Mohon tunggu...
Yogi Setiawan
Yogi Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aku adalah

Pemuda yang penuh semangat, senang berbagi dan pantang menyerah. Mulai menulis karena sadar akan ingatan yang terbatas. Terus menulis karena sadar saya bukan anak raja, peterpan ataupun dewa 19.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novelius (5): BPJS AAPB

22 Maret 2016   00:20 Diperbarui: 27 Maret 2016   20:55 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="[Tantangan 100 Hari Menulis Novel: Novelius (5)]"][/caption]Hari ini hari minggu. Gue berharap hari ini bisa libur mengirim tulisan. Tapi nyatanya hal itu tak ada. Ini resiko bagi gue karena telah mengambil proyek menulis novel.

Dredet.. dredett.. ada notifikasi email dari penerbit.

 

From: penerbitpu@gmail.com

To: tomanakganteng@ymail.com

Subject: Bersenang-senanglah di Hari Minggu

 

Dear Tom,

Jangan kau sia-siakan hari minggumu. Pergilah jalan-jalan kemanapun anda mau. Segarkan pikiran Anda. Tapi jangan lupa deadline menulis anda. Hari ini kau harus mengirim 1000 kata dalam tulisanmu. Selamat bersenang-senang.

Penerbit Penunjuk Arah

 

Sungguh perhatian sekali mereka. Gue disuruh jalan-jalan. Tapi kemana gue akan pergi?

Dredet... dredet.. Ada notifikasi whatsapp masuk. “Wah tumben banget nih si Agus”

Tom hari ini sibuk gak? Gue abis menang blog competition nih. Hadiahnya berenang gratis di Sea World. Bales. Gak pake lama.

 

Wih bisa kebetulan gini. Tapi gue ambil gak ya? Eh tapi aneh gak ya? Berenang kok di Sea World, bukan di Waterl Land atau Water Boom?

Gus lu gila yak. Ngajak gue berenang di Sea World. Itu kan tempat ikan dan hewan laut. Waktu TK gue pernah  fieldtrip kesana. Lu mau ngerjain gue yak.

 

Gak pake lama. Chat gue langsung dibales sama Agus.

Ini beneran cuy. Kita memang bakalan berenang sama ikan dan hewan laut. Bisa ngasih makan juga. Mau ikutan gak?

Beneran?  Tanya gue masih gak percaya

Iya cuy. Bales, iya atau gak.

Iya.

 

Gue pun bergegas. Ambil baju renang, kacamata renang, sama roti tawar buat kasih makan hiu putih.

“Bu, pergi dulu ya.”

“Mau kemana Tom?”

“Ke Sea World bu.”

“Tempat ikan dan hewan-hewan laut itu?”

“iya bu.”

“Ada penyu gak?”

“Sepertinya ada. Kenapa bu?”

“Bawain ibu satu ya?”

“Buat apa?”

“Ibu mau ikut lomba bikin resep makanan.”

“Ibu bikin resep apa?”

“BPJS”

“Apaan tuh?”

“Bakso Penyu Jahe Sambalado. Makanan ini dapat membantu penguatan otot karena kandungan protein tinggi dari penyu, menghangatkan tubuh karena mengandung jahe, dan membuat orang tak perlu cape-cape berolahraga untuk berkeringat karena ada sambalado. Jadilah resep makanan sehat ala Ibu Koki. Ini resep bukan sembarang....”

Belum selesai emak gue menjelaskan. Gue sudah kabur dengan “meong”, motor kesayangan gue. Memang, emak gue kalau udah menjelaskan resep makanan sulit sekali untuk disuruh stop ngomong. Kalah tukang obat ramu di pinggir pasar. Imajinasinya tentang resep masakan sangat tinggi. Emak gue mungkin cocok jika dikasih proyek menulis novel fantasi. Tapi hebatnya emak gue, followernya di sosmed lebih tinggi dari gue. Search aja di internet.. Ibu Koki(1).

----------------------------------

Di Sea World

 

Jam 12:00 gue sama Agus sampailah di Sea World. Gak nyangka, setelah 20 tahun lamanya akhirnya gue bisa kesini lagi. Apa ya perbedaannya? Gue juga gak tau. Karena gue dulu datangnya pas TK. Gue hanya inget waktu itu ada orang yang bisa ngasih makan ikan di dalam akuarium raksasa. Saat ini gue juga melihat akuarium raksasa yang sama seperti zaman TK. Namun kenapa sepi ya. Apa Sea World sudah tidak lagi terbuka untuk umum? Atau bangkrut karena suatu masalah?

“Gus kok gak ada pengunjung lain selain kita?”

“Hari ini hari spesial Tom.”

“maksudnya?.”

“udah ikutin aja. Nah tuh dia orangnya”

 

“Om Tagor, kita disini,” panggil Agus.

Lelaki itu menengok. Kalau boleh diukur, tinggi badannya sekitar 180 cm, berkulit putih, tampan, sekitar umur 30 tahunan, sangat cocok untuk menjadi SPB, model juga bisa.

“Oi Gus, sudah siap untuk hari ini?”

“Siap om.”

 “Om kenalkan ini Tom, teman saya. Makasih banget lo Om, gak nyangka saya yang menang. Tom, kenalin ini Om Tagor, Manager Humas disini. Beliau juga pendiri Komunitas AADP.”

“Apaan tuh Gus?”

“Ada Apa Dengan Penyu,” jawab Agus dan Om Tagor berbarengan, lalu tertawa bersama.

 

Tanpa bertele-tele, kami pun langsung diajak masuk ke sebuah ruangan berukuran 3x3 m. Didalamnya terdapat meja bundar dengan sepuluh kursi dan cahaya LCD yang sudah menyala. Diruangan itu pula sudah ada tiga orang, Jeni, Mita dan Geri yang merupakan anggota AADP. Mereka bertiga akan menemani kami selama berkegiatan di Sea World. Om Tagor menjelaskan secara rinci apa saja yang harus kami lakukan selama disini.

“Hari ini, kalian bisa berenang sepuasnya di Sea World. Namun tidak asal berenang. Ada pengalaman khusus yang akan kami berikan. Kalian akan memberi makan penyu. Penyu disini ada enam jenis, penyu sisik, penyu hijau, penyu lekang, penyu pipih, penyu tempayan dan penyu belimbing(2). Semuanya berasal dari Indonesia dan tidak boleh diperjualbelikan. Penyu belimbing adalah penyu yang paling besar diantara yang lainnya. Kalian harus hati-hati dalam memberi makan. Penyu bukan seperti kucing kalian yang bisa makan ikan goreng, ayam goreng, tempe goreng, sayur lodeh, hingga keju dan roti tawar kayak orang bule,” jelas Om Tagor.

 

Catatan kaki:

1. Ibu koki adalah nama beken ibunya Tom di media sosial. Nama aslinya adalah Mingkem. Dalam bahasa jawa artinya diam.

2. Semua penyu ini dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan satwa juga UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya mengenai perdagangan hewan. Berdasarkan ketentuan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna), semua jenis penyu laut telah dimasukkan dalam appendix 1 yang artinya perdagangan international penyu untuk tujuan komersil juga dilarang. Badan Konservasi dunia IUCN memasukkan penyu sisik ke dalam daftar spesies yang sangat terancam punah. Sedangkan penyu hijau, penyu lekang dan penyu tempayan digolongkan sebagai terancam punah. (sumber: profauna.net)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun