Mohon tunggu...
Yogi Setiawan
Yogi Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aku adalah

Pemuda yang penuh semangat, senang berbagi dan pantang menyerah. Mulai menulis karena sadar akan ingatan yang terbatas. Terus menulis karena sadar saya bukan anak raja, peterpan ataupun dewa 19.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menelusuri Inovasi Teknologi Pengolahan Air PALYJA

29 Maret 2016   08:33 Diperbarui: 29 Maret 2016   09:29 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberhasilan penggunaan ketiga teknologi ini telah mampu membalikkan data tingkat kebocoran (NRW) yang pada tahun 1998 sebesar 60% menjadi 40% pada tahun 2015.

Teknologi Pengolahan Air

1. Moving Bed Biofilm Reactor

PALYJA menggunakan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) untuk menambah air baku maupun untuk menjaga penyaluran air. MBBR mengolah wastewater menjadi air baku menggunakan meteor sebagai media tumbuh bagi mikroorganisme alami(3), yang mampu mengurai polutan seperti zat amonium, deterjen, besi dan mangan. Meteor merupakan material proprietary polyethylene biofilm carriers (sejenis bahan plastik). Media ini merupakan produksi dari Jerman. Berukuran tinggi 15 mm dan diameter 10 mm. Warnanya hitam dan ada banyak lubang di bagiannya. 

[caption caption="Meteor ini bukan benda langit yang suka disebut bintang jatuh. Meteor ini merupakan media tumbuh bagi mikroba pengurai polutan seperti amoniak (foto: dokpri). "]

[/caption]

Teknologi biofiltrasi ini merupakan hasil inovasi PALYJA bersama BPPT dan dengan dukungan Suez selaku pemegang saham terbesar di Palyja. MBBR mampu menghilangkan 87% amonia di air dari Kanal Banjir Barat sehingga dapat digunakan sebagai air baku. Teknologi ini merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Jika ingin melihat langsung prosesnya, ada di IPA Taman Kota, Jakarta Barat.

2. Teknologi Desalinasi

Meyritha Maryanie, Kepala Divisi Corporate Communications dan Social Responsibilities PALYJA menjelaskan bahwa PALYJA mempunyai teknologi desalinasi atau teknologi pengolahan air laut menjadi air baku. Namun untuk teknologi desalinasi membutuhkan biaya yang tinggi. Contohnya di Victoria, Australia, Suez sebagai induk perusahaan Palyja membutuhkan biaya 2,4 milyar euro atau sekitar 36 triliun rupiah. Teknologi desalinasi disana mampu memproduksi 450 ribu meter kubik air minum perhari. Palyja bisa saja menggunakan teknologi ini, namun butuh bantuan subsidi pemerintah, agar harga air yang didistirbusikan ke masyarakat bisa sama harganya dengan air yang bersumber dari Waduk Jatiluhur dan sumber lainnya.

Teknologi Pelayanan Protes Pelanggan

Teknologi ini memang tidak berhubungan dengan pengolahan air, namun ini berhubungan dengan pelayanan terhadap pelanggan PALYJA. Kita ketahui bersama, PALYJA masih belum sempurna dalam melayani pendistribusian air. Tidak sedikit pelanggan yang komplain misalnya mengenai pasokan air yang tersendat. Salah satunya Kompasianer Ahmad Syarief yang komplain karena tersendatnya pasokan air ke wilayah tempat tinggalnya. Untuk melayani keluhan pelanggan, PALYJA menggunakan kompasiana sebagai salah satu sarana komunikasinya.

[caption caption="Palyja menggunakan kompasiana untuk melayani keluhan pelanggan (Foto: kompasiana)."]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun