Lalu saya kumpuli anak-anak yang sedang nangis kejer karena ketakutan itu di ruang tamu, saya panggil ibu-ibunya untuk datang ke rumah. Setelah saya ceritakan, gemaslah ibu-ibu dan memarahi anak-anaknya yang nakal yang mainnya sudah keterlaluan. Akhirnya kami ibu-ibu sepakat untuk membiarkan anak-anak ini semua meminta maaf datang sendiri langsung ke rumah ibu tetangga tadi.Â
Sambil nangis sesenggukan, mereka  latihan bagaimana meminta maaf, membungkukkan badan dan yang lebih penting lagi adalah berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Setelah sudah tenang keadaannya, kami menyuruh mereka pergi ke rumah ibu itu. Setelah pulang mereka terlihat sudah ceria lagi, bercerita kalau ibu itu mau memaafkan dan katanya disuruh berjanji gak boleh nakal lagi.Â
Bener-bener deh jadi pelajaran yang berharga buat anak-anak kecil ini. Bertanggung jawab atas kesalahannya, walau ada rasa takut, cemas dan campur aduk perasaan tidak aman lainnya, namun mereka harus tetap maju untuk meminta maaf. Dan karena itulah mereka jadi kapok sekapok kapoknya gak akan mau ngulangi lagi perbuatannya, bahkan anak-anak ini sampai trauma lihat ibu itu lohhh hahahaha pada melipir kalau tiba-tiba ketemu gak sengaja di depan lift.Â
Terbiasanya anak-anak kecil mengucapkan gomenasai atau meminta maaf, mau mengakui kesalahannya menempa pribadinya untuk menjadi orang yang bertanggung jawab akan perbuatannya setelah dewasa. Dan suasana ini bisa terlihat jelas saat para public figure Jepang melakukan kesalahan dan mereka akan melakukan permintaan maaf di depan publik!!
Permintaan maaf untuk kasus korupsi, selingkuh, pemakaian narkoba oleh para pemuka atau tokoh masyarakat di Jepang bener-bener menjadi sorotan yang menarik untuk saya pribadi. Gimana gak menarik, melihat presdir perusahaan yang korupsi menempelkan jidatnya di lantai meminta maaf atau melihat politician yang menangis meraung raung saat tertangkap basah menyelewengkan uang negara, mereka harus bertanggung jawab untuk mengakui kesalahannya kepada seluruh masyarakat Jepang!!
Wartawan berita di jepang dan masyarakat Jepang terlihat sadis dan bengis kalau sudah ada public figure yang nyeleneh. Akan dikejar dan dikorek habis-habisan kehidupannya tanpa ampun. Karena itu permintaan maaf yang keluar dari bibir kadang selalu di barengi dengan pengunduran diri atau bahkan ada juga yang tak tahan malu hingga akhirnya mengakhiri hidupnya, jisatsu. Tragis ya.
Arigatou, Terima kasih
Anak-anak di rumah masih selalu saya ingatkan untuk tak lupa mengucapkan terima kasih apabila merasa terbantu atau tertolong oleh orang lain. Mengungkapkan perasaan saat kita sudah mendapatkan sesuatu atau terbantu tenaga, hal yang mutlak dan secara refleks di ucapkan tanpa perlu aba-aba. Dan hal ini kembali lagi harus kita ajarkan kepada anak-anak sejak dini.
Sebenarnya cara melatih pengucapan arigatou, bisa kita lakukan sehari hari di rumah. Kemarin si bungsu habis dibelikan sepatu baru oleh papanya. Habis dibayar di kasir, saya senggol tangannya si bungsu, dan buru-buru ia mengucapkan "Papa Arigatouuu!!"
Sebenernya sih memang sudah tugas orang tua membelikan keperluan anak-anaknya. Tapi ini bisa membiasakan anak-anak menghargai uang atau tenaga yang sudah diberikan untuknya walau itu dari orang tua sendiri. Dan sebaliknya, sebagai orang tua pun kita jangan pelit untuk mengucapkan Arigatou, Terima kasih kepada anak-anak saat mereka sudah menolong membelikan kita sayuran di supermarket, atau membantu membereskan rumah.Â
Memberikan kata penghargaan dengan mengucapkan kata Terima Kasih ini adalah ekspresi perasaan kita yang telah terbantu dan tertolong oleh mereka, dan saya yakin mereka selanjutnya akan semakin senang menolong orang tua bahkan tanpa perlu disuruh pun akan segera membuka tangannya untuk membantu kita.Â