Mohon tunggu...
Yogi Setiawan
Yogi Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Aku adalah

Pemuda yang penuh semangat, senang berbagi dan pantang menyerah. Mulai menulis karena sadar akan ingatan yang terbatas. Terus menulis karena sadar saya bukan anak raja, peterpan ataupun dewa 19.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novelius (2)

17 Maret 2016   16:36 Diperbarui: 19 Maret 2016   00:16 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="[Tantangan 100 Hari Menulis Novel] Novelius Part 2: Bidadari Perpustakaan"][/caption]Perpustakaan selalu menjadi tempat yang menarik bagi gue untuk mencari ide. Disanalah gue bisa melihat banyak buku-buku yang menarik. Buku bagi gue adalah pintu doraemon. Gue bisa pergi kemana saja dengan hanya membuka buku.

Mungkin sebagian orang memandang gue agak sedidkit kuno. Baca berita masih nyari di koran. Padahal  sekarang sudah banyak berita online. Bahkan buku pun sudah  digital. Namun bagi gue ada pengalaman berbeda yang tidak didapatkan jika hanya membuka gadget. Dengan baca koran ataupun buku pengalaman yang gue suka adalah mencium bau kertasnya. 

Ada sensasi yang ‘ehh... banget. Campuran lignin, tinta dan lem berpadu menjadi aromaterapi bagi gue. Ketika membaca buku tua ada sensasi almond di dalamnya. Tapi kadang, ada juga bau buku yang nyebelin. Buku-buku di dalam kardus yang tak terawat. Bau yang khas, namun bisa bikin gue muntah jika kelamaan menciumnya. Perpaduan antara lignin, tinta, lem, di tambah tai tikus. Zat terakhir inilah yang  membuat  gue akan lambaikan tangan ke kamera tanda menyerah.

Hal lain yang menyenangkan ketika pergi ke perpustakaan adalah gue  bisa bertemu dengan pustakawan yang cantik. Walaupun itu hanya sedikit dari sekian banyak pustakawan yang sudah mulai menua. Di perpustakaan gue juga bisa menemukan cewek cantik (tipe gue) yang juga pengunjung perpustakaan. Gue bisa memandangannya dengan berpura-pura membaca buku. Entah kenapa gue bisa melihat aura yang terpancar dari cewek yang sedang baca buku. Ada aurora dengan warna-warna yang indah muncul di mata gue.

Pernah suatu kali gue bermaksud berkenalan dengan cewek cantik (tipe gue). Namun hal itu gagal karena ketidakpedean. Dan akhirnya hal itu hanya bisa gue luapkan dalam sebuah puisi.

 

Bolehkah Ku

Bolehkah ku tahu.

Siapa, darimana, mengapa, bagaimana

dirimu?

Maukah kau menuliskan selembar surat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun