Mohon tunggu...
Yogi Setiawan
Yogi Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aku adalah

Pemuda yang penuh semangat, senang berbagi dan pantang menyerah. Mulai menulis karena sadar akan ingatan yang terbatas. Terus menulis karena sadar saya bukan anak raja, peterpan ataupun dewa 19.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menelusuri Inovasi Teknologi Pengolahan Air PALYJA

29 Maret 2016   08:33 Diperbarui: 29 Maret 2016   09:29 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Air di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PALYJA bisa diminum langsung tanpa proses pemasakan. Namun ketentuan ini tidak berlaku bagi pelanggan Palyja, karena pipa yang menyalurkan air ke tempat warga sudah berumur tua yang dimungkinkan ada zat korosif ataupun zat-zat lain (foto: dokpri)."][/caption]

 

Senin (21/4) kami 30 kompasioner berkesempatan mengunjungi Instalasi Pengolahan Air (IPA) 1 PALYJA Pejompongan. PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) merupakan operator dan distibutor air bersih untuk wilayah barat Jakarta. Untuk bagian timur Jakarta di operasikan oleh PT Aetra. Ada yang menarik selama kunjungan disana yaitu tentang teknologi PALYJA dalam pengolahan air. Apa saja teknologinya, yuk simak.

Teknologi Kontrol dan Monitoring 

Distribution Monitoring Control Center

Saat memasuki gedung IPA 1 PALYJA, kita akan langsung melihat ada sebuah ruangan yang membundar mempunyai diameter sekitar 3-4 m. Ruangan ini bernama Distribution Monitoring Control Center (DMCC). Teknologi DMCC ini merupakan teknologi pertama di Indonesia. DMCC bekerja 24 jam memonitor debit dan tekanan air dari proses produksi sampai ke jaringan (pipa primer). Jumlah air baku yang masuk ke instalansi dan suplai air baku yang didistibusikan dapat dilihat secara 24 jam. Indikasi adanya kebocoran di jaringan dapat juga terlihat dengan adanya perubahan tekanan yang terlihat di monitor.

[caption caption="Para kompasioner yang sedang sibuk mencatat dan bertanya mengenai DMCC (foto: dokpri)."]

[/caption]

Teknologi Deteksi Kebocoran

Kebocoran bisa terjadi pada pipa distribusi, pada tangki-tangki penyimpanan perusahaan air minum, di sambungan pipa pelanggan hingga titik pemanfaatan oleh pelanggan. Untuk mengetahui kebocoran yang terjadi sesegera mungkin dibutuhkan teknologi. PALYJA menggunakan tiga metode pemanfaatan teknologi pendeteksi kebocoran. 

1. Metode Gas Helium

Prinsip kerjanya adalah helium diinjeksikan ke dalam pipa dan ikut mengalir bersama air. Kemudian air akan keluar dari bagian pipa yang bocor dan membawa serta helium. Pada tekanan atmosfir, helium akan terpisah dari air dan akan tetap ada di dalam tanah hingga 4 hari. Untuk mengetahui letak pipa yang bocor, helium yang di dalam tanah, dideteksi dengan detektor gas helium. Kelebihan metode ini adalah dapat digunakan pada saluran air yang bertekanan rendah. Metode ini ditemukan oleh orang Indonesia yaitu Pak Bahdier Johan dan beliau mendapatkan penghargaan dari Perusahaan Suez. Teknik ini juga telah digunakan di Prancis, Timur Tengah, Asia Tenggara, Amerika Tengah, dan India.

[caption caption="Teknik penggunaan metode gas helium untuk mendeteksi kebocoran jaringan (Ilustasi: Suez)."]

[/caption]

[caption caption="Teknisi PALYJA sedang mendeteksi kebocoran menggunakan Teknologi Helium (dok Palyja)."]

[/caption]

2. Metode Kamera JD7

Metode ini menggunakan kamera yang dapat merekam audio dan visual kebocoran pada pipa primer (>=diameter 300 mm) sepanjang 1 kilometer.  Caranya dengan memasukkan kamera berparasut ke dalam pipa melalui insertion point dengan memanfaatkan kecepatan aliran air untuk menjalankan kamera tersebut. Kebocoran, unknown connection, dan kondisi dalam pipa dapat dilihat audio dan visualnya pada display monitor atau laptop.

[caption caption="Teknisi Palyja sedang mendeteksi kebocoran menggunakan kamera JD 7 (dok Palyja)."]

[/caption]

Pelaksanaan deteksi kebocoran dengan menggunakan kamera JD 7 dapat dilakukan apabila insertion point (coupling flange tee (1) dan gate valve (2)) sudah terpasang pada pipa di dalam permanent atau temporary chamber. Kecepatan minimum yang dibutuhkan untuk menjalankan kamera ini 0.5 m/s.

3. Metode Suara Correlator

 [caption caption="Ilustrasi leak noise correlator (dok Palyja)."]

[/caption]

Metode ini bekerja dengan gelombang suara dari air yang bocor, merambat melalui pipa. Setelah terdeteksi alat akan mengukur jaraknya ke titik bocor.

Tekniknya, mikrofon atau sensor suara akustik ditempatkan dan terhubung dengan pipa, di dua titik atau lebih. Fungsinya untuk merekam suara yang dipancarkan oleh kebocoran (misalnya suara mendesis) di suatu tempat antara titik-titik. Selanjutnya data suara diproses melalui algoritma matematika. Algoritma akan membandingkan atau berkorelasi antara hasil dua rekaman untuk menentukan perbedaan waktu yang dibutuhkan suara selama perjalanan dari tempat kebocoran oleh masing-masing sensor. Jika jarak antara sensor telah diketahui terlebih dahulu, informasi waktu dapat digunakan untuk menentukan lokasi kebocoran.

Leak Noise Correlator memerlukan informasi yang akurat tentang bahan dan material pipa, untuk dapat melakukan perhitungan  yang akurat. Pengguna alat ini harus memasukkan ukuran dan jenis pipa serta jarak pemasangan satu sama lain. Leak Noise Correlator juga dapat menganalisa tingkat suara dan frekuensi suara untuk menentukan informasi lain tentang kebocoran seperti ukuran dan tingkat keparahan kebocoran pada pipa.

Keberhasilan penggunaan ketiga teknologi ini telah mampu membalikkan data tingkat kebocoran (NRW) yang pada tahun 1998 sebesar 60% menjadi 40% pada tahun 2015.

Teknologi Pengolahan Air

1. Moving Bed Biofilm Reactor

PALYJA menggunakan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) untuk menambah air baku maupun untuk menjaga penyaluran air. MBBR mengolah wastewater menjadi air baku menggunakan meteor sebagai media tumbuh bagi mikroorganisme alami(3), yang mampu mengurai polutan seperti zat amonium, deterjen, besi dan mangan. Meteor merupakan material proprietary polyethylene biofilm carriers (sejenis bahan plastik). Media ini merupakan produksi dari Jerman. Berukuran tinggi 15 mm dan diameter 10 mm. Warnanya hitam dan ada banyak lubang di bagiannya. 

[caption caption="Meteor ini bukan benda langit yang suka disebut bintang jatuh. Meteor ini merupakan media tumbuh bagi mikroba pengurai polutan seperti amoniak (foto: dokpri). "]

[/caption]

Teknologi biofiltrasi ini merupakan hasil inovasi PALYJA bersama BPPT dan dengan dukungan Suez selaku pemegang saham terbesar di Palyja. MBBR mampu menghilangkan 87% amonia di air dari Kanal Banjir Barat sehingga dapat digunakan sebagai air baku. Teknologi ini merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Jika ingin melihat langsung prosesnya, ada di IPA Taman Kota, Jakarta Barat.

2. Teknologi Desalinasi

Meyritha Maryanie, Kepala Divisi Corporate Communications dan Social Responsibilities PALYJA menjelaskan bahwa PALYJA mempunyai teknologi desalinasi atau teknologi pengolahan air laut menjadi air baku. Namun untuk teknologi desalinasi membutuhkan biaya yang tinggi. Contohnya di Victoria, Australia, Suez sebagai induk perusahaan Palyja membutuhkan biaya 2,4 milyar euro atau sekitar 36 triliun rupiah. Teknologi desalinasi disana mampu memproduksi 450 ribu meter kubik air minum perhari. Palyja bisa saja menggunakan teknologi ini, namun butuh bantuan subsidi pemerintah, agar harga air yang didistirbusikan ke masyarakat bisa sama harganya dengan air yang bersumber dari Waduk Jatiluhur dan sumber lainnya.

Teknologi Pelayanan Protes Pelanggan

Teknologi ini memang tidak berhubungan dengan pengolahan air, namun ini berhubungan dengan pelayanan terhadap pelanggan PALYJA. Kita ketahui bersama, PALYJA masih belum sempurna dalam melayani pendistribusian air. Tidak sedikit pelanggan yang komplain misalnya mengenai pasokan air yang tersendat. Salah satunya Kompasianer Ahmad Syarief yang komplain karena tersendatnya pasokan air ke wilayah tempat tinggalnya. Untuk melayani keluhan pelanggan, PALYJA menggunakan kompasiana sebagai salah satu sarana komunikasinya.

[caption caption="Palyja menggunakan kompasiana untuk melayani keluhan pelanggan (Foto: kompasiana)."]

[/caption]

Dalam tulisannya, PALYJA menjelaskan bahwa petugasnya telah melakukan investigasi pada pipa jaringan tanggal 3 Juli 2013. Hasilnya menunjukan bahwa penyebabnya karena adanya material yang menggangu aliran air pada clamp sadle (sambungan pipa dinas ke jaringan pipa induk), sehingga menyebabkan terhambatnya distribusi aliran air ke lokasi pelanggan. Karenanya, perlu dilakukan rehabilitasi pipa dinas. Pada tanggal 4 Juli 2013, petugas PALYJA telah memperbaiki clamp sadle tersebut untuk memperlancar distribusi aliran air ke lokasi persil pelanggan yang sebelumnya mengalami gangguan. Hasilnya menunjukan air mengalir normal. 

Selain itu PALYJA juga menggunakan media sosial twitter. Akun twitter PALYJA @Water4life_ID.

Itulah ulasan mengenai inovasi teknologi yang digunakan Palyja dalam mengolah air dan mendistribusikannya ke masyarakat Jakarta bagian barat. Semoga Palyja lebih baik lagi kualitas pengelolaan dan pelayanannya demi terdistribusinya air bersih kepada pelanggan. 

 

Catatan kaki:

1. Coupling flange tee: sejenis sambungan baut untuk pipa, equipment, fittin atau valve agar dapat dihubungkan bersama-sama, sumber.

2. Gate valve: alat untuk membuka dan menutup aliran pada pipa, tetapi tidak untuk mengatur besar kecil aliran, sumber.

3. Contoh bakteri yang mampu mengurai amoniak adalah Nitrosomonas spp dan Nitrobacter spp.Pada siklus nitrogen, amoniak diuraikan Nitrosomonas menjadi nitrit (NO2). Kemudian Nitrobacter mengkonversi nitrit menjadi nitrat (NO3). Selanjutnya nitrat akan dimanfaatkan tumbuhan air yang dapat dijadikan pakan alami ikan atau juga dapat menguap dalam bentuk nitrogen, (Ingat-ingat pelajaran biologi pada daur nitrogen).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun