Ada juga loh!
Pernah gak pergi ke supermarket, departemen store atau pusat belanja ketika pas jam buka toko di Jepang??
Coba deh sekali kali perhatikan saat jam tepat menunjukan waktu buka toko, itu pelayannya baris rapi loh di depan konter-konternya, sambil sambil membungkukkan badan dan mengucapkan salam. Bukan saja para staf nya, tapi bos tokonya juga ikutan baris. Di supermarket dekat rumah saya, saat jam tepat buka toko itu ibu-ibu pelayannya baris depan pintu masuk bersama bosnya, sambil memberikan keranjang belanjaan bagi pengunjung pertama yang datang. Duhh sampe begitunyaa yaa...mungkin salah satu service ya buat pengunjungnya, bener bener pembeli adalah raja!Â
Saat olahraga juga, nah kalau ini pemberian salam bener-bener diajarkan dengan tegas dan disiplin, suara juga gak boleh klemar klemer, harus keras! Pemberian salam kepada pelatih, kakak senior, lawan tanding, penonton dan supporter, lagi-lagi sambil membungkukkan badan serta melepas topi, salut deh melihat anak-anak ini begitu disiplin dan hormat dengan para seniornya.Â
Gimana kerasnya para pendidik, orang tua dan lingkungan menerapkan kepada anak-anak agar selalu mengucapkan salam tanpa terkecuali itulah akhirnya setelah dewasa mereka menjadi terbiasa dan itu semua hasilnya bisa terlihat sekarang ini.Â
GOMENASAI, permohonan maaf
Dulu saya bingung dengan kata-kata Jepang untuk meminta maaf, ada yang bilang gomenasai, sumimasen atau bahkan moushiwake arimasen. Tapi ya intinya sih semua kata-kata ini adalah permohonan maaf saat melakukan kesalahan.Â
Kata gomenasai ini juga perlu kita ajarkan kepada anak-anak sejak dini. Agar mereka bertanggung jawab dengan kesalahannya, mau mengakui  dan meminta maaf. Minggu kemarin  saya menonton pertandingan baseball si sulung, kebetulan sang pitcher, pelempar bola selalu mengenai badan si pemukul, bukan hanya sekali saja loh tapi tiga kali!! Terlihat pemain lawan dan para pelatihnya sedikit gusar, saya yang nonton sampe deg-deg an. Waduhh gawatt...
Tapi dengan berani sang pitcher melepas topi dan mengucapkan GOMENASAI!! dengan suara lantang dan keras sambil membungkukkan badan, wahh saya ikutan terharu jadinya. Padahal kan perbuatannya itu pasti tidak sengaja, tapi dia berinisiatif memohon maaf atas kesalahannya itu karena dia berfikir lawannya bisa celaka atas perbuatannya.
Membiarkan anak-anak kecil bertanggung jawab atas perbuatannya menjadi pemandangan sehari hari di sini. Saat anak kecil rebutan mainan, pukul-pukulan dan akhirnya ada yang menangis, orang tua akan menyuruh anak-anaknya pergi sendiri untuk meminta maaf. Melihat itu semua saya pun ikutan belajar dari mereka, mendidik anak untuk menyadari kesalahan, dan belajar untuk meminta maaf kepada temannya.Â
Kembali saya ingat saat si sulung masih TK, ia dan teman teman satu geng melakukan kenakalan iseng main-main memencet bel rumah para tetangga yang beda lantai. Dan apesnya anak saya yang ke sergap ketahuan saat mencoba kabur ketika pintu rumahnya terbuka. Diboyonglah semua anak-anak itu ke rumah saya dan habislah saya dimarahi oleh  tetangga itu. Aduhhhh sekali kalinya di bentak bentak orang Jepang hahaha..