Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Dua Kali Jadi Tukang Sampah Keliling di Jepang

21 Juli 2016   09:50 Diperbarui: 21 Juli 2016   12:20 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah di taruh di pinggir jalan untuk diangkut mobil sampah | foto' dokpri

Dulu saya heran lihat ibu-ibu Jepang sibuk banget mondar mandir sudah kaya setrikaan belum panas hihi. Kalau hari biasa sih ya gak heran ya, karena emang acara sekolah anak TK dan SD di Jepang itu bejibun, tapi kalau hari sabtu dan minggu?? 

Pernah loh saya lihat saat hari libur ada ibu Jepang pagi-pagi sudah tergopoh gopoh nenteng termos air yang gede, bawa-bawa kursi yang modelnya untuk berkemah, atau bawa tas tenteng yang segede gaban, ini pada mau kemana dan ngapain sihhh rempong amat buu? hahaha!

Ternyataaa, semuanya ini baru saya ngerti saat si sulung mulai mengikuti klub olahraga di dekat rumah kami. 

Klub olahraga di Jepang itu ternyata ada dua tipe, tipe "klub ala swasta" dan "klub ala negeri" waduh aneh banget ini ya hahaha maaf ini hanya istilah yang saya pakai sendiri berkaitan dengan tipe-tipe klub olahraga di Jepang, makanya saya beri tanda kutip :D 

Klub ala swasta ini biasanya memakan biaya yang cukup mahal, pelatihnya adalah orang-orang profesional, lalu pengurus klub, baju, alat-alat olahraga dan tempat latihan, semuanya sudah tersedia, rapih dan teratur. Lalu tugas orang tua, hanya support anak-anak saja saat ada pertandingan. 

Terus yang kedua, adalah klub olahraga yang ala negeri atau berdikari, nah klub model beginilah yang dimasuki oleh si sulung. Klub olahraga yang semua pengurusnya adalah orang tua si anak. Dari para pelatih, pengurus dan petugasnya itu adalah bapak dan ibu dari anak-anak ini. Semuanya turun tangan dalam membimbing anak-anak latihan pada hari sabtu dan minggu. Kami tidak mendapat bayaran apapun, karena semuanya bertugas sebagai volunteer. Paling salut sama bapak-bapak yang bersedia jadi pelatihnya deh, mereka hari biasa bekerja menjadi salaryman tapi saat hari libur yang seharusnya bisa beristirahat selonjoran eh malah menyingsingkan lengan bajunya melatih anak-anak ini berlari dan memukul bola, hebatt salutt!! 

Nah, berkaitan dengan menjadi petugas suka rela ini, banyak loh pengalaman lucu dan menarik yang saya yakin semuanya ini tidak akan saya dapatkan kalau saya tinggal di Indonesia. Seperti, menjadi tukang onigiri, teriak teriak jualan keliling lapangan saat bazaar sekolah, menjadi petugas patroli sekolah ngawasi anak-anak berangkat dan pulang sekolah, menjadi tukang parkir mengatur mobil-mobil yang datang saat ada pertandingan olahraga, menjadi petugas barbekyu ngipasi beratus ratus sate/yakitori sampe muka cemang cemong item hahaha dan yang aneh dan ajaib adalah saat JADI TUKANG SAMPAH KELILING!!

Minggu kemarin adalah kedua kali saya menjadi petugas sampah keliling di rumah susun di daerah kami. Dulu ya, sempet shock loh saat saya disuruh oleh petugas klub olahraga si sulung untuk melaksanakan tugas ini. Munguti sampah? Loh emang gak ada petugas dan mobil sampah apa ya??

Saat pertama kali, cukup bingung juga karena rumah susun yang akan saya bersihkan itu guedeee banget! Lah pengkor saya ini munguti sampah sendirian di area yang sebegitu luasnya, gak mungkin! Terus sampahnya nanti taruh mana? Itu sampah apa sih yang diambili, kalau sampah rumah tangga, alamakkk harus bawa masker sama minyak kayu putih ini biar kepala gak keliyengan nahan bauk hahaha! Banyak banget pertanyaan yang bikin saya khawatir takut gak bisa mengemban tugas dengan baik keesokan harinya. Aduhh gimana yaa?? biasa deh emak-emak lebay hahaha!

Dan keesokan harinya ternyata saya tidak sendiri, alhamdulillah! Ada satu orang bapak dan 2 orang ibu-ibu. Kami mendapat pengarahan sebelumnya, yang ternyata tugas kami hanya mengumpulkan sampah daur ulang yang ada di setiap pinggiran elevator dalam gedung gedung rumah susun ini. 

Sampah-sampah daur ulang yang terkumpul dan sudah diikat rapih oleh warga rumah susun itu berupa koran bekas, kertas-kertas, bungkus susu, kardus dan lain-lain. 

Nah tugas kita adalah hanya mengambil sampah-sampah itu dan membawanya dan mengumpulkan ke pinggir jalan. Jadi mobil sampah yang nantinya datang hanya tinggal mengangkut tanpa perlu mereka mencari cari sampah daur ulang itu. Tugas yang kedua adalah, mendatangi rumah-rumah yang ditinggali oleh para manula yang sudah tidak bisa jalan atau turun naik tangga, kami petugas sampah keliling hanya mengecek dari depan pintu saja apakah rumah-rumah itu terdapat sampah yang harus kita bawa ke lantai dasar. 

Lho gimana kita bisa tau ya penghuni rumah susun mana yang sudah sepuh dan perlu bantuan untuk diangkut sampahnya? Ternyata, pihak klub olahraga itu berkerjasama dengan ketua penghuni rumah susunnya! Jadi di kertas informasi tertulis nomor nomor kamar yang penghuninya adalah para manula yang rikues untuk dibantu. 

Saya heran deh kok hanya rumah susun ini saja yang kita bantu bersihkan? kenapa ya? 

Untuk alasan ini, katanya karena klub olahraga anak-anak ini berada di kawasan daerah sekitar rumah susun itu yang terkadang ada kegiatan yang memakai fasilitas disana, bahkan nama klub nya pun sama dengan rumah susun itu. Karena itu, sebagai tanda terima kasihnya, bantuan kecil seperti mengumpulkan sampah daur ulang atau perayaan pesta edamame serta perayaan festival musim panas yang rutin di adakan di lingkungan rumah susun, maka kami semua anggota klub olahraga ini turut serta dan turun tangan membantu demi keberhasilan acara tersebut. 

Bagus sekali ya sistem ini. Tidak ada orang yang sok sibuk dan cuek bebek acuh tak acuh terhadap lingkungannya, mungkin awalnya ada perasaan terpaksa tapi kalau sering kita lakukan justru jadi  malah ada perasaan kebersaman yang kuat, bukan??

Dulu sampek terkaget kaget menghadapi sistem yang awalnya terlihat repot banget, eh kok yao ini sekarang kenapa saya jadi ikutan ya nenteng nenteng termos minum tim dan gelas ke lapangan hahaha,  bawa tas gede yang berisi handuk kecil untuk lap keringet anak-anak, kotak P3K, ember buat air dan balok es batu agar anak-anak bisa merasa nyaman dari panasnya summer Jepang yang makjoss, dan tentunya kok ya jadi lebih fasih dan gesit untuk mulungi sampah-sampah yang tergeletak hahaha!

Salam Hangat, wk!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun