Fokus Pendidikan Berbasis Pancasila dan Kebudayaan Bangsa adalah menciptakan sistem pendidikan yang mengintegrasikan:
- Nilai-nilai moral dan sosial Pancasila untuk membangun karakter bangsa yang kokoh.
- Pelestarian dan pengembangan kebudayaan lokal sebagai identitas bangsa.
- Kesiapan menghadapi tantangan global tanpa kehilangan akar budaya dan nilai nasional.
Dengan berlandaskan teori Prof. Dr. Soedijarto, MA, Ki Hadjar Dewantara, dan pemikiran pakar internasional seperti John Dewey, pendidikan ini menjadi instrumen strategis untuk membangun bangsa yang cerdas, bermartabat, dan berkepribadian di tengah perubahan zaman.
Kesimpulan
Pendidikan Berbasis Pancasila dan Kebudayaan Bangsa adalah konsep yang menempatkan pendidikan sebagai wahana strategis untuk mencetak generasi Indonesia yang berkarakter, cerdas, dan bermoral, serta memiliki jati diri kebangsaan yang kuat. Gagasan ini berakar pada pandangan Prof. Dr. Soedijarto, MA, yang melihat pendidikan sebagai alat utama untuk mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945: mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk masyarakat yang adil, makmur, dan berkeadaban.
Sejak awal kemerdekaan, pendidikan di Indonesia telah diarahkan untuk membangun rasa persatuan dan kesadaran nasional melalui integrasi nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum. Pendidikan juga menjadi sarana untuk melestarikan kebudayaan bangsa sebagai identitas dan kekuatan utama dalam menghadapi dinamika global. Dalam perkembangannya, fokus pendidikan bergeser dari penguatan nasionalisme di era awal kemerdekaan hingga penguatan daya saing global di era modern, namun tetap berakar pada nilai-nilai lokal dan budaya bangsa.
Dalam perspektif global, gagasan pendidikan ini sejalan dengan pandangan pakar pendidikan internasional seperti Paulo Freire, yang menekankan pentingnya pendidikan untuk membangun kesadaran kritis dan transformasi sosial, serta John Dewey, yang menggarisbawahi pentingnya pembelajaran berbasis pengalaman. Pendidikan berbasis Pancasila dan kebudayaan bangsa menawarkan pendekatan holistik yang mengintegrasikan aspek moral, sosial, budaya, dan keterampilan abad ke-21, menjadikannya relevan dalam menghadapi tantangan zaman.
Di era globalisasi dan digitalisasi, pendidikan ini menghadapi tantangan besar, seperti penetrasi budaya asing, ketimpangan sosial, dan percepatan teknologi. Namun, nilai-nilai Pancasila dan kebudayaan bangsa memberikan landasan kuat untuk menciptakan generasi muda yang tidak hanya kompeten secara akademis tetapi juga memiliki komitmen terhadap pelestarian budaya lokal dan pembangunan nasional.
Kesimpulannya, Pendidikan Berbasis Pancasila dan Kebudayaan Bangsa adalah pendekatan yang relevan, adaptif, dan strategis untuk mencetak manusia Indonesia yang mampu hidup di tengah perubahan dunia tanpa kehilangan akar kebangsaan. Dengan berlandaskan teori Prof. Dr. Soedijarto, MA, serta pemikiran tokoh-tokoh pendidikan lainnya seperti Ki Hadjar Dewantara, pendidikan ini menjadi kunci untuk membangun Indonesia yang bermartabat, mandiri, dan berkepribadian di masa depan.
Daftar Pusataka
Hall, G. S. (1904). Adolescence: Its Psychology and Its Relation to Physiology, Anthropology, Sociology, Sex, Crime, Religion, and Education. New York: D. Appleton & Company.
Dewey, J. (1916). Democracy and Education: An Introduction to the Philosophy of Education. New York: Macmillan.
Freire, P. (1970). Pedagogy of the Oppressed. New York: Continuum.
UNESCO. (2005). Towards Knowledge Societies. Paris: UNESCO Publishing.