Mohon tunggu...
Wawan Pkb
Wawan Pkb Mohon Tunggu... Administrasi - Staf karyawan

https://www.kompasiana.com/wawanpkb7432

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Senandung Malam di Bawah Langit Kelam

23 Juni 2024   17:59 Diperbarui: 26 Juni 2024   23:37 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi malam bulan bintang (pixabay.com/Bru-nO)

Malam itu, desa kecil di pinggir hutan tampak tenang dan sepi. Cahaya bulan yang samar menerangi jalan-jalan berkerikil, memberikan nuansa magis pada malam yang kelam. Di tengah kesunyian itu, terdengar suara yang tidak biasa---sebuah nyanyian lembut yang mengalun dari arah hutan. Suara itu begitu indah, memikat siapa saja yang mendengarnya.

Rina, seorang gadis berusia delapan belas tahun, duduk di depan rumah panggungnya yang sederhana. Ia mendengarkan suara itu dengan penuh perhatian. Sudah beberapa malam berturut-turut suara itu terdengar, dan selalu pada saat yang sama. Rina merasa ada sesuatu yang istimewa dari suara tersebut. Ada rasa penasaran yang menggelitik hatinya, membuatnya ingin mengetahui dari mana asal suara itu.

"Rina, jangan terlalu larut di luar. Sudah malam, nanti kedinginan," suara ibunya memanggil dari dalam rumah.

"Sebentar lagi, Bu. Aku hanya ingin menikmati udara malam," jawab Rina sambil tersenyum.

Rina tahu bahwa ibunya khawatir. Hutan di dekat desa mereka terkenal dengan cerita-cerita misteri dan makhluk-makhluk aneh. Namun, rasa penasaran Rina terlalu kuat untuk diabaikan. Setelah memastikan ibunya sudah tidur, Rina mengambil senter dan jaket, lalu diam-diam keluar rumah menuju arah suara nyanyian itu.

Langkah-langkah kecil Rina menginjak tanah yang lembab, menyusuri jalan setapak menuju hutan. Pepohonan tinggi menjulang di sekelilingnya, daun-daunnya berdesir lembut ditiup angin malam. Semakin jauh ia melangkah, semakin jelas suara nyanyian itu terdengar. Suara yang lembut dan menenangkan, seolah memanggil-manggil namanya.

Setelah beberapa menit berjalan, Rina tiba di sebuah sungai kecil di tengah hutan. Di tepi sungai itu, duduk seorang gadis berambut panjang dengan gaun putih yang berkilauan di bawah cahaya bulan. Gadis itu menyanyi dengan suara yang merdu, matanya terpejam menikmati setiap nada yang keluar dari bibirnya. Rina terpesona melihat pemandangan itu, merasa seperti sedang menyaksikan sebuah keajaiban.

"Siapa kamu?" tanya Rina perlahan, takut mengganggu nyanyian indah itu.

Gadis itu membuka matanya perlahan, tersenyum lembut ke arah Rina. "Namaku Luna. Aku adalah penjaga hutan ini. Siapa namamu?"

"Namaku Rina. Aku dari desa di pinggir hutan. Suaramu sangat indah, Luna. Apa yang membuatmu menyanyi di malam hari seperti ini?"

Luna tersenyum, menatap Rina dengan mata yang penuh misteri. "Setiap malam, aku menyanyi untuk menenangkan roh-roh yang berkeliaran di hutan ini. Nyanyianku adalah senandung malam yang membawa kedamaian dan ketenangan. Tapi ada satu roh yang selalu gelisah, dan aku belum berhasil menenangkannya."

"Roh gelisah? Kenapa dia gelisah?" tanya Rina dengan rasa ingin tahu.

"Dia adalah roh seorang pemuda yang meninggal di hutan ini bertahun-tahun lalu. Dia mencari sesuatu yang hilang, sesuatu yang sangat berharga baginya," jawab Luna dengan nada sedih.

Rina merasakan kehangatan yang aneh di hatinya. "Apa yang bisa aku lakukan untuk membantumu, Luna?"

Luna menatap Rina dengan pandangan penuh harap. "Jika kamu mau, kamu bisa membantuku mencari tahu apa yang hilang dari roh itu. Mungkin dengan begitu, kita bisa menenangkannya dan dia bisa beristirahat dengan damai."

Rina mengangguk tanpa ragu. "Aku akan membantumu, Luna. Katakan padaku apa yang harus aku lakukan."

Luna tersenyum lembut. "Ikuti aku. Kita akan mencari petunjuk di tempat-tempat yang pernah dikunjungi pemuda itu."

Mereka berjalan menyusuri hutan, melalui jalan setapak yang hanya diketahui oleh Luna. Di setiap tempat yang mereka datangi, Luna akan menyanyi, berharap mendapatkan petunjuk dari roh yang gelisah. Akhirnya, mereka tiba di sebuah pohon besar yang tampak tua dan berakar kuat.

"Di sini," kata Luna, "di sini adalah tempat terakhir pemuda itu terlihat. Mungkin ada sesuatu yang tertinggal."

Rina mendekati pohon itu, memperhatikan setiap detailnya. Tiba-tiba, ia melihat sesuatu yang berkilauan di antara akar pohon. Sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati. Rina mengambil kalung itu dengan hati-hati, merasakan energi yang kuat emanasi dari benda tersebut.

"Luna, apakah ini yang dicari oleh roh itu?" tanya Rina.

Luna mengangguk. "Itu adalah milik kekasihnya. Dia meninggal sebelum sempat memberikan kalung itu padanya. Itulah sebabnya dia gelisah dan tidak bisa pergi dengan tenang."

Rina merasakan keharuan yang mendalam. "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Luna tersenyum hangat. "Mari kita kembalikan kalung ini kepada pemiliknya."

Mereka berjalan kembali ke tepi sungai, dan Luna mulai menyanyi dengan suara yang lebih indah dari sebelumnya. Rina meletakkan kalung itu di atas batu di tepi sungai, membiarkan cahaya bulan menerangi liontin tersebut. Perlahan, sosok transparan seorang pemuda muncul di depan mereka. Wajahnya yang tampan terlihat damai untuk pertama kalinya.

"Terima kasih," kata pemuda itu dengan suara yang lembut. "Aku sekarang bisa pergi dengan tenang."

Pemuda itu menghilang perlahan, meninggalkan Rina dan Luna yang tersenyum bahagia. Malam itu, di bawah langit kelam, sebuah keajaiban terjadi. Senandung malam yang membawa kedamaian akhirnya berhasil menenangkan roh yang gelisah.

Rina pulang ke desanya dengan hati yang penuh rasa syukur. Malam itu mengajarinya tentang keajaiban yang bisa terjadi di tengah kegelapan, tentang kekuatan sebuah nyanyian yang tulus, dan tentang arti sebenarnya dari kedamaian. 

Senandung malam di bawah langit kelam tidak akan pernah terdengar sama lagi bagi Rina, karena sekarang ia tahu bahwa di balik setiap nada, ada kisah yang indah dan penuh makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun