Mohon tunggu...
Weedy Koshino
Weedy Koshino Mohon Tunggu... Lainnya - Weedy Koshino

Konnichiwa! Ibu 2 anak yang hidup di Jepang. Ingin membagi pengalaman selama hidup di Jepang. Penulis Buku Unbelievable Japan 1,2,3 dan Amazing Japan. Yoroshiku Onegaishimasu.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Ngegembleng Mental Tahan Banting!

9 Desember 2014   18:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:41 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


**sebelum tanding dapet wejangan dari pelatih

Sudah dua bulan ini si sulung masuk kedalam klub baseball, olahraga yang belakangan ini sangat digandrunginya. Mungkin karena sering pergi ke pertandingan baseball sama papanya membuat dia juga ingin mencoba berlatih olahraga ini.

Papanya sangat teramat mendukung ketika sisulung memohon untuk dicarikan klub baseball ini, tapi saya langsung tunjuk tangan menolaknya! Lhoo kenapa? Alasan yang saya pikir sangaaat egois adalah karena saya tidak bisa bermalas-malasan saat weekend! Dengan kata lain, harus bangun pagi buta untuk siapkan bentou yang akan dibawanya saat latihan nanti, maafkan bundamu yaa naakk!

Tapi karena setiap hari merajuk terus sambil berjanji dia mau serius dan tidak akan mengganggu belajarnya, akhirnya luluh juga saya melihat muka memelasnya itu. Haik, Wakarimashita (ok!) dan anak saya langsung meluk sambil mengucapkan, maaamaa arigatouuu!

Mulai saya cari informasi melalui teman-teman di lingkungan apartemen, dan syukurnya ada dua orang teman yang kebetulan anaknya juga sudah masuk klub baseball itu. Dan saya meminta tolong ibu-ibu ini untuk membuatkan janji dengan para pelatihnya untuk saya agar bisa ketemuan membicarakan prosedur bagaimana cara menjadi member club baseball itu. Dan berangkatlah saya dan suami untuk menyelesaikan urusan administrasi sekalian mengenalkan si sulung kepada para pelatihnya dan para member yang terdiri dari murid-murid dari berbagai SD dari kelas satu sampai kelas enam. Semuanya, membuka topi dan membungkukkan badannya ketika memberi salam selamat datang kepada anak saya sebagai seorang new member. Wah, seperti masuk kedalam sebuah keluarga besar.

1418095807861369271
1418095807861369271
** tanding dengan senior

Saat itu, anak saya sudah langsung mulai dibimbing para senpai (kakak kelas) dan berbaur dengan para member yang satu level umurnya. Dari jauh saya dan suami melihat anak saya mulai dilatih dari cara memberi salam, cara pemanasan sebelum latihan, latihan lari, menangkap bola dan sedikit latihan memukul bola. Beberapa kali saya lihat anak saya tersungkur dan jatuh terguling guling, celana yang masih putih kinclong gak lama langsung berubah jadi coklat!

1418095842622034143
1418095842622034143
**sisulung, kalo gak nyusruk ya ketubruk bola nyasar wkwkwk, semangatt!!

Belum lagi saat melihatnya latihan lari yang selalu nampak dalam urutan paling buncit tapi tetep semangat mengejar teman-temannya yang sudah melesat jauh kedepan. Ngenes melihatnya muka kewalahannya saat harus memungut bola yang dipukul oleh teman-temannya. Dan yang lebih bikin dada ini nyesek juga adalah, saat giliran dia harus memukul bola, semuanya meleset dan akhirnya tidak ada satupun yang bisa ia lambungkan untuk bisa membuat teman-temannya berlari hingga ke home base nya (goal). Kecewa, ya muka penuh kecewa dan kesedihan setiap ia pulang latihan sambil berkata, “kapan ya aku bisa pukul bolanya?”Biasanya kalau sudah begini suami saya suka menggiringnya masuk kamar dan menutup pintu, entah deh apa yang mereka omongin, setiap saya tanya, suami selalu mengatakan, “daijyoubu yo, otoko no hanasi..” (gak papa, ini masalah cowok). Tapi syukurnya, si sulung suka jadi biasa kembali, karena ketika makan malam, justru dari mulut dia sendiri bilang harus lebih sering latihan kalau pulang sekolah, jadi pas sabtu minggu mungkin sudah sedikit lebih tahu selahnya gimana bisa sampai memukul bola dengan kencang. Yosh, ganbaruyo! (ayo tetap semangat!)

Kalau anak-anak sudah tidur jadi suka saya bahas topik baseballnya si sulung ini dengan suami. Karena saya rasa kok diumurnya yang masih belia ini peraturan di klub olahraganya terlalu berat dan terlalu serius. Tapi suami membantahnya, “lho justru ini dasar anak bisa mempunyai mental tahan banting dan gak cengeng saat `tersungkur` dan cikal bakal mempunyai jiwa sportif nantinya!” dan tetap saja saya nggak mudeng maksud omongan suami, karena rasa kasihan saya lebih besar daripada mengintip manfaat yang bisa diambil dari semua susah payahnya itu.

Dan sepertinya suami juga paham, karena naluri ibu pasti gak tega melihat anaknya terlihat susah, karena itu setiap sabtu dan minggu pagi, kami sekeluarga mengantar si sulung untuk pergi dan melihat sebentar latihan baseball yang diadakan di lapangan sekolahnya.

14180957611856651913
14180957611856651913
**anak  bawang para junior yang baru masuk, masih putihh kinclong clananyaa :D

Latihan baseball ini dilaksanakan setiap hari sabtu dan minggu serta hari libur nasional, karena itu saya suka gak tega sisulung harus mengorbankan waktu bersama teman-temannya hanya demi latihan baseballnya ini, tapi karena dianya yang bersikeras ingin masuk klub ini akhirnya saya luluh juga. Dan yang bikin saya sedikit shock adalah waktu kegiatannya itu. Beda dengan latihan renang yang hanya memakan waktu 1 jam saja, nah latihan baseball ini dilakukan dari jam 8 pagi hingga 4 sore!! walau diselingi dengan makan siang bersama pada jam 12 selama satu jam tapi untuk usianya yang baru 8 tahun ini, itu adalah kegiatan yang sangat menguras tenaga. Kembali lagi saya ingatkan si sulung, “apakah kamu mampu seharian latihan lari, melempar dan memukul bola dari pagi sampai sore??” Dan selalu dijawab anggukan cepat si sulung, ahh... lagi-lagi saya luluh untuk kembali mengikhlaskan melepas sisulung berangkat pagi dengan gembolan tas berisi sarung tangan (glove), pemukul bola yang panjang, sepatu spike khusus baseball, kotak bentou dan botol minuman yang membuat tas ranselnya menggembung padat dan terasa berat untuk digemblokkan kepunggung si sulung.

Melihat kegigihan sisulung yang menepati janji untuk serius melakukan latihan olahraga ini akhirnya sedikit demi sedikit rasa cemas dan kekhawatiran mulai sedikit sirna menjadi malah ikut mendukungnya untuk selalu hadir disetiap pertandingan melawan club baseball dari daerah lain.

Lambat laun dan mau tak mau saya mulai menyelami kegiatan baseball ini, bukan saja melihat dan memahami sedikit dari peraturan permainan tapi juga melihat keadaan sekeliling yang ada. Ada beberapa yang menjadi poin yang membuat salut saya kepada para orang tua di Jepang dalam mendukung kegiatan olahraga yang dilakukan anak-anaknya. Antara lain adalah, partisipasi aktif para bapak-bapaknya! Coba lihat itu yang berjejer semua disana, saya sampai berdecak kagum saat mengetahui kalau para pelatihnya itu semua adalah volunteers! Mereka adalah bapak-bapak dari anak-anak yang sedang latihan itu. Bapak-bapak itu semua adalah para salaryman, yang memang sabtu dan minggu libur dari kerjanya, dan mungkin memang dasarnya sudah suka dengan olahraga ini, mereka mau berpartisipasi dan menyumbangkan tenaganya untuk membimbing dan melatih anak-anak SD ini untuk bisa bermain baseball dengan baik dan benar.

14180958631157499110
14180958631157499110
**para ibu mengantar ransum saat makan siang

Lalu bagaimana dengan para ibunya, nah suport para ibu-ibunya pun ini tidak bisa dianggap main-main loh. Dukungan para ibu-ibu untuk buah hatinya adalah dengan membuatkan obentou untuk dimakan saat lunch time, jadi kalau sudah jam 11.30 siang itu sudah banyak ibu-ibu Jepang yang berdiri dipinggir lapangan untuk menyerahkan kotak bekal yang akan dikasih ke anak-anaknya. Selain itu, banyak tugas lain loh yang bakal diemban oleh para ibu ini, diantaranya adalah :


  1. membuat appointment untuk tempat latihan nanti. Setiap rabu kita akan menerima e-mail dari seorang ibu yang bertugas pembawa berita tentang skejul latihan dan tempat latihan. Dan tugas ini dilakukan oleh ibu-ibu semua secara bergantian, siap siap deh kena giliran..hihi
  2. mengatur acara barbekyu atau kumpul-kumpul seluruh anggota klub
  3. menjalankan tugas administrasi, pendaftaran member baru, pemesanan kaos tim
  4. menjadi tukang parkir, nah kalau ada perandingan antar tim, itu yang dateng para supporter (bapak/ibu/kakek/nenek/adik/kakak) buanyaknya minta ampyun, banyak yang pakai kendaraan, jadi tugas kita ibu-ibunya adalah mengatur mobil yag akan masuk parkiran biar gak macet, bulan depan siap-siap bawa sempritan nih buat jadi tukang parkir wkwkwk
  5. bergantian jadi supir, bagi yang mempunyai mobil kita harus siap sedia untuk mengantar jemput mereka yang berlatih kalau kekurangan mobil, biasanya sih para pelatihnya selalu membawa mobil, jadi belum pernah saya dapet tugas antar jemput, yang ada bahkan anak saya selalu ditawari oleh pelatihnya yang kebetulan ada tiga pelatih yang rumahnya satu apartemen dengan kami. Alhamdulillah.
  6. membawa termos minum yang segede gaban, kalau musim dingin biasanya ocha (teh) hangat dan kalau musim panas ya tentunya minuman dingin pakek es bagi para pelatih dan anak-anaknya yang kehausan saat pertandingan.
  7. jadi tim horeee dan penggembira, nah ini saya paling suka! Hahaha kalau tim kami ada yang cetak home run, itu teriakan ibu-ibunya yang ngelengking dan menggelegar bisa loh sampe ngalahin suara para pelatihnya yang ngebass, padahal harusnya bapak-bapaknya yang loncat kegirangan eh ini emak-emaknya pada peluk pelukan wkwkwkwk kocak abiss.

Kegiatan diatas semua membuat saya berdecak kagum. Kenapa? Karena mereka melakukan semua itu tanpa bayaran!! baik itu para pelatihnya atau ibu-ibunya yang mendapat giliran tugas jadi tim rempong hihi..mereka semuanya sangat menikmati dan merasa tidak terbebani dengan tugas-tugas itu, menghitung untung ruginya, bayangkan mereka mengorbankan waktu, tenaga dan biaya loh demi harus menyuport anak-anak mereka melakukan hobinya.

1418095883314449474
1418095883314449474
**makan siang bareng, ngedeprook bersama teman

Pernah saya ngobrol dengan salah satu ibu dari temen anak saya, menyatakan bagaimana kekaguman saya kepada semangat para orangtua kok mau ya bersusah payah begini, padahal kan sabtu minggu itu waktunya istirahat bagi para orang tua yang bekerja. Dan alesannya cukup sederhana dan saya yakin alasan itu juga yang dipikir oleh semua orang tua yang sekarang ini ada dilapangan ini menyaksikan pertandingan anak-anaknya, yaitu agar anaknya jadi sosok yang ganbaru (selalu berusaha/tak pernah nyerah).

141809592273781881
141809592273781881
**saat kalah, harus pasrah dihukum lari beberapa kali putaran :D

Kata ganbaru di Jepang memang sangat teramat sakti. Dipakai bukan saja dalam bidang olahraga, kerja, dan belajar. Tapi dalam kehidupan sehari hari kata ganbaru ini, sebagai pemecut seseorang untuk tidak putus asa, karena arti ganbaru ini adalah berusaha dengan sekuat tenaga sampai titik darah penghabisan. Maknanya, kalau kita sekali tersungkur karena gagal maka harus kita bisa cepat bangkit karena pasti selalu ada harapan untuk bisa sampai meraih hasil yang diinginkan.

14180959462004172469
14180959462004172469
**Akhir pertandingan, mengucap salam dan memberi hormat pada audience tanda terima kasih!

Begitupun dengan olahraga baseball ini. Semakin sering saya melihat latihan dan mengunjungi beberapa pertandingan si sulung ini, saya melihat banyak nilai positif yang bisa dipetik, misalnya saja :


  1. tidak mudah putus asa. Saat kalah dalam pertandingan memang terlihat wajah sedih hampir disemua member tim yang kalah, tapi karena itu ternyata menjadi penyemangat dan bisa memacunya untuk berlatih lebih giat sampai pada akhirnya bisa meraih kemenangan
  2. bersikap sportif. Sikap ini saya sangat suka sekali, karena bisa melatih anak untuk bersikap ikhlas dan legowo saat kalah bertanding, dengan mau bersalaman dengan lawan dan mau membungkuk hormat tanda mengakui kehebatan lawan.
  3. tidak egois. Ini bisa saya lihat saat ada member yang telat waktu saat latihan, saat harus kumpul, saat harus memberi salam, dll. Dan konsekuensinya apa?? semua member kena hukum! Gara-gara ada sistem ini, semua member mempunyai kewajiban untuk tepat waktu karena tidak ingin merepotkan orang lain, ya iya wong kesalahan satu orang tapi yang kena hukuman satu tim, hadehh bisa dikepruk sama yang lain hihi Dan bagusnya, ada tanggung jawab dari leader tim dan teman-temannya untuk selalu mengecek keberadaan teman-temannya, dan saling memperingatkan satu sama lain.
  4. Siap dengan konsekuensi yang akan dijatuhkan. Dalam hal ini hukuman. Nah sering saya lihat pemandangan ini, Dimana tim yang kalah itu langsung loh sehabis game berakhir, oleh pelatihnya dapet hukuman disuruh lari beberapa kali mengelilingi lapangan hihi gara-gara ada hukuman ini maka bisa terlihat itu muka-muka serius dan konsen saat sedang bertanding, takut kali yah disuruh muter lapangan hihi
  5. ada tanggung jawab penuh terhadap kouhai dari para senpai. Kouhai adalah adik kelas/teman yang umurnya lebih kecil. Senpai adalah kakak kelas/senior/umur yang lebih besar. Dan ini terlihat jelass sangat jelass sekali para kakak kelas melindungi adik-adiknya. Membimbing dan memarahi adik-adiknya untuk bisa tepat waktu, cara memberi hormat yang benar kepada pelatih atau para orang tua/audience yang melihat pertandingan mereka. Salut deh.

Dua bulan ini `hanya` segitu yang saya bisa tangkap dari manfaat anak-anak dilatih olahraga yang melibatkan tim. Karena bukan hanya memikirkan dirinya sendiri saja tapi mau tak mau dan dipaksa yang pada akhirnya jadi terbiasa untuk harus mau juga memikirkan kepentingan para member lainnya. Mereka belajar menjadi pribadi yang tidak gampang menyerah dan putus asa, tidak egois dan mau memikirkan teman lain, dan menjaga kekompakkan yang itu semua bukanlah hal yang tak mungkin kalau saja anak-anak sudah dilatih dan dididik sedari dini.

Salam hangat, wk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun