Gunung Semeru erupsi. Aliran awan panas menghancurkan beberapa dusun di sekeliling puncak gunung tersebut. Dusun-dusun hancur, artinya mereka yang tinggal disana harus mengungsi. Kehancuran tersebut juga menjadi tanda bahwa tempat tersebut terbukti tidak aman.
Operasi tanggap darurat segera digelar. Dalam operasi tanggap darurat, mereka yang menjadi korban, yang terdampak oleh bencana dievakuasi. Seberapa lama mereka ini harus mengungsi?
Setelah masa tanggap darurat, kemudian dilaksanakan usaha untuk mengembalikan lagi kehidupan mereka yang terdampak. Pertanyaannya adalah, di mana mereka kelak, setelah aman, akan dimukimkan kembali?
Ini akan menjadi sebuah keputusan. Ada orang yang mengungsi dan mereka tak bisa selamanya berstatus menjadi pengungsi. Mereka harus hidup normal kembali. Hidup normal artinya memiliki tempat tinggal, memiliki pekerjaan.
Untuk mudahnya, kita memberi dua pilihan saja. Yaitu kembali, membangung rumah di tempat semula, atau membangun rumah di tempat lain. Masing-masing tentu memiliki untung ruginya.
Jika kembali ke tempat asal, membangun rumah yang sudah hancur, tentu ada untung ruginya. Keuntungannya, ongkos lebih sedikit, karena tak perlu pengadaan lahan. Terasa lebih adil, karena ukuran tanah yang dimiliki relatif tetap. Yang tanahnya dulu luas, tetap luas. Ini adalah keuntungan yang pasti, yang bisa dikalukulasikan dan diperbandingkan.
Kerugiannya, ancaman bencana yang sama akan berulang kembali. Meski dikatakan bahwa menurut catatan, peristiwa terjangan awan panas baru sekali terjadi, namun potensi itu kedepan tetap akan ada. Namun potensi ini tak terukur.
Jika direlokasi, ongkosnya bisa lebih besar. Karena perlu pembebasan lahan. Opsi relokasi ini semuanya terukur, artinya besar biaya yang dikeluarkan bisa diperhitungkan.
Menurut sifat opsi yang tersedia, ada tiga macam keputusan, yaitu keputusan dengan kepastian, keputusan dengan resiko dan keputusan dengan ketidak pastian.
Keputusan dengan kepastian adalah keputusan dimana alternatif hasilnya terukur dengan jelas. Apakah gunung Semeru akan meletus lagi? Pasti akan meletus lagi. Ini merupakan kepastian. Tapi kita tidak tahu kapan akan meletus lagi.
Keputusan dengan resiko adalah keputusan di mana peluang terjadinya opsi-opsi hasil bisa terukur. Sebagai ilustrasi adalah dadu. Dadu memiliki enam sisi. Jika dadu yang seimbang, dilempar secara bebas, maka peluang munculnya sisi pertama adalah satu per enam. Jika kita berjudi dengan dadu, jika kita hanya memasang taruhan pada satu sisi, peluang kita adalah satu per enam. Jika kita bertaruh pada dua sisi, maka peluang kita adalah dua per enam.
Pertaruhan ini adalah keputusan dengan resiko. Kita memang memiliki peluang. Tapi kita tak bisa memaksa hasilnya sesuai harapan kita. Kita berada dalam resiko untuk mengalami kekalahan.
Keputusan dengan ketidak pastian adalah keputusan di mana kita tak memiliki informasi mengenai opsi-opsi yang ada. Apakah Semeru akan meletus lagi sepuluh tahun yang akan datang? Kita tidak tahu.
Dalam keputusan dengan ketidak pastian, biasanya yang menjadi patokan adalah besarnya hasil dari setiap opsi. Dalam kasus Semeru, ada dua opsi: dimukimkan ke tempat semula atau direlokasi. Masing-masing opsi dihitung berapa "ongkosnya" dan berapa "keuntungannya."
Jika hanya dibatasi dalam hal pembebasan lahan dan pembuatan bangunan, ongkosnya lebih kecil atau lebih menguntungkan direlokasi. Namun ingat, jika direlokasi, ada ancaman bancana yang berulang. Persoalannya adalah apakah harga satu nyawa manusia yang menjadi korban itu bisa dirupiahkan?
Jika harga satu nyawa manusia itu tak ternilai, atau tak terhingga, maka opsi relokasi takkan bisa dipilih. Karena berapa pun ongkos merelokasi, lebih murah dari nilai tak terhingga.
Demikian sedikit contoh tentang proses pembuatan keputusan secara matematis
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI