Mohon tunggu...
Max Webe
Max Webe Mohon Tunggu... Penulis - yesterday afternoon writer, working for my country, a reader, any views of my kompasiana are personal

"There is so much weariness and disappointment in travel that people have to open up – in railway trains, over a fire, on the decks of steamers, and in the palm courts of hotels on a rainy day. They have to pass the time somehow, and they can pass it only with themselves. Like the characters in Chekhov they have no reserves – you learn the most intimate secrets. You get an impression of a world peopled by eccentrics, of odd professions, almost incredible stupidities, and, to balance them, amazing endurances." — Graham Greene, The Lawless Roads (1939)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Boikot Produk Israel, Jokowi Ibarat Little Soekarno

9 Maret 2016   18:47 Diperbarui: 13 Januari 2022   11:07 2653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang saya lihat dimaknai sebagai produk barangnya Israel diboikotkan, sebenarnya bukan," kata Johan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (8/3). Menurut Johan, boikot yang dimaksud Jokowi berkaitan dengan boikot terhadap kebijakan Israel di tanah pendudukan Palestina. 

Penjelasan Johan Budi SP pun ditanggapi oleh aktivis Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla, dalam akun twitternya @ulil, "Kata Johan Budi: boikot kebijakan yg dibuat di tanah pendudukan. Lho, maksud-é piyé? :)" Lebih lanjut, Ulil berkicau, "Setahu saya, yg ada daftar produk Israel. Tp daftar produk yg dibuat scr spesifik di tanah pendudukan, apa ada?" 

Sementara, Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri RI Hasan Kleib menyatakan imbauan kepada komunitas internasional untuk ikut memboikot produk yang berasal dari lahan pendudukan Israel atas Palestina, bertujuan menghentikan insentif yang diperoleh pemukim ilegal Israel. 

Imbauan tersebut tercantum dalam poin 16" "Deklarasi Jakarta", salah satu dokumen hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang berlangsung di Jakarta, 6-7 Maret 2016. 

"Karena kalau tidak diboikot, kita akan tetap memberi insentif kepada pemukim ilegal untuk semakin maju dan berkembang di wilayah yang bukan miliknya. Itu berpotensi pada meluasnya pendudukan lahan Palestina oleh Israel," ujar Dirjen Kerja Sama Multilateral Kemlu usai KTT-LB OKI ke-5 di Balai Sidang Jakarta, Senayan, Senin malam. 

Boikot terhadap produk-produk Israel terutama pertanian dan perkebunan, telah dimulai oleh negara-negara anggota OKI sekitar dua hingga tiga tahun lalu.

Seruan boikot produk Israel Presiden Joko Widodo, juga mendapatkan perhatian Pengusaha, aktivis Perempuan dan Anak, Wakil Ketua Komite III DPD RI, Fahira Fahmi Idris, "Seruan Pak @jokowi Boikot Produk Israel Harus Dilanjutkan dg Aksi Nyata. Yang Dukung #JokowiBoycottIsrael Mohon RT," cuitan Fahira Fahmi Idris dalam akun twitternya @fahiraidris. Sedangkan, Aktivis Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla, dalam akun twitternya @ulil, "Pres Jokowi serukan boikot produk Israel yg dibuat di tanah pendudukan. Kok nanggung sih boikotnya. Dan bagaimana cara menengarainya?" 

Terlepas, apakah boikot produk Israel tersebut, adalah boikot barang atau boikot kebijakan Israel di tanah pendudukan Palestina? Toh, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan hingga kini Indonesia belum memiliki hubungan perdagangan langsung dengan Israel. 

Sebagaimana telah dikutip beberapa media daring, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Indonesia ke Israel sepanjang tahun lalu sebesar US$ 116 juta. Nilai impornya sebesar US$ 77 juta. Sementara nilai total ekspor Indonesia tahun lalu mencapai US$ 150 miliar, dan impornya US$ 143 miliar. Meski kecil, perdagangan Indonesia-Israel masih surplus.

Namun, di hadapan dunia, khususnya bagi negara-negara Islam dan berpenduduk Islam dalam melakukan tindakan kongkrit untuk memboikot produk asal Israel. Presiden Joko Widodo telah memperlihatkan 'Nyali Besar' seorang pemimpin negeri yang mempunyai umat Islam terbesar di dunia, dan negeri demokratis nomer tiga di dunia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun