disiksa oleh para aparat pemerintah. 

KOROBU mempunyai arti kalau para misionaris ini akhirnya give up dan menyerah dan mau meninggalkan agamanya dan berjanji tidak akan melakukan penyebaran kristen, untuk menyelamatkan diri agar tak dibunuh ataupun melepaskan derita para umatnya yang tertangkap basah sudah memeluk kristen.

Pemerintah jepang pun memaksa para misionaris dan umatnya itu menginjak batu yang bergambar muka Yesus. Bagaimana terlihat perang batin orang-orang ini dimana harus memilih, menolak menginjak, itu berati kepala mereka akan hilang ditebas oleh pedang para samurai, dan pilihan kedua adalah menginjak gambar itu dan mereka pun akan dibebaskan dari siksaan dan hukuman mati. 

Gara-gara kejadian pemaksaan itulah, maka banyak terdengar kata KORUBU. Mungkin kalau sekarang dikenal dengan CONVERT. Meninggalkan agama lama dan masuk kepada agama atau keyakinan baru. 

Saat itu, banyak misionaris kristen yang terpaksa mengucapkan kata ini, dan akhirnya mereka hidup bersama-sama dengan rukun pada masa pemerintahan Tokugawa. Walaupun sebenernya hati mereka tetap dengan kekristenannya, namun karena kondisi yang membahayakan diri dan umatnya, akhirnya para penyebar agama ini terpaksa bungkam dan menyebarkannya dalam keheningan. Cocok sekali dengan judulnya SILENCE. 

Lalu akhirnya setelah Restorasi Meiji, Jepang pun membuka diri dengan dunia luar. Berbagai informasi dan perdagangan barang-barang dari luar negeri pun bisa masuk ke Jepang dengan bebasnya. 

Yang menarik buat saya dalam film itu adalah tentang para misionaris kristen yang telah meninggalkan agamanya (akibat tekanan pemerintah) dan disuruh membantu untuk menyeleksi, dicek satu satu barang-barang yang masuk dari Belanda ( menyeleksi apakah ada unsur-unsur kristennya) ke Jepang itu dilakukan di pulau Dejima, yaitu tempat khusus bikinan Jepang untuk perdagangan dengan Belanda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun