Pendidikan dan Kesadaran Kritis Sebagai Alat Perlawanan
Setelah masa kemerdekaan, tantangan baru muncul dalam bentuk pemerintahan yang represif, otoriter, atau kurang memperhatikan kesejahteraan rakyat. Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, meskipun telah merdeka, kekuasaan seringkali jatuh ke tangan pemerintahan yang mengekang kebebasan berbicara, berpikir, dan berekspresi. Oleh karena itu, pendidikan yang mampu membangun kesadaran kritis menjadi sangat penting untuk mengatasi masalah ini.
Pendidikan yang mengajarkan pemikiran kritis dapat membantu individu untuk melihat ketidakadilan, ketimpangan, dan penyalahgunaan kekuasaan yang seringkali tersembunyi di balik kebijakan publik. Pendidikan yang tidak hanya fokus pada aspek teknis dan praktis, tetapi juga memberikan ruang untuk refleksi sosial dan politik, akan mendorong individu untuk tidak menjadi bagian dari sistem yang menindas.Â
Di banyak negara dengan pemerintahan otoriter, seperti di bawah rezim Soeharto di Indonesia pada Orde Baru, banyak intelektual, mahasiswa, dan aktivis yang menggunakan pendidikan sebagai cara untuk memobilisasi perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan yang dianggap merugikan rakyat.
Pentingnya pendidikan sebagai alat perlawanan terlihat jelas ketika kita melihat gerakan-gerakan sosial yang muncul di seluruh dunia, baik di dunia Barat maupun di negara-negara berkembang. Gerakan mahasiswa yang menuntut kebebasan, keadilan sosial, dan hak asasi manusia selalu menjadi motor penggerak perubahan sosial dan politik.Â
Di Amerika Latin pada 1960-an dan 1970-an, misalnya, pendidikan menjadi bagian dari perjuangan rakyat dalam melawan rezim militer yang menindas. Demikian pula, di negara-negara Timur Tengah seperti Mesir dan Tunisia, pendidikan dan pengetahuan yang berkembang melalui saluran-saluran alternatif (seperti media sosial dan platform pembelajaran daring) telah menjadi kunci untuk membongkar kekuasaan otoriter dan memperjuangkan hak-hak demokrasi.
Pendidikan Sebagai Alat Perlawanan di Era Digital
Di era digital saat ini, pendidikan semakin mudah diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Internet dan media sosial telah mengubah peta pendidikan, memungkinkan siapa saja untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan dari seluruh dunia. Meskipun demikian, dunia digital juga menyajikan tantangan baru dalam hal manipulasi informasi dan kontrol sosial.
Di beberapa negara dengan pemerintahan otoriter, internet digunakan sebagai alat untuk memantau dan mengendalikan perilaku warga negara. Penyensoran informasi, dan pembatasan kebebasan berpendapat semakin menjadi praktik umum dalam banyak sistem pemerintahan. Oleh karena itu, pendidikan di era digital harus mampu membekali individu dengan kemampuan literasi media yang kuat untuk mengidentifikasi informasi yang sahih dan menilai sumber informasi secara kritis.
Pendidikan yang berbasis pada literasi digital dan media sangat penting untuk melawan manipulasi yang dilakukan oleh kekuasaan. Kemampuan untuk menganalisis pesan-pesan politik, memahami narasi yang dibangun oleh pihak yang berkuasa, dan memisahkan fakta dari propaganda menjadi keterampilan yang sangat dibutuhkan untuk menjaga kebebasan berpikir di dunia digital.Â
Dalam konteks ini, pendidikan bukan hanya tentang memperoleh pengetahuan teoritis, tetapi juga tentang bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut untuk menghadapi tantangan yang dihadirkan oleh teknologi informasi.