Mohon tunggu...
Wayzone
Wayzone Mohon Tunggu... Freelancer - Proud to be growth

Young and free. Bahasa menghubungkan kita semua.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Alzheimer

27 Februari 2019   08:24 Diperbarui: 27 Februari 2019   10:09 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Merah, keramik, lis plafon, pintu

Aku mencoba mengingat waktu

Mungkin sebulan, setahun atau sewindu

Atau hanya semalam

Delapan

Itu jumlah kaca jendela

Sama seperti cucu-cucuku

Aku bahkan tak tahu berapa jariku

Seorang wanita cantik masuk

Kadang berkata kadang membisu

Seorang lagi datang nanti

Juga kadang menghilang

Rumah ini besar

Tapi ke mana penghuninya?

Mungkin mereka merantau

Atau sudah mati

Orang-orang berlalu lalang

Aku lihat dari jendela

Ada yang naik sesuatu

Suaranya bising sekali

Sepeda motor, iya sepertinya itu namanya

Atau sepeda mesin, entahlah

Coba nanti ku tanya cucuku

Atau siapa saja yang membuka pintu

Sepertinya aku belum pernah mencobanya

Kambing, kerbau, sapi, kuda

Aku pernah menungganginya

Sudah lama aku tak melihatnya

Jadi berapa anakku

Sulung, bungsu, barep

Tiga? Empat? Atau enam? Sepertinya lima

Biar cucuku yang yang jawab

ke mana perginya?

masih hafalkah kimigayo

biar aku mengingatkannya

akan ku tunjukkan kehebatanku

Satu, tujuh, sembilan

bagaimana mengurutkannya

cucukku lama sekali

aku tak sabar bermain dengannya

End

Mengenang Almarhum Jenal Aripin bin Drais.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun