Mohon tunggu...
Wawan Rhee
Wawan Rhee Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder Gardapati Link

Berbagi Celoteh

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

#StopHateforProfit, Serangan untuk Facebook

3 Agustus 2020   18:24 Diperbarui: 3 Agustus 2020   18:26 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Facebook kembali dirundung masalah. Raksasa jejaring sosial ini terpaksa harus legowo diboikot perusahaan pengiklan besarnya secara beramai-ramai. Pasalnya, korporasi milik Mark Zuckerberg itu dianggap tidak becus mencegah penyebaran ujaran kebencian.

Gelombang protes terhadap Facebook dipicu sejak isu anti rasisme mencuat di Amerika. Peristiwa itu mengakibatkan over reaksi massa atas respons kematian George Flyod beberapa waktu lalu.

kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) di Amerika, menyesalkan sikap platform yang enggan menghapus unggahan Donald Trump. Presiden AS itu mengancam bakal menerapkan tindakan kekereasan kepada para pengunjuk rasa. Hal itu pula yang memicu masifnya kampanye tagar #StopHateforProfit.

Efek #StopHateforProfit, lebih dari 90 perusahaan turut serta mendukung gerakan itu. Boikot dilakukan dengan memutus kontrak dan tidak melanjutkan penayangan iklan di Facebook. Beberapa perusahaan tersebut antara lain, Unilever, production house Magnolia Picture, The North Face, juga Coca Cola. Kabar terbaru, Pepsi juga ikut bergabung dan menahan iklannya.

Seperti sedang terjadi dejavu. Kejadian yang hampir serupa juga terjadi pada 2018 lalu. Kala itu, Facebook mendapat kecaman publik atas skandal Cambridge Analytica 2018. Perusahan yang berdiri pada 2004 silam itu diminta pertanggungjawaban atas dugaan bocornya data-data pribadi pemilik akun.

Protes warganet mengusung gerakan #deleteFacebook yang kemudian menjadi trending di Twitter. Kampanye "hapus akun Facebook" berhasil mempengaruhi pengguna aktif untuk menghapus akun Facebook-nya. Jumlahnya cukup besar. Senator Amerika Serikat, Alexandria Cortez juga ikut menghapus akun pribadinya.

Serangan terhadap platform Facebook, baik gerakan #StopHateforProfit dan #deleteFacebook, sama-sama memperlihatkan pola yang sama. Lantas, mengapa perusahaan yang berpusat di Menlo Park, California, AS ini selalu mendapat sorotan tajam publik, hingga dua kali dalam kurun waktu yang relatif singkat?

Mungkinkah ada yang sedang bermain? Atau sedang melakukan mobilisasi? Mobilisasi yang dimaksud disini ialah pemanfaatan sumber daya sosial yang saling terhubung dengan metode sharing dan shaping untuk tujuan tertentu. (#MO, Rhenald Kasali)

Sulit untuk mencurigai siapa yang bermain dari gerakan dua tagar di jagat maya itu. Yang pasti, aksi protes tersebut sedikit banyaknya memberi pengaruh kepada korporasi di sektor profit.

Terlepas mobilisasi atau bukan, gerakan ini membuat Facebook mengalami kerugian. Dilansir dari kompas.com, kampanye #StopHateforProfit akhirnya berimbas pada pasar modal. Pada perdagangan Jumat 26 Juni lalu, saham Facebook anjlok lebih dari 8 persen. Tak hanya itu, Zuckerberg harus merelakan kekayaannya terkikis hingga 7,21 miliar dollar AS.

Namun, peluang menguatkan kembali keuangan masih sangat terbuka. Facebook diminta dapat memberikan komitmen dalam upaya membendung ujaran kebencian. Verizon Comunications misalnya. Perusahaan telekomunikasi itu menghentikan penayangan iklannya di Facebook, hingga ada solusi terkait isu rasial dapat diatasi dan diselesaikan platform media sosial itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun