Prancis juga mendorong hubungan baik antara Mesir dan Yunani dengan harapan pada akhirnya menciptakan bulan sabit geopolitik yang menghalangi akses Turki ke Libya dan Aljazair. Situasi saat ini berpotensi menyebabkan kebuntuan dalam eksplorasi energi di wilayah tersebut.
Namun, aliansi ini telah ditujukan untuk mempertahankan status quo, dan jalan buntu mungkin merupakan keuntungan nyata bagi negara-negara penjamin seperti Prancis.Â
Ada dua motif yang saling terkait di balik kebijakan luar negeri Prancis: ekspor pertahanan dan prestise internasional. Prancis adalah aktor utama dalam ekspor pertahanan dan mencoba menjadi alternatif bagi Amerika Serikat.
Yunani dan Israel mencoba meningkatkan pengaruh politik mereka untuk melindungi atau mendapatkan penawaran dari Eropa untuk mencari sumber energi yang lebih andal.
Dalam tiga tahun terakhir, Prancis menjadi pengekspor pertahanan terbesar kedua ke Arab Saudi setelah Amerika Serikat. Selama 5 hingga 10 tahun terakhir, hanya Inggris yang mampu bersaing dengan Prancis. Selain itu, Yunani dan Israel mencoba meningkatkan pengaruh politik mereka untuk melindungi atau mendapatkan penawaran dari Eropa untuk mencari sumber energi yang lebih andal.Â
Ada banyak faktor penarik untuk memasuki dinamika seperti itu seperti meningkatnya tekad untuk terlibat dalam konflik, sumber daya militer yang lebih baik, dan peluang pencegahan yang lebih tinggi.
Keadaan seperti itu menciptakan potensi konflik di perbatasan laut Turki di Mediterania Timur. Sepertinya perdebatan kuno Turco-Yunani tentang perbatasan laut akan berkembang menjadi persaingan sengit atas kontrol aliran energi Mediterania Timur. Pemangku kepentingan tertentu seperti penyedia energi seperti Mesir, Aljazair, dan Israel akan menentukan pihak mana yang akan mendapat dukungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI