& Â Â Â Â & Â Â Â Â &
Seperti biasa malam harinya Bagus selalu belajar untuk persiapan keesokan harinya. Selesai mengerjakan PR Matematika, ia ingat besok ulangan Bahasa Indonesia. Segera diambilnya buku pelajaran Bahasa Indonesia dari laci meja belajarnya. Tapi kok tebal sekali? Begitu dibuka alangkah terkejutnya Bagus.
"Astaga!" pekiknya.
Tentu saja Bagus sangat kaget. Ternyata buku raport miliknya yang disangka sudah dikumpul ternyata tak sengaja terselip di sana. Bagus merasa sangat malu. Dia mengira teman-temannya yang malas padahal dia sendiri yang ceroboh. Yang dihitung hanya jumlah raport tapi tidak mengecek nama-nama pemiliknya. Bagus menyesal karena tidak teliti tapi malah langsung marah-marah. Kalau saja teman-temannya tahu, satu-satunya siswa yang belum mengumpulkan raport adalah dirinya, pastilah dia ditertawakan seisi kelas. Sungguh kecerobohan yang memalukan!
& Â Â Â Â & Â Â Â Â &
Sampai di sekolah Bagus segera mencari Putra dan menarik tangannya ke tempat yang sepi.
"Ada apa Gus?" Putra keheranan.
Bagus menceritakan semuanya. Walaupun dia tahu Putra pasti menertawakannya. Benar saja, Putra sampai terbahak-bahak.
"Sstt! Jangan keras-keras!" Bagus mencegahnya.
"Jangan bilang siapa-siapa, ya?" pintanya lagi.
"Ya, ya...." Putra masih tertawa tertahan. "Makanya kalau jadi ketua kelas itu harus sabar!"