Bagus kembali menghitung tumpukan buku raport di atas mejanya, Jumlahnya masih sama 23 buah! Berarti dari 24 orang siswa di kelas 5 ini masih ada satu orang yang belum mengumpul raport. Padahal Bu Dayu, guru wali kelas 5, sudah mengumumkan seminggu yang lalu. Dan Bagus sang ketua kelas yang bertugas mengumpulkan raport teman-temannya sebelum diserahkan kepada Bu Dayu.
"Aduuh, bagaimana nih? Masih kurang satu lagi!" tanyanya pada Putra teman sebangkunya,
"Ditunda saja sampai besok," Putra menenangkan.
Bagus jadi geregetan. "Disuruh ngumpul raport saja susah! Perlu waktu berhari-hari. Sampai setiap hari harus diingatkan. Dan kini sudah seminggu masih saja kurang," gumam Bagus kesal. Diletakkannya tumpukan raport itu di atas meja guru.
"Hai teman-teman! Tolong dengar ya!" tiba-tiba Bagus berdiri di depan kelas.
"Yang belum mengumpulkan raport hanya tinggal satu orang lagi! Aku tunggu sampai besok. Kalau besok raportnya belum dibawa juga, serahkan saja sendiri pada Bu Dayu! Biar Bu Dayu tahu siapa yang paling malas di kelas ini!" wajah Bagus memerah tanda-tanda sedang marah.
Teman-temannya saling berpandangan. Heran melihat Bagus yang tiba-tiba marah.
"Nita, sudah ngumpul raport?" tanyanya pada Nita yang duduk di bangku belakang.
"Sudah! Tapi jangan mendelik gitu dong!" jawab Nita ketus.
"Aku juga sudah!" kata Ari cepat begitu pandangan Bagus tertuju padanya.
Bagus kembali ke tempat duduknya dengan muka cemberut.