Alih-alih bukannya minta maaf, justru seolah-olah objek candaan tidak mempunyai hak untuk emosi dan marah karena diklaim dengan kata "BAPER" .
Sebagai orang yang overthinking dan mempunyai perasaan sensitif, seolah-olah mereka harus memaklumi dengan candaan tersebut dan mengklaim dirinya memang orang yang baperan, faktanya memang candaan tersebut keterlaluan.Â
Dan jika ini sering dilakukan, maka si objek merasa dirinya di-bully yang bisa diselamatkan dengan sebuah selimut untuk menenangkan dirinya yaitu kata "BAPER".Â
Bullying bukan hanya saja dengan kekerasan, melainkan dengan perkataan yang membuatnya depresi.Â
Hasil survey dari Global Schoola-Based Student Health Survey di Indonesia pada 2015 menemukan, 1 dari 20 remaja pernah merasa ingin bunuh diri. Ide bunuh diri mencapai 5,9 persen pada remaja perempuan dan 3,4 persen pada remaja laki-laki. Sebanyak 20,7 persen remaja juga pernah mengalami bullying.
Dikutip dari CNN, studi terbaru dari California Healthy Kids Survey pada 2019 menunjukkan, bullying memiliki efek jangka pendek dan jangka panjang bagi remaja. Remaja yang dirundung oleh teman-temannya karena alasan apa pun memiliki dampak kesehatan mental jangka panjang yang lebih buruk daripada anak-anak yang diperlakukan buruk oleh orang dewasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H