Areal kuburan yang kami datangi kemarin itu adalah memang areal kuburan yang tidak biasa. Karena bentuknya mirip kaya komplek perumahan, ada blok-bloknya bahkan ini pake sistem developer segala, waduh kaya beli apartemen hehe
Lucunya di dalam komplek makamnya itu bukan saja hanya ada kuburan-kuburan yang jumlah nya mungkin puluhan ribu tapi ada itu tempat buat kita sight seeing menikmati keindahan alam. Banyaknya pohon-pohon sakura yang ditanam, membuat area makam ini begitu indah saat musim semi tiba. Dan kalau sudah puas berkeliling dan kemudian perut terasa lapar, gak usah khawatir takut pengsan, karena di tengah area ada restoran dengan aneka makanan lezatnya buat ganjal perut kok. Dan plus plusnya lagi, kita sebelum pulang bisa juga membeli omiyage, atau oleh-oleh untuk dibawa pulang kerumah. Komplit pokonya.
Berziarah ke makam mbah uyutnya anak-anak memang acara rutin tahunan keluarga besar suami. Biasanya sambil nyekar kami juga berniat untuk melakukan hanami, menikmati indahnya bunga Sakura di dalam komplek makam itu.
Saat masuk makam, biasanya anak-anak saya dah ngacir duluan, udah hapal dimana blok yang harus didatangi, kalo saya mah pikun, tiap dites sama mertua, malah suka ngawurnya gak ketulungan, makanya biasa deh si mboknya cuma ngekorin anak-anak wkwkwkwk
[caption id="attachment_376535" align="aligncenter" width="500" caption="Si bungsu tugas ngambil air, dokpri"]
Pertama yang dilakukan saat berziarah adalah membeli bunga dan osenkou (dupa berbentuk lidi yg dibakar nantinya di atas makam) lalu si bungsu mengambil gayung dan ember yg telah diisinya dengan air. Lalu dijinjingnya ke makam mbah uyutnya. Disana langsung ditaruh bunga dan osenkou di pot yang (lagi-lagi) telah disediakan dan satu set dalam makamnya, laku kita bakar senkou dan mulai lah kami berdoa. Habis berdoa, anak-anak saya gantian menyirami seluruh badan makam mbah uyut Jepunnya, gak lupa sekalian menyirami bunga-bunga yang ada di pinggiran makamnya. Sambil nyiram makam, biasa deh suami suka menceritakan tentang siapa saja yang ada didalam makam ini. Nah disini uniknya, kalau temen-temen perhatikan secara teliti, itu makam di Jepang gak ada yang perorang loh, semuanya atas nama keluarga. Sebagai contoh saja, makam keluarga besar saya ini, didalam kuburannya itu ada beberapa `kendi` kecil yg berisi serbuk tulang, hanya dua `kendi` yang saya ngeh punya siapa, yaitu serbuk tulang neneknya suami dan uyut nya suami.
[caption id="attachment_376536" align="aligncenter" width="500" caption="Kuburan keluarga besar uyut Jepun, dokpri"]
Ya memang sistem penguburan di jepang bukan perbody satu kuburan, tapi bisa untuk rombongan keluarga besar yang mempunyai family name yang sama. Gak usah ngebayang banyak deadbody dikubur bertingkat dalam satu makam ya, tapi kuburan di sini itu hanya ada satu lubang untuk ditaruh `kendi-kendi kecil yg berisi serbuk tulang. Lucunya lagi nisannya itu bisa digeser-geser tapi memang beraat bingits, ya tentu saja maksud bisa di geser itu seandainya ada `kendi` baru yang datang gak perlu kita ngegali-gali lagi, tapi tinggal dorong dan masukin untuk dijadikan satu dengan `kendi` yang lain.
[caption id="attachment_376538" align="aligncenter" width="500" caption="Papan kecil itu berisi silsilah keluarga besar, dokpri"]
Di Jepang, tubuh orang meninggal akan dibakar. Dan serbuk tulangnya sebagian akan di kasih kepada keluarga besarnya. Serbuk tulang itu ada yang disebar di laut lepas, katanya biar menyatu dengan alam semesta, tapi ada juga yang menaruhnya dimakam dan ada juga yang menaruhnya di Butsudan, altar kecil untuk tempat berdoa yang biasanya ada di dalam rumah orang jepang.
Jadi buat temen-temen yang kebetulan melihat makam dijepang, coba deh perhatikan itu yang ditulis di nisannya. Biasanya memang mereka mengukir hanya nama keluarga nya saja dan untuk first name akan ditulis dengan huruf yang kecil di pojok atau di balik batu nisannya.