Jepang sudah memasuki musim dingin. Walau dinginnya masih suam suam kuku hihi tapi buat saya orang tropis penampakan sudah kaya ulet keket, buntelan jaket berlapis-lapis.
Beberapa hari yang lalu dinginnya gak keru keruan, dibawah 10 derajat! Bagi yang biasa dingin mungkin sudah biasa dan kalem kalem saja, tapi saya si emak rempong, sibuk ingetin anak-anak sebelum berangkat sekolah untuk memakai jaket topi bulu biar gak pada masuk angin. Tidak lupa saya bawakan juga mereka neck warmer dan syal untuk mereka pakai. Tapi..
"Ma, kata bu guru gak boleh pakai neck warmer dan syal, bahaya!" hampir kejungkel saya mendengar ucapan si sulung. Lho kok aneh sih, kenapa emangnya..??
Pulang sekolah saya selidiki lagi alasan kenapa benda penghangat badan ini tidak dianjurkan untuk dikenakan oleh anak-anak muridnya.
Hmmm..ternyata!
Ya, katanya demi keselamatan dan keamanan si anak, topi jenis kupluk, syal dan neck warmer dianjurkan untuk tidak dikenakan saat berangkat sekolah.
Cukup penasaran juga saya, karena tidak ada surat resmi dari sekolah mereka, akhirnya saya tanya dengan teman-teman disini. Ternyata diduga karena semakin meningkatnya tindakan kriminal yang menimpa anak-anak saat berangkat dan pulang sekolah, mungkin baru selepas ucapan saja para guru-guru ini menganjurkan anak-anak muridnya untuk tidak memakainya saat mereka pergi ke sekolah, karena bisa ditarik dengan paksa sehingga menjerat leher mereka.
Anak SD Berangkat Sekolah Sendiri!
Sejak kelas satu anak-anak SD di Jepang berangkat dan pulang sekolah tanpa diantar oleh orang tuanya. Karena biasanya sekolah mereka tidak begitu jauh dari rumahnya. Sekolah anak-anak saya hanya memakan waktu kurang lebih 15-20 menit dari rumah. Sebenernya sih ada loh jalan pintas dengan jarak yang cukup dekat hanya 5 menit!! Tapi jalan itu berupa terowongan yang sempit dan jauh dari keramaian. Anak-anak tidak boleh menggunakan jalan itu, bahaya karena sempitnya dan bahaya karena sepi orang lalu lalang sehingga kalau ada sesuatu yang menimpa anak-anak itu akan sulit untuk diketahui dengan cepat.
Lho memang Jepang sudah gak aman lagi?
Jangan kaget, walau bisa dikatakan Jepang masih terkendali keamanannya, tapi kita harus tetap waspada akan bahaya yang selalu mengintai! Apalagi kalau sudah berhubungan dengan anak-anak. Kejahatan yang sering saya dengar melaui berita-berita dari informasi sekolah ini saya dapatkan melalui telepon genggam, yaitu informasi yang terkoneksi antara sekolah dan aparat kepolisian. Jadi kami para ibu bisa cepat mengetahui kalau ada kasus atau tindakan kejahatan yang menimpa anak-anak sekolah di sekitar kita.
Kejahatan itu berupa pelecehan seksual (dipegang bagian tubuhnya), tindakan kekerasan (dipukul, ditendang, diancam benda tajam), penculikan bahkan pembunuhan!
Jujur saja kadang saya suka deg-deg an kalau ada pesan masuk di HP saya dari sekolah, karena belakangan ini kasus anak-anak sekolah yang diikuti orang tak dikenal, digertak, dan di ancam dengan pisau semakin banyak dan meningkat. Biasanya info yang masuk itu akan menjelaskan dengan detil, dari waktu saat kejadian berlangsung, apa yang dilakukan orang tak dikenal itu, sampai ciri-ciri orang jahat itu. Informasi ini sangat membantu sekali karena kami semua jadi berjaga-jaga apabila melihat penampakan dengan ciri yang persis di info itu, dan terutama memberitahu anak-anak agar waspada, karena banyak kejadian kalau penjahat ini tidak berhasil ditangkap karena keburu melarikan diri.
Dari pertama masuk sekolah, anak-anak ini sudah digeber untuk selalu bertindak waspada, seperti :
1. Waspada terhadap lalu lintas
Saat acara masuk sekolah, kami para orang tua sudah diinformasikan untuk membekali anak-anaknya pemahaman akan rambu-rambu lalu lintas. Dari pengenalan warna lampu lalu lintas, berjalan tertib di pinggir jalan, sampai saat harus menyebrang.
Di sekolah anak-anak saya, anak-anak yang baru masuk sekolah akan memakai topi warna kuning. Jadi bagi siapa saja yang melihat mereka, bersama sama untuk ikut memperhatikan dan mengingatkan kalau kalau anak-anak yang masih kelas 1 SD ini bersikap nyeleneh di jalan, dikarenakan masih belum terbiasa. Topi kuning ini wajib dikenakan selama satu tahun tergantung aturan sekolahnya, karena sekolah tetangga ternyata ada yang harus dipakai selama beberapa tahun loh!
2. Waspada terhadap lingkungan
Selain memberi bekal tentang lantas, memberi wejangan tentang bersikap mawas diri, bersikap sopan dan santun dan tidak bertingkah laku merusak juga sangat penting untuk kita beri tahu kepada anak-anak.
Rute jalan menuju sekolah, anak-anak akan melewati banyak perumahan. Karena itu penting sekali untuk bersikap awas diri. Berprilaku baik saat di jalan. Tidak memetik bunga dan mencabut pohon, tidak mengganggu hewan peliharaan yang sedang jalan-jalan, tidak membuang sampah sembarangan, dan tentu saja tidak berisik mengeluarkan suara kencang sehingga mengganggu lingkungan.
3. Waspada terhadap Orang tak dikenal
Nah poin terakhir ini yang berkali-kali selalu diingatkan para guru di sekolah tiada henti. JANGAN BERBICARA DENGAN ORANG TAK DIKENAL!
Beberapa bulan yang lalu di sekolah ada Jugyousankan, yaitu acara dimana para orangtua bisa melihat kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Disana saya kembali mendengar sang guru mengingatkan murid murid kelas satu untuk mencamkan baik-baik dan harus memegang janji untuk tidak berbicara kepada orang asing/tidak dikenal.
Saat itu si bungsu di tunjuk ibu gurunya ditanya alasan kenapa tidak boleh berbicara dengan orang tak dikenal? Dengan polos dijawabnya..."emm..takut di culik bu.."Â
Lalu ditanya lagi sama ibu gurunya, "ohh begitu, siapa yang memberitahu tentang hal ini?"
"emm..mama bu guru.."
Waaakss..si ibu guru ngetes banget ini, ketahuan deh mamanya adalah makhluk bawel yang hobi banget ngerusuhin anak-anaknya untuk selalu waspada di jalan. Sampai si sulung yang sudah kelas tiga pun langsung kabur kalau saya sudah ancang ancang kasih petuah sebelum mereka berangkat sekolah wkwkwkw ampun dehh..ngeluss dadaaa...
Poin ke tiga ini memang sangat sering kami, para ibu dan dari pihak sekolahpun mengumandangkannya ke telinga anak-anak, seperti :
1. Jangan mau kalau dibujuk dengan permen, makanan dan game untuk mengikuti orang tak dikenal itu untuk diantarkan ke suatu tempat
2. Menjaga jarak terhadap orang yang kelihatannya mencurigakan.
3. Segera meniup pluit tanda bahaya atau menekan alarm yang nyantel di tas ransel mereka, agar cepat diketahui oleh masyarakat sekitar.
4. Segera melapor ke guru, pos polisi, petugas patroli atau orang dewasa terdekat apabila terjadi sesuatu, seperti diikuti dari belakang, di ancam, dsb.
Syukurnya selain petuah dari kami orangtua dan guru, ada alat-alat pengaman dari sekolah yang didapat secara gratis saat masuk sekolah, seperti priwitan dan alarm yang suaranya bener-bener nyaring ngelengking.
Alat-alat ini disematkan di tas ransel mereka, jadi kalau ada apa-apa mereka bisa langsung meniupnya atau memencet alarmnya. Juga tak kalah pentingnya peran para petugas patroli yang dikerjakan oleh para orangtua murid secara bergiliran, baik mengawasi dengan berjalan kaki ataupun berkeliling dengan sepeda.
Menurut si sulung sekali kalinya dia mencet alarm adalah dulu sewaktu melihat ada teman perempuan satu sekolahnya yang didekati oleh bapak-bapak. Anak perempuan itu terlihat ketakutan dan seperti ingin lari, melihat gelagat yang kurang baik, si sulung dan gerombolannya secara serempak memencet alarmnya.
Dan alasan alarm bunyi yang lainnya ya gak lain adalag karena kesenggol atau kegencet barang jadinya suka bikin rumah heboh karena alarm itu katanya kekuatannya hampir sama dengan sirine ambulance! panteusaaannn..
Jadi buat temen-temen yang lagi liburan ke sini dan kebetulan melihat gerombolan anak-anak SD sedang berangkat atau pulang sekolah dan merasa gemas karena kelucuannya, saya sarankan untuk tidak mengajak ngobrol mereka. Karena kemungkinan mereka akan menghindar, lari atau bahkan refleks membunyikan alarm-alarm yang melekat di tas mereka. Karena memang begitu petuah dan wejangan dari orang tua dan para gurunya agar tidak boleh berbicara dengan orang yang tak dikenal, demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan bisa membahayakan keselamatan mereka.
Salam hangat, wk!
image : dokpri
*) Keterangan Gambar: (Anak-anak kelas satu yang bersiap siap untuk pulang)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H