Alat-alat ini disematkan di tas ransel mereka, jadi kalau ada apa-apa mereka bisa langsung meniupnya atau memencet alarmnya. Juga tak kalah pentingnya peran para petugas patroli yang dikerjakan oleh para orangtua murid secara bergiliran, baik mengawasi dengan berjalan kaki ataupun berkeliling dengan sepeda.
Menurut si sulung sekali kalinya dia mencet alarm adalah dulu sewaktu melihat ada teman perempuan satu sekolahnya yang didekati oleh bapak-bapak. Anak perempuan itu terlihat ketakutan dan seperti ingin lari, melihat gelagat yang kurang baik, si sulung dan gerombolannya secara serempak memencet alarmnya.
Dan alasan alarm bunyi yang lainnya ya gak lain adalag karena kesenggol atau kegencet barang jadinya suka bikin rumah heboh karena alarm itu katanya kekuatannya hampir sama dengan sirine ambulance! panteusaaannn..
Jadi buat temen-temen yang lagi liburan ke sini dan kebetulan melihat gerombolan anak-anak SD sedang berangkat atau pulang sekolah dan merasa gemas karena kelucuannya, saya sarankan untuk tidak mengajak ngobrol mereka. Karena kemungkinan mereka akan menghindar, lari atau bahkan refleks membunyikan alarm-alarm yang melekat di tas mereka. Karena memang begitu petuah dan wejangan dari orang tua dan para gurunya agar tidak boleh berbicara dengan orang yang tak dikenal, demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan bisa membahayakan keselamatan mereka.
Salam hangat, wk!
image : dokpri
*) Keterangan Gambar: (Anak-anak kelas satu yang bersiap siap untuk pulang)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H