Mohon tunggu...
Wedy Prahoro
Wedy Prahoro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Pendidikan dan Aktivis Agama

Pemerhati Pendidikan dan Aktivis Agama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Model Pembelajaran yang Sesuai Perkembangan Zaman

6 Desember 2024   11:30 Diperbarui: 6 Desember 2024   12:05 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa dunia ke dalam Revolusi Industri 4.0, yang mengintegrasikan kecerdasan buatan, data besar (big data), Internet of Things (IoT), dan teknologi lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan di Indonesia menghadapi tantangan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu menguasai teknologi ini. Prof. Tilaar menegaskan bahwa pendidikan harus menjadi alat untuk menguasai perubahan dan bukan hanya menyesuaikan diri dengannya. Model pembelajaran tradisional yang pasif perlu ditransformasi menjadi pembelajaran berbasis teknologi dan kolaborasi, seperti flipped classroom, pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), dan blended learning.

Pemikiran para pakar pendidikan internasional, seperti Howard Gardner dengan teori kecerdasan majemuk, menjadi relevan untuk menjawab kebutuhan peserta didik yang beragam. Teknologi juga mendorong munculnya pembelajaran personalisasi (personalized learning), yang memungkinkan siswa belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Globalisasi menuntut individu untuk bersaing di pasar global dengan keterampilan abad ke-21, seperti komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan pemecahan masalah. Prof. Dr. Soedijarto mengingatkan bahwa pendidikan di Indonesia harus tetap berbasis nilai-nilai kebangsaan dan budaya lokal sambil membuka diri terhadap dinamika global. Pembelajaran yang berbasis kontekstual, sebagaimana digagas oleh Prof. Tilaar, dapat membantu peserta didik memahami dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam konteks lokal dan global.

Tantangan lainnya adalah meningkatkan kemampuan literasi, numerasi, dan digital literacy peserta didik agar mampu bersaing secara internasional. Berdasarkan laporan PISA (Programme for International Student Assessment), Indonesia masih berada di bawah rata-rata global dalam hal kemampuan literasi, matematika, dan sains.

Meskipun pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak kemajuan, ketimpangan akses dan kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan masih menjadi masalah serius. Menurut pandangan Paulo Freire, pendidikan harus memberdayakan semua lapisan masyarakat, terutama mereka yang termarginalisasi. Pemikiran ini relevan untuk mengatasi tantangan ketimpangan melalui model pembelajaran yang inklusif dan merata.

Pemerintah perlu mengoptimalkan teknologi sebagai sarana pembelajaran di daerah terpencil. Misalnya, penggunaan teknologi pembelajaran daring dan hybrid dapat membantu menjembatani kesenjangan pendidikan di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.

Tantangan lain yang dihadapi adalah pergeseran nilai-nilai sosial di tengah derasnya arus informasi. Pendidikan tidak hanya harus mencetak individu yang cerdas secara akademis tetapi juga memiliki karakter yang kuat. Prof. Tilaar menekankan pentingnya pendidikan karakter yang berakar pada nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan.

Model pembelajaran yang berbasis nilai, seperti pembelajaran tematik dan pendidikan berbasis proyek sosial, dapat digunakan untuk membangun karakter peserta didik. John Dewey, seorang filsuf pendidikan, juga menekankan pentingnya pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) untuk membentuk peserta didik yang bertanggung jawab dan peduli terhadap masyarakat.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai regulasi untuk menghadapi tantangan abad ke-21, seperti Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan penerapan Kurikulum Merdeka. Namun, tantangan terbesar adalah memastikan implementasi kebijakan ini secara konsisten di seluruh daerah.

Kurikulum Merdeka, misalnya, dirancang untuk memberikan fleksibilitas dalam pembelajaran, sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi mereka sesuai minat dan bakatnya. Pendekatan ini juga mencerminkan gagasan konstruktivisme yang menempatkan peserta didik sebagai subjek aktif dalam pembelajaran.

uru merupakan ujung tombak dalam menghadapi tantangan pendidikan abad ke-21. Namun, banyak guru di Indonesia yang belum sepenuhnya siap untuk mengadopsi teknologi dan model pembelajaran baru. Pelatihan berkelanjutan dan pengembangan kompetensi guru menjadi prioritas utama. Pemikiran Prof. Soedijarto tentang perlunya pendidikan guru yang holistik dan berbasis pada kebutuhan lokal harus menjadi pedoman dalam meningkatkan kualitas tenaga pendidik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun