Berdasarkan pengamatan Lakiu dkk (2016) Ada 47 spesies burung yang ditemukan, 31 spesies penetap, 11 spesies endemik Sulawesi dan 5 spesies migran. Di wilayah ini juga terdapat 12 spesies buurung yang dilindungi yaitu Raja Udang Erasia (Alcedo athis), Raja Udang Meninting (Alcedo meninting), Burung Madu Kelapa (Anthreptes malacensis), Cekakak Sungai (Halcyon chloris), Elang Laut Perut Putih (Haliaestus leucogaster), Elang Bondol (Haliastur indus), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Burung Madu Sriganti (Nectarinia jugularis), dan Elang Tiram (Pandion haliaetus), Pekaka Bua-bua (Halcyon melanorhyncha), Cekakak Suci (Halcyon sancta) dan Burung Madu Hitam (Nectarinia aspasia).
Kemudian, di Desa Palaes, Likupang Timur ada hewan unik yang sulit ditemukan di tempat lain yaitu Tarsius. Hewan ini sering disebut primate mungil. Hewan langka ini adalah hewan yang aktif di malam hari.
Ia memiliki kemampuan seperti burung hantu yaitu memutar kepalanya 180 derajat. Sebagian besar kehidupannya dihabiskan di atas pohon. Ia mampu berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya dengan melompat hingga sejauh 3 meter.
Itu hanya sebagian kecil potensi alam yang dimiliki Likupang. Belum potensi bawah lautnya yang sangat beragam dan unik. Likupang mulai dikenal sebagai surga bawah laut. Keanekaragaman dan kelimpahan flora dan fauna di Likupang mesti dijaga dengan sebaik-baiknya.
Cocok, jika memang Kemenparekraf sudah mengetahui potensi ekowisata di Indonesia, salah satunya di Likupang.  Kemudian mengembangkan dan  mengajak masyarakat untuk menjadikan Indonesia pusat ekowisata dunia. Karena konsep pengembangan ekowisata itu mempertimbangkan alam, manusia dan kesejahteraan. Jadi jika nanti ada yang bertanya dimana tempat ekowisata terbaik di dunia? Ya di Indonesia Aja. Wonderful Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H