Jika mendengar kata Likupang, mungkin dulu belum banyak yang tahu. Sewaktu saya masih di Sekolah Dasar (SD) jika ditanya Sulawesi Utara, maka yang ada di pikiran saya yaitu Manado, Bunaken. Tetapi sekarang sejak menjadi Destinasi Super Prioritas (DSP), Likupang mulai dikenal. Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Likupang terletak di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara (North Sulawesi).
DSP Likupang memiliki keindahan alam yang luar biasa dan harus dijaga dengan baik. Pemandangan di bukit, pesisir pantai, dan alam bawah laut yang indah memberikan kebahagiaan bagi siapa saja yang melihatnya. Namun, bisakah keindahan ini dijaga dan terus dilestarikan?
Perhatikan Keseimbangan Alam dan Berdayakan Masyarakat Lokal
Menjadikan sebuah lokasi sebagai tempat pariwisata memang bisa mendatangkan banyak keuntungan, terutama dalam meningkatkan perekonomian. Namun seringkali keseimbangan alam kurang diperhatikan. Perusakan alam dan banyaknya sampah seringkali menjadi masalah bagi daerah wisata.
Desa Bahoi yang terletak di Kecamatan Likupang Barat bisa menjadi contoh bagaimana pengelolaan wisata yang memperhatikan lingkungan berbasis masyarakat. Di tahun 2003, wilayah ini ditetapkan menjadi Daerah Perlindungan Laut (DPL) melalui Perdes DPL. Dampak dari PDL terjadi peningkatan produksi perikanan dan  wilayah mangrove terjaga dengan baik.
Desa Bahoi sekarang menjadi salah satu desa ekowisata. Wisatawan bisa mengunjungi berbagai spot yang menarik seperti hutan mangrove, pantai pasir putih atau jika ingin melihat keindahan bawah laut, terdapat juga spot untuk snorkeling dan diving. Desa ini juga memiliki penampilan seni budaya, hasil kerajinan tangan dan homestay milik warga sekitar.
Pemberdayaan masyarakat lokal menjadi kekuatan dan kekhasan dalam pengembangan pariwisata. Pemberdayaan dan pelibatan masyarakat akan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga, melestarikan dan mengembangkan objek wisata yang ada.
Warga Desa Bahoi sudah memiliki kesadaran itu. Mereka bersama-sama berupaya untuk menjaga kebersihan dan keindahan alamnya. Desa Bahoi mungkin bisa menjadi contoh untuk pengembangan desa wisata lainnya di Likupang.
Keanekaragaman Flora dan Fauna
Tommy Kontu (2014) mendata ada 11 jenis mangrove yang terdata di Batuline Desa Bahoi. Kesebelas jenis tersebut adalah Sonneratia, Bruguiera, Rhizopora, Avicennia, Aegiceras, Excoecaria, Lumnitzera, Scyphiphora, Ceriops, Xylocarpus dan jenis yang tidak teridentifikasi (unidentified). Itu baru di Desa Bahoi belum daerah lainnya. Laikun dkk (2014) juga mendata ikan karang famili Chaetodontidae ditemukan 20 jenis. Ikan karang ini merupakan indikator terumbu karang.
Masih di Desa Bahoi, daerah ini memiliki potensi kegiatan Birdwatching. Pengamatan burung langsung di alam menjadi kegiatan yang menarik. Berjalan-jalan sambal mengamati kekhasan dan keindahan burung di Desa Bahoi.
Berdasarkan pengamatan Lakiu dkk (2016) Ada 47 spesies burung yang ditemukan, 31 spesies penetap, 11 spesies endemik Sulawesi dan 5 spesies migran. Di wilayah ini juga terdapat 12 spesies buurung yang dilindungi yaitu Raja Udang Erasia (Alcedo athis), Raja Udang Meninting (Alcedo meninting), Burung Madu Kelapa (Anthreptes malacensis), Cekakak Sungai (Halcyon chloris), Elang Laut Perut Putih (Haliaestus leucogaster), Elang Bondol (Haliastur indus), Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Burung Madu Sriganti (Nectarinia jugularis), dan Elang Tiram (Pandion haliaetus), Pekaka Bua-bua (Halcyon melanorhyncha), Cekakak Suci (Halcyon sancta) dan Burung Madu Hitam (Nectarinia aspasia).
Kemudian, di Desa Palaes, Likupang Timur ada hewan unik yang sulit ditemukan di tempat lain yaitu Tarsius. Hewan ini sering disebut primate mungil. Hewan langka ini adalah hewan yang aktif di malam hari.
Ia memiliki kemampuan seperti burung hantu yaitu memutar kepalanya 180 derajat. Sebagian besar kehidupannya dihabiskan di atas pohon. Ia mampu berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya dengan melompat hingga sejauh 3 meter.
Itu hanya sebagian kecil potensi alam yang dimiliki Likupang. Belum potensi bawah lautnya yang sangat beragam dan unik. Likupang mulai dikenal sebagai surga bawah laut. Keanekaragaman dan kelimpahan flora dan fauna di Likupang mesti dijaga dengan sebaik-baiknya.
Cocok, jika memang Kemenparekraf sudah mengetahui potensi ekowisata di Indonesia, salah satunya di Likupang.  Kemudian mengembangkan dan  mengajak masyarakat untuk menjadikan Indonesia pusat ekowisata dunia. Karena konsep pengembangan ekowisata itu mempertimbangkan alam, manusia dan kesejahteraan. Jadi jika nanti ada yang bertanya dimana tempat ekowisata terbaik di dunia? Ya di Indonesia Aja. Wonderful Indonesia.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI