Mohon tunggu...
Yogi Setiawan
Yogi Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aku adalah

Pemuda yang penuh semangat, senang berbagi dan pantang menyerah. Mulai menulis karena sadar akan ingatan yang terbatas. Terus menulis karena sadar saya bukan anak raja, peterpan ataupun dewa 19.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Wonderstruck", Kisah Dua Anak Tuli

27 Januari 2018   18:35 Diperbarui: 27 Januari 2018   18:48 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
American Museum of Natural History di New York (sumber: wikipedia).

Melihat poster film Wonderstruck diatas cukup unik. Ada gambar empat serigala, pemandangan kota, anak perempuan di sebelah kiri dan anak laki-laki di sebelah kanan. Warna poster juga terbagi dua. 

Sebelah kiri berawarna hitam putih dan sebelah kanan berwarna-warni. Poster diatas memang menggambarkan bagaimana film Wonderstrcuk.

Ben (Oakes Fegley) dan Rose (Millicent Simmonds) adalah kedua tokoh utama film ini. Mereka berdua sama-sama melakukan perjalanan solo dan mengunjungi tempat yang sama dengan tahun yang berbeda. 

Rose, seorang gadis tuli yang kabur dari rumahnya di New Jersey pada tahun 1927.  Ia pergi untuk mencari idolanya Lilian Mayhew (Julliane More), seorang aktris yang bermain di Haynes Film. Ia pergi bermodalkan potongan kertas koran yang ia gunting bergambar sang idola.

Kemudian Ben, seorang piatu. Ia tersambar petir saat sedang menelepon dan kabur dari rumah sakit untuk mencari ayahnya (1977). Ia pergi bermodalkan pembatas buku yang tertuliskan nama alamat sebuah toko buku.

Kedua anak ini melakukan perjalanan pada tahun yang berbeda, namun mereka mengunjungi tempat yang sama. Perbedaan tahun ini bisa digambarkan secara jelas dengan warna gambar yang berbeda. 

Saat Rose melakukan perjalanan, film bergambar hitam putih. Sedangkan, saat Ben melakukan perjalanan, film berwarna. 

Sang Sutradara, Todd Haynes sepertinya sangat berusaha keras untuk mengatur latar tempat, pakaian dan gaya orang-orang pendukung film, serta kendaraan yang digunakan seperti pada tahun 1920-an dan 1970-an. 

Rose melakukan perjalanan (1927) (sumber: theculturetrip).
Rose melakukan perjalanan (1927) (sumber: theculturetrip).
Ben melakukan perjalanan (1977) (sumber: the film experience).
Ben melakukan perjalanan (1977) (sumber: the film experience).
Mereka berdua melakukan perjalanan lebih tepatnya adalah pelarian ke sebuah museum di New York. Museum tersebut bernama American Museum of Natural History. Museum ini dibangun pada tahun 1874 dan mulai dibuka pada tahun 1877. Ayah dari Presiden Amerika Theodore Roosevelt yaitu Theodore Roosevelt, Sr., merupakan salah satu pendirinya. Disinilah banyak misteri yang terjadi dari pelarian mereka.

American Museum of Natural History di New York (sumber: wikipedia).
American Museum of Natural History di New York (sumber: wikipedia).
Sekelompok serigala yang ada di poster merupakan salah satu teka-teki dari film ini. Serigala itu selalu masuk ke dalam mimpi si Ben. Di American Museum of Natural History, serigala itu memang benar-benar ada di dalam museum. Diorama serigala tersebut terpampang di salah satu ruangan museum.

Gambar kelompok serigala yang ada di American Museum of Natural History (sumber: amnh.org).
Gambar kelompok serigala yang ada di American Museum of Natural History (sumber: amnh.org).
Singa-singa tersebut hidup di Danau Gunflient, Minnesota Utara. Mereka memang terbiasa hidup berkelompok, terutama saat mencari mangsa. Di tempat inilah Ben tinggal sebelum melakukan pelarian ke New York. Dan dari tempat inilah, ia penasaran mengetahui keadaan ayahnya. 

Tuli Bukan Berarti Tak Berdaya

Film berdurasi dua jam ini, menggambarkan bagaimana kisah pelarian Ben dan Rose ke New York. Berbagai halangan dan rintangan mereka lalui. Hal baik dan hal buruk mereka hadapi dengan tegar.  Keyakinan Ben dan Rose mengalahkan rasa takut yang mereka alami. 

Keterbatasannya bukanlah penghambat untuk mewujudkan keinginannya. Kemampuan untuk mendengar memang merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia. Dan ketika kehilangan, bukan berarti manusia kehilangan kemampuan hidupnya dan mengejar cita-citanya.

Kok jadi kalimat motivasi gini ya? Tapi memang itulah hikmah film yang saya dapat dari film ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun