Pameran Seni Rupa dan Fashion Dari Pertiwi
                                 Youtube Chanel by @iwonkarts
Pertiwi, berawal dari sebuah pameran tahun 2020 yang menghadirkan tiga Ibu perupa asal Bali yaitu; Ni Ketut Ayu Sri Wardani, Gusti Ketut Oka Armini dan Ni Nyoman Sani. Tahun ini mereka berkolaborasi dengan fashion desainer Nick Djatnika, menggelar pameran bertajuk "Weaving the Colours of the Archipelago".Â
Tema ini memiliki makna berlapis, secara harfiah tematika yang diangkat tercermin secara langsung dalam pemilihan media (kain tenun) dan ikon-ikon visual yang dieksplorasi dalam karya.Â
Sementara secara kiasan dapat dimaknai sebagai upaya untuk kembali memaknai keragaman atau kebhinekaan dalam ranah budaya Nusantara, yang diinterpretasikan secara personal melalui ekspresi karya-karya seni lukis dan rancangan busana.Â
Anggota Pertiwi sama-sama dari Bali, akan tetapi mereka memiliki latar pendidikan yang berbeda. Ni Nyoman Sani yang berlatar pendidikan S1 Seni Lukis di STSI yang sekarang menjadi ISI Denpasar, Gusti Ketut Oka Armini mengenyam pendidikan S1 Seni Grafis di FSRD ISI Yogyakarta; dan Ni Ketut Ayu Sri Wardani menjalani pendidikan S1 Seni Lukis di FSRD ITB Bandung.Â
Latar belakang pendidikan tersebut dapat menjadi anasir yang mendasari proses kreatif mereka, dengan pilihan media dan bahasa ungkap visualnya masing-masing. Serta menentukan media seni rupa yang ditekuni untuk menjadi perupa dengan kekhasan dan keunikan karyanya masing-masing.Â
Disela kesibukannya masing-masing, mereka tetap merawat kegelisahan kreatifnya pada media ekspresi yang tekuni. Pengalaman sebagai perupa dan sekaligus sebagai Ibu membawa penghayatan karya-karya mereka senantiasa menghadirkan cara pandang yang unik, dalam menangani dan memberlakukan media seni rupa sebagai bahasa ungkapan visual.
Karya Ni Nyoman Sani mengolah karakter media cat akrilik melalui subject matter gesture tubuh manusia dan komposisi warna yang khas menggungkapkan penghayatan diri, sebagai perupa dan Ibu. Kecenderungan kuat dalam karya-karyanya ditandai dengan kehadiran bunga dan daun, berkarakter warna yang cerah dan  impresif.Â
Sani juga memiliki ketertarikan pada dunia fashion, ia banyak membuat karya-karya seni rupa yang dipentaskan dalam peragaan busana. Berikutnya eksplorasi tersebut terus berlanjut pada karya-karya seni lukis yang mengangkat tema-tema fashion. Gusti Ketut Oka Armini, bergulat dengan guratan garis-garis yang ditorehkan dalam media lino dengan teknik cetak cukil habis (reduction print).Â
Keterbatasan warna cetak tidak membatasi eksplorasi cetak cukil Lino yang dilakoni Oka, justru sebaliknya, karya-karyanya begitu kaya dengan eksplorasi warna-warna yang 'matang'. Hal ini terjadi, karena karya-karya Oka menerapkan lebih dari sepuluh lapisan warna, menjadikan karyanya terlihat seperti karya dengan media seni lukis.Â
Pencapaian warnanya begitu kaya dan matang dicapai dengan mencampur warna (tinta). Tentu capaian artistik tersebut mensyaratkan penguasaan teknik yang mumpuni dan pertimbangan yang matang sedari gagasan, perwujudan hingga gambaran hasil. Belakangan karya-karya Oka banyak mengangkat tema-tema kain Bali dan kain tenun daerah lainnya dari Nusantara.Â
Ni Ketut Ayu Sri Wardani menuangkan kreativitasnya dalam ekspresi goresan brush stroke  cat minyak (oil painting), menggambarkan gejolak batin seorang Ibu yang menghayati dinamika laku kehidupan, termanifestasikan dalam  metafora alam Toba.Â
Tema Toba menjadi inspirasi karya-karyanya, tidak hanya sekedar alamnya yang mempesona, "tetapi ada keindahan yang menyatu dengan  anugerah cinta" yang mengiringi perjalanan hidup dan kesenimanannya.Â
Warnanya pun khas sejuk, namun agak sedikit 'dingin dan beku' mungkin mencerminkan suasana batinnya. Termaktub sebuah energi yang kuat, melalui goresan kuas dan karakter cat minyak yang bertekstur dan tebal. Terasa sebuah semangat, optimisme dalam goresan tangan yang terukur dan terkontrol dari seorang Ibu.Â
Pengalaman sebagai Ibu membawa penghayatan karya-karya mereka senantiasa menghadirkan cara pandang yang unik, dalam menangani dan memberlakukan media seni rupa sebagai bahasa ungkapan visual.Â
Pameran ini merupakan serangkaian perjalan kreatif menandai spirit kebangkitan setelah didera pandemic Covid-19, yang justru membuat ide-ide mereka semakin tumbuh subur dalam gejolak energi kreatif.Â
Membawa rasa optimis pada mereka untuk kembali memamerkan gagasan dan karya-karyanya ke medan seni rupa Indonesia, dan merambah ke ranah internasional. Sebuah kesempatan hadir tahun 2021 membawa karya-karya mereka dipamerkan di Perth Australia, difasilitasi oleh Kamar Dagang Indonesia di Australia Barat ICCWA (Indonesian Chamber Of Commerce Western Australia), dan akan berlanjut ke depannya.Â
Kehadiran Nick Djatnika dalam pameran ini menjadi tonggak awal untuk proyek kolaborasi yang akan terus digerakkan ke depan bersama berbagai pegiat seni dan pelaku kreatif di Indonesia. Nick Djatnika berlatar pendidikan Teknik Industri ITB Bandung, namun minatnya yang kuat terhadap seni membawanya memasuki ranah kreatif Fashion Desainer.Â
Ketajamannya dalam melihat potensi khasanah budaya visual Indonesia terakumulasi dalam rancangan desain busana garapannya, yang mengangkat keindahan Tenun Nusantara. Dalam pameran ini Nick mengetengahkan komposisi Ulos dari khasanah budaya Batak dikembangkan menjadi busana formal yang elegan bernuansa etnik.Â
Tema "Menenun Jalinan Warna Kenusantaraan" (Weaving the Colours of the Archipelago) tidak dimaksudkan mengikat secara lateral, tetapi lebih sebagai frame yang cukup lapang untuk mengungkapkan selayang pandang pemaknaan tentang potensi budaya dan keindahan alam bumi Nusantara, dalam penghayatan personal masing-masing seniman.Â
Sebagaimana karya Nyoman Sani dengan mengangkat keragaman warna-warna tropis, begitu juga penghayatan Ayu Sri Wardani terhadap alam dan kebudayaan Toba sebagai bagian dari projek merajut nusantara. Kemudian terlihat secara konkret dalam eksplorasi keragaman kain-kain etnik Nusantara pada rancangan fashion Nick Djatnika dan dalam eksplorasi karya grafis Oka Armini.Â
Penyematan tema ini menjadi saksi atas penghayatan mereka dalam memaknai potensi keindahan Indonesia dengan alam dan keanekaragaman kebudayaan yang begitu kaya.Â
Mengawali serangkaian proyek panjang reinterpretasi rupa dalam memaknai keragaman dan kekayaan budaya Indonesia, dengan semangat kolaborasi dan kebersamaan. Sebentuk  interpretasi sederhana dari Ibu dan pejuang kreatif yang senantiasa untuk mengeksplorasi kegelisahan dan tanggapannya terhadap fenomena melalui ruang-ruang pribadi studio masing-masing, dan melalui  keintimannya berjibaku dengan media seni rupa. Â
Wayan Seriyoga Parta | Kurator
Dosen Seni Rupa dan Desain FT. Universitas Negeri Gorontalo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H